Part 9

23 5 4
                                    

Hal ajaib itu membuatku merasakan sesuatu.


..........

Saat aku ingin melangkah ke jendela, aku melihat anak cowok berdiri tapi...
Kenapa dia memakai topeng wajahku?

"Kamu siapa?", tanyaku heran.

"Aku Dj. Salam kenal ya", ujarnya sambil menirukan suaraku.

"Hahaha, ini siapa sih?", tanyaku sambil tertawa geli.

Ketika dia membuka topengnya, aku sedikit terkejut.

"Nah gitu dong ketawa. Jangan marah ya soal semalam", ujarnya, siapa lagi kalau bukan Taqi.

"Aku gak marah kok. Jangan kepedean deh", ujarku lalu melangkah masuk.

"Hahaha kok jadi pengen ketawa ya ngeliat tadi", lirihku dalam hati sambil tersenyum menahan tawa.

"Wihh ceria bener tuh wajah", ujar Syifa heran.

"Biasanya juga gini kok", kilahku sambil duduk.

"Ini lebih ceria dari biasanya".

Belum sempat aku membalas perkataan Syifa, ada secarik kertas terlempar tepat mengenai badan belakangku.

Saat kubuka apa isinya, aku terdiam sejenak. Senang sekaligus bingung.

"Untuk bisa bahagia sendiri, aku harus membuat setidaknya satu orang bahagia. Dan satu orang itu adalah kamu, Dj".

"Ini siapa yang nulis?", tanyaku pelan sambil menelusuri setiap sudut kelas.

"Eh Taqi kamu kenapa senyam-senyum sendiri?", tanya salah satu anak kelas heran.

Dan benar saja, ketika mata kami bertemu, dia tersenyum puas. Seperti menang dalam lomba balap karung.

Sontak aku langsung mengisyaratkan secarik kertas tadi kepadanya. Dan dia langsung menganggukkan kepalanya.

..........

[ Taqi POV ]

Pagi ini aku berniat untuk mengejutkan Dj dengan topeng wajahnya yang sudah kubuat tadi malam.

Ketika dia sampai di dekat jendela, dia nampak seperti orang kebingungan.

"Hahaha gemas kali sih wajahnya gitu", lirihku dalam hati menahan tawa.

"Kamu siapa?", tanyanya heran.

"Aku Dj. Salam kenal ya", ujarku sambil menirukan suaranya.

Sontak aku melihat pemandangan yang pasti akan kurindukan. Dia tertawa geli mendengarnya.

Dan yang paling membuatku senang, ketika aku melihat raut wajah senang bercampur bingungnya itu.

"Nah gitu dong ketawa. Jangan marah lagi ya soal semalam", ujarku sambil tersenyum lebar.

"Aku gak marah kok. Jangan kepedean deh", ujarnya lalu melangkah masuk.

"Masih masih ternyata", lirihku dalam hati.

Ketika di dalam kelas, aku sempat mendengar percakapaannya dengan Syifa. Lalu aku berinisiatif untuk membuatnya tersenyum.

Kuambil penaku lalu kutuliskan kata-kata... Ya bisa dibilang sedikit puitis. Kemudian kulempar secarik kertas tadi.

Dan benar saja seperti dugaanku, dia bingung mencari siapa yang menulis itu. Aku seperti merasa puas melihat reaksinya itu.

"Eh Taqi kamu kenapa senyam-senyum sendiri?", tanya salah satu anak kelas heran.

Serba Ajaib? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang