Bagian 17 (Para Pengkhianat dan Musuh Dalam Selimut)

22 2 0
                                    

Berdasarkan letak geografis pemukiman Bani Quraidhah yang strategis, mereka mampu melakukan serangan mematikan kepada kaum Muslimin dari arah belakang ketika kaum Muslimin sibuk mempertahankan khandaq dari ancaman pasukan sekutu. Nabi pun menyusun strategi baru ketika mendengar Bani Quraidhah berencana melakukan serangan pada malam hari. 

... ... ...

Footnote:

1. "Hai orang-orang beriman, ingatlah akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada kalian, ketika bala tentara (musuh) datang (hendak menyerbu) kalian, kemudian kami kirimkan angin topan dan tentara yang tidak dapat kalian lihat (yakni para malaikat). Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan. (Yaitu) ketika (bala tentara musuh) datang dari jurusan atas dan bawah kalian (dari bukit-bukit dan dari lembah-lembah) sehingga pandangan mata kalian (ketika itu) tidak mantap, hati kalian (cemas dan gentar) dan (dada kalian) menyesak sampai ke tenggorokan. Kalian dicekam purbasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di saat itulah orang-orang beriman diuji sehingga hati mereka tergoncang hebat."     QS. Al-Ahzab: 9-11.

"Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu dalam keadaan mereka sangat jengkel tidak memperoleh keuntungan apa pun juga. Allah menghindarkan orang-orang yang beriman dari peperangan (yakni mereka tidak perlu berperang lagi melawan pasukan "Ahzab"). Sungguhlah Allah Maha Kuat lagi Maha Jaya." QS. Al-Ahzab: 25.

2. Perang melawan pasukan persekutuan Arab ini juga disebut perang Khandaq/parit dan  Ahzab/sekutu.

3. Montgomery Watt, seorang orientalis Inggris, dalam buku Cambridge History of Islam, menulis: "Ketika itu di Madinah masih terdapat suku Yahudi yang besar jumlahnya, yaitu Banu Quraidhah. Pada saat kaum musyrikin mengepung kota Madinah, orang-orang Yahudi ini pura-pura setia pada perjanjian, tetapi tidak dapat diragukan lagi bahwa mereka itu berpihak kepada kaum musyrikin. Mereka hendak menggunakan kesempatan pertama untuk melancarkan serangan dari belakang terhadap kaum muslimin."

4. Sa'ad bin Muadz berpegang pada hukum Taurat dan butir perjanjian antara Bani Quraizhah dengan Nabi Muhammad saw sebelum perang, bahwa barang siapa yang melakukan perlawanan kepada Nabi Muhammad saw maka hukumannya adalah mati, kaum perempuan dan anak-anaknya menjadi tawanan. ( Ayat 56 dan 57 surah Al-Anfal dan ayat 26 dan 27 surah Al-Ahzab turun berkenaan dengan perang Bani Quraizhah.)

5. R.V.C Bodley, menulis di dalam bukunya yang berjudul Kehidupan Muhammad, Seorang Rasul, antara lain: "Muhammad adalah seorang pemimpin di negeri Arab, sebuah negeri yang luas wilayahnya sama dengan luas wilayah Amerika Serikat, berpenduduk sekitar lima juta jiwa. Apabila Muhammad meremehkan persoalan itu (Bani Quraidhah) dan membiarkan atau tidak menghukum pengkhianatan Bani Quraidhah, Islam tidak akan dapat hidup lestari di Jazirah Arabia.  Setelah kejadian tersebut, kabilah-kabilah Arab atau pun Yahudi terpaksa harus berpikir beberapa kali lebih dulu sebelum mereka berani berbuat khianat atau menginjak-injak perjanjian. Dengan terjadinya peristiwa itu mereka mengetahui akibat buruk apa yang akan menimpa mereka."


Keluarga Suci Sang Nabi SAWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang