Di dalam rumah Nabi SAW, kehadiran Jibril as dan para malaikat-Nya bukanlah sesuatu yang mengherankan. Ketika al-Hasan dan al-Husain berlatih adu gulat, Jibril berpihak kepada al-Husain dan Nabi SAW mendukung al-Hasan. Naluri keibuan Fatimah yang cenderung kepada putranya yang lebih muda, mengajukan protes kepada ayahandanya, "Wahai Rasul Allah SAW, apakah Anda mendorong yang besar supaya melawan yang kecil?"
Rasulullah SAW kemudian menjelaskan jika keberpihakannya berdasarkan rasa keadilan karena Jibril as telah mengajari al-Husain bagaimana mengunci gerakan al-Hasan, sudah seharusnya beliau mengajarkan hal serupa kepada al-Hasan.
Kedua bocah suci itu terbiasa dengan kehadiran Jibril as. Sejak bayi mereka telah mendengar senandung Sang Malaikat, syiiran merdu nan syahdu yang menemani malam-malam mereka sampai terlelap: Inna fil-jannati nahran min laban, li aliyyin wa husaynin wa hasan. Kullu man kaana muhibban lahumu, yadkhulul-jannata min ghairi hazan. Hubbu ahlil-baiti fardhun indanaa, wa bihadzal-hubbi lan nakhsyal-mihan.
Note:
Terjemahan: Sungguh, di dalam surga terdapat sungai dari susu, untuk Ali, Husain, dan Hasan. Setiap orang yang mencintai mereka, akan masuk surga tanpa berduka. Mencintai ahlul bait adalah kewajiban kita, dengan cinta ini kita tidak akan takut akan kesulitan. (Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz, mengenai syiiran: Inna fil jannati...)
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Suci Sang Nabi SAW
No FicciónKisah ini dimulai dari sebuah surat yang dikirim Nabi SAW dari Quba, sebuah tempat yang berjarak sekitar lima mil dari kota Yatsrib. Surat itu dibawa oleh Harits bin Auf dari suku al-Laitsi, salah satu klan dari Bani Kinanah, untuk diserahkan kepada...