46

49.5K 2.1K 143
                                    

-KANTIN
Rania melangkahkan kakinya menuju antrian panjang untuk memesan makanan.

Terlihat Aldo berjalan dari arah masuk kantin, menuju antrian.

Rania melirik Aldo dengan tajam, apa mau Aldo sebenarnya?

Aldo berjalan melewati Rania, memesan makanan. Yah, kalian pasti tau. Antrian panjang akan membuka jalan secara otomatis untuk sang idola sekolah.

Rania mengerutkan dahinya, Aldo sengaja tak menghiraukannya? Aldo sengaja tak melihatnya?

Oke, fine!

Setelah menerima dan membayar jajanan yang ia beli, Aldo segera melangkahkan kakinya melewati antrian.

Rania yang tak sengaja ketahuan menatap Aldo langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Aldo melirik ke arah Rania sekilas, ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju meja kantin yang berada dipojok.

Rania kemudian menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Tiba-tiba Riki datang dari arah masuk kantin, berlari mendekati Rania.

"Huft.. lo belum beli?" ucap Riki sedikit ngos-ngosan

Rania menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Riki menatap ke arah depan, "woi, Rania duluan lah" ucapnya

Rania melirik ke arah Riki dengan tajam, apa maksud Riki?

Rania tidak perlu bantuannya.

"Enak aja, ngantri dong" ucap salah satu siswi dengan ketus

Riki menatap tajam ke arah siswi yang menjawab omongannya dengan ketus, "biasa aja kali" ucapnya dengan kesal

"Udah deh, lo juga ga usah banyak bacot" ucap Rania kepada Riki

Riki terdiam sembari menatap tajam siswi tadi.

Rania kembali menatap ke arah depan, ia ikut melihat siswi yang menjawab ucapan Riki tadi.

Rania kemudian mengerutkan dahinya, Ani?

Pacar Gilang?

"Jadi orang jangan mau menang sendiri, dong" ucap seseorang dari meja kantin yang tidak jauh dari tempat Rania dan Riki mengantri

Rania seperti mengenal suara tersebut, ia, Riki, dan beberapa siswa/i dikantin kemudian menoleh ke arah sumber suara.

Rania menatap orang tersebut dengan tajam. Tidak salah lagi, itu Devan.

Riki memelototi Devan, "bacot, lo!" ucapnya

"Halah, mau aja lo temenan sama dia" ucap Devan, lagi.

Gilang dan Heri tampak tak ingin menatap mata Rania, mereka mengedarkan pandangannya ke sembarang arah.

Sekali lagi, Rania menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia mengepalkan tangannya.

Rania ingin marah, ia ingin meneriaki dan memaki Devan yang selama ini selalu mendukungnya. Ingin memukul wajah Devan dengan sangat-sangat keras.

Rania ingin mencabik-cabik tubuh Devan, ingin menamparnya dengan keras.

Rania benar-benar sakit hati.

Saat ini Rania berusaha dengan keras menahan dirinya agar tidak melakukan itu semua, terutama menangis sejadi-jadinya dihadapan semua orang.

"Semua itu bukan salah Rania, lo doang yang gak sadar diri. Lo itu bukan tipe Rania!" ucap Riki dengan tegas

My Husband Is My Enemy 1 (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang