Thira berusaha menetralkan degup jantungnya. Lelaki didepannya ini benar-benar membuat jantungnya marathon dadakan.
Apa dia tidak salah dengar? Seorang lelaki mengajaknya untuk berteman? Rain mengajaknya berteman? Mungkin bagi orang lain ini hal biasa. Tapi baginya, jika seseorang mengajaknya berteman, ia bingung harus senang atau was-was.
Ia senang ada orang yang mengajaknya untuk berteman. Jujur ini pertama kali ada yang mengajaknya berteman mengingat bagaimana sikap dan responnya terhadap sekitar. Tapi, ia juga was-was. Ia tak ingin Rain mengajaknya berteman hanya karna kasihan. Atau karna iba melihatnya bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah cafe? Entahlah.
"Hello.." Sapa Rain melambaikan tangannya didepan wajah Thira karena gadis itu tak menjawab ajakannya untuk berteman.
"Iya?" Tanya Thira tersadar dari lamunannya.
"Gimana?" Tanya Rain memastikan pertanyan sebelumnya.
"Maaf, kalau kamu berteman dengan aku hanya karna rasa iba atau kasihan, sebaiknya kita tidak perlu berteman karna aku sudah terbiasa tanpa teman." Jawab Thira.
Rain terkejut mendengar jawaban Thira. Diajak untuk berteman saja sudah ditolak. Apalagi diajak pacaran..eh.
"Denger, gue ajak lo berteman itu apa adanya. Tanpa ada rasa kasihan, iba, atau apapun yang ada dipikiran lo. Dan gue gak ada maksud lain selain ingin lebih mengenal lo. Tenang, gue bisa kok jagain dan selalu ada buat lo." Ucap Rain diakhiri senyuman yang sangat manis.
Thira hanya diam berpikir harus menerima ajakan berteman atau menolaknya.
"Teman?" Tanya Rain menunjukkan kepalan tangannya kearah Thira.
Baiklah, sepertinya ini keputusan yang baik.
"Teman." Jawab Thira sembari menempelkan kepalan tangannya pada kepalan tangan milik Rain.
Rain tersenyum manis.
"Nah, gitu dong." Ucap Rain."Minta nomor lo." Ucap Rain sambil memberikan handphonenya pada Thira.
"Buat?" Tanya Thira.
"Komunikasi aja." Jawab Rain.
Thira mengambi handphone tersebut lalu mengetik beberapa digit nomor handphonenya dan mengembalikannya pada Rain.
"Okay makasi." Ucap Rain.
***
Malam ini Rain sedang makan malam bersama papa dan mamanya.
"Gimana sekolah kamu Rain?" Tanya Gean-papa Rain.
"Baik pah." Jawab Rain seadanya.
"Udah ada pacar?" Tanya Gean menggoda anaknya. Ckck suami, istri sama aja.
Rain terkejut dengan pertanyaan papanya sehingga ia tersedak.
"Eh ya ampun. Baik-baik dong nak. Nih." Dengan sigap Amara memberikan gelas yang berisikan air untuk Rain.
Rain meneguk air tersebut hingga tersisa setengah.
"Papa kenapa tanya gitu?" Tanya Rain pada Gean yang menatapnya.
"Lah..Emang salah kalo papa mau tau tentang percintan kamu? Papa juga pernah muda kali. Ya kan ma?" Jawab Gean sambil menaik turunkan alisnya pada Amara.
"Ya gak salah sih. Rain gak punya pacar kok pa. Kalo calon pacar ada hehe." Jawab Rain jujur yang diakhiri cengiran.
"Siapa namanya?" Tanya Gean lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kathira [On Going]
Ficção Adolescente----- Kupendam segala rasa sesak, hancur dan putus asa ini. Membuatku ingin mengakhiri segalanya. Kugenggam segala rasa sabar, teguh dan semangat ini. Membuatku ingin membakar semua rasa itu agar berubah menjadi bongkahan rasa dendam yang amat dalam...