Ibnu Abbas termasuk salah seorang yang hadir dalam majlis Nabi Saw, ketika beliau bersabda: "Barangsiapa senang hidup seperti hidupku dan mati seperti matiku, lalu ingin menjadi penghuni surga 'Adn yang disiapkan Tuhanku, hendaknya dia mengangkat Ali sebagai Pemimpin sepeninggalku. Ia juga hendaknya mengikuti seseorang yang diangkat oleh Ali sebagai pemimpin. Serta, supaya dia berteladan kepada Ahlulbaitku sepeninggalku. Sebab, mereka adalah keturunanku dan diciptakan dari darah dagingku serta dikaruniai pemahaman dan ilmuku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui mereka. Allah tidak akan menurunkan syafaatku kepada orang-orang seperti itu."
Sebagai ahli waris kota ilmunya Nabi SAW, kecerdasan seorang Ali bin Abi Thalib sudah sangat teruji. Masalah yang bagi orang lain pelik, bagi Ali sangatlah mudah. Secara sederhana ia menyelesaikan kebingungan tiga orang bersaudara yang memiliki warisan 17 ekor unta. Dengan kesepakatan di antara mereka sendiri, masing-masing mempunyai bagian yang berbeda. Orang pertama mempunyai hak setengah bagian, orang kedua mempunyai hak sepertiga, dan orang ketiga mempunyai hak sepersembilan. Berdasarkan ilmu hitung, mereka mendapati:
Orang pertama mendapat (17÷2) = 8.5
Orang kedua mendapat (17÷3) = 5.67
Orang ketiga mendapat (17÷9 ) = 1.89
Dari hasil perhitungan tersebut mereka jadi bingung karena ada sisa bagian yang tak utuh, sedang mereka tidak menginginkan ada onta yang disembelih atau dijual. Akhirnya mereka membawa persoalan pembagian yang pelik ini kepada Ali bin Abi Thalib. Setelah memahami duduk persoalannya, Ali mengambil seekor onta miliknya guna menambahi 17 ekor yang ada hingga jumlahnya menjadi 18 ekor. Dibagikanlah 18 ekor onta itu sesuai prosentase pembagian yang telah disepakati, dan hasilnya:
Orang pertama mendapat setengah bagian (18÷2) = 9
Orang kedua mendapat sepertiga bagian (18÷3) = 6
Orang ketiga mendapat seper sembilan bagian (18÷9) = 2
9+6+2=17 adalah hasil pembagian Sayyidina Ali yang masing-masing mendapat bagian lebih banyak daripada hasil penghitungan yang dilakukan tiga bersaudara tersebut. Hanya dengan menambahkan satu unta miliknya dalam rumus ilmu hitung, Ali menyelesaikan masalah faraidh tersebut namun tanpa kehilangan unta miliknya sendiri.
... ... ...
Footnote:
1. Al-Kabir, al-Thabrani; Musnad, al-Rafi'i.
2. Hadis senada dalam Shahih Bukhari, jil. 5, hal. 65 (cetakan Darul Fikr). Nabi Saw bersabda: "Siapa yang ingin hidup seperti hidupku dan wafat seperti wafatku serta masuk ke surga yang dijanjikan kepadaku oleh Tuhanku yaitu Jannatul Khuld, maka hendaklah ia berwilayah kepada Ali dan keturunan sesudahnya, karena sesungguhnya mereka tidak akan mengeluarkan kamu dari pintu petunjuk dan tidak akan memasukkan kamu ke pintu kesesatan."
3. Al-Shawa'iq al-Muhriqah, hal. 105; Shahih Bukhariy dan Muslim; Tarikh Thabari, jil. 2, hal. 300; Sirah al-Halabiyah, jil. 2, hal. 43; Majma' al-Bayan, jil. 9, hal. 120; dll.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Suci Sang Nabi SAW
No FicciónKisah ini dimulai dari sebuah surat yang dikirim Nabi SAW dari Quba, sebuah tempat yang berjarak sekitar lima mil dari kota Yatsrib. Surat itu dibawa oleh Harits bin Auf dari suku al-Laitsi, salah satu klan dari Bani Kinanah, untuk diserahkan kepada...