"ayah tau kamu ga suka basa basi ra, jadi ayah ke sini mau menawarkan sebuah pilihan dan kesepakatan" ucap priya
Lora yang awalnya diam mendengarkan tanpa melihat sang ayah, akhirnya ia mengadahkan kepalanya dan melihat ayahnya
Yang lora lihat, mata itu. Mata lelah, mata rindu dengan beberapa garis muka yang sudah nampak
Penelitian lora terbuyarkan saat seorang pegawai masuk membawakan minuman
"apa?" kata lora
"apa kamu serius tidak menanyakan kabar ayahmu dulu ra?" tanya priya dengan tatapan sendu
"saya sibuk, jika tidak ada hal lain yang..." omongan lora dipotong begitu saja oleh sang ayah
"baik-baik, duduk lah dulu. Jadi ayah kesini ingin memberikanmu pilihan dan kesepakatan ra" ungkap priya
Lora masih mendengarkan dengan diam
"yang harus kamu pilih yaitu keluarga dengan para sahabatmu itu" terang priya
"maksud anda?" tanya lora
"kesepakatan dari kedua pilihan itu sama, kamu harus bekerja di perusahaan ayah untuk menjadi penerus dan lepas dari cafe kecil ini" ungkap priya, yang tidak menggubris pertanyaan lora
Lora mengeluarkan senyum smirknya sembari perlahan melihat ke ayahnya dengan mata memerah menahan tangisannya,
"apa gunanya ada pilihan? Kalau kesepakatannya pun sama?"
Lora lalu berdiri dan,
"jika sud..." terpotong lagi
"maharani, laura damayanti dan ramadika. Itukan para sahabat terbaik kamu? Ayah ingatkan, jika kamu tetap memilih sahabatmu. Karir dan kehidupannya ga akan baik baik saja Zilora Anatasya" ucap priya dengan sangar
Priya lalu berdiri dan langsung keluar begitu saja setelah memberikan peringatan itu
*flashback off
Di taman, taman kota ini lora melarikan diri lagi. Ya, jika lora sudah terlalu stress akan sesuatu hal, ia akan lari mencari pelampiasan tempat ataupun cerita pada orang
Lora disini sendirian. Tapi tak asli sendirian, disini ramai. Ramai oleh yang main basker, pelari, bahkan ada live musik
Tapi, lora merasa sepi, sendiri. Obrolan beberapa menit yang lalu di cafenya terngiang lagi
Lora tak habis pikir oleh ayahnya sendiri, mengapa ia selalu membuat pilihannya sendiri tanpa memikirkan dirinya
Lora butuh keluarga, sangat butuh. Tapi disisi lain lora juga butuh sahabatnya
Tapi lora juga tak bisa membiarkan sahabatnya dalam bahaya, lora sayang kedua pilihan yang di berikan oleh priya-ayahnya
'persetan' ucap lora didalam hati
Sedang enak enaknya bengong dan memikirkan berbagai cara dengan memilih pilihannya, hp lora berdering bertandakan ada panggilan masuk
+628128xxxxxxx
Digesernya gambar red phone pada ponselnya. Namun sedetik kemudian, nomor itu memanggil lagi
Dengan rasa dongkol lora akhirnya mengangkatnya
"de, kamu dimana?" suara ian dibalik telpon itu,
Tapi lora mendengar suara perempuan, perempuan itu mengatakan 'ayo berangkat yang' dengan berbisik, tapi masih terdengar oleh lora

KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE TO HEAL
Short Story"bisakah aku sembuh dari hidupku ya tuhan?" -Zilora Anatasya "gua pamit" -Ian Aksawan "keluarga atau sahabat?" -Priya Aksawan "kita selalu ada buat lu ra, lu kuat!" -Maharani, Ramadika dan Laura "gua siap berdiri di samping lu, untuk terus ngebantu...