Gimana ayah? Ambyar tidak?
****
Di dalam perjalanan pulang dari rumah sakit usai pemeriksaan perdana kandungan Eunbi, Jeongkook tak pernah sekali pun melepaskan genggaman tangannya pada istrinya. Wajahnya memancarkan kebahagiaan, terbukti dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah tampannya. Sesekali ia melirik kesamping, memastikan Eunbi duduk dengan nyaman. Jeongkook benar-benar ingin menjadi suami dan calon ayah yang siaga di kehamilan pertama istrinya.
"Sayang , kau ingin sesuatu, tidak? Sesuatu untuk dimakan, mungkin?" tanya Jeongkook membuka percakapan.
Eunbi menoleh sambil sesekali mengusap permukaan perutnnya. Wajahnya masih tampak sangat berseri sejak tadi. "Em ... sepertinya tidak ada. Aku hanya ingin cepat-cepat sampai di rumah saja. Ingin segera mengistirahatkan tubuh. Entah kenapa aku merasa lelah padahal tidak melakukan kegiatan apa-apa hari ini."
Semenjak dia tahu bahwa dirinya tengah mengandung anak pertama mereka, banyak kebiasaan baru yang mulai Eunbi rasakan. Tubuhnya cepat lelah, lalu matanya entah kenapa jadi mudah mengantuk sekali di siang hari. Hanya ingin tidur dan tidur untuk saat ini.
"Baby benar-benar tidak suka banyak gerak, ya? Tidak seperti Daddy-mu ternyata." Jeongkook terkekeh geli.
Eunbi menimpali, "Setelah Baby lahir nanti, alangkah baiknya dia mengikutimu saja. Suka berolahrga dan bergerak ke sana kemari di dalam rumah," ucapan polos Eunbi membuat Jeongkook tergelak puas ditempatnya.
"Kira-kira bayi pertama kita berjenis kelamin apa ya, Sayang ? Kau menginginkan bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Jeongkook sembari membayangkan jenis kelamin calon bayinya.
Lantas, Eunbi menjawab, "Aku tak terlalu mempermasalahkan jenis kelaminnya, entah itu laki-laki atau perempuan. Asalkan Baby sehat-sehat saja sampai nanti waktu persalinan."
Eunbi mengusap perutnya, disusul Jeongkook yang ikut mengusapnya juga dengan pelan.
"Sebenanrnya aku menginginkan seorang bayi laki-laki, Sayang . Biar nanti dia bisa menjaga adik-adiknya."
"Jika yang lahir bayi perempuan bagaimana?"
"Tentu saja kita akan langsung melaksanakan program untuk anak kedua," celetuk Jeongkook antusias sekali ketika mengatakan pada Eunbi.
"Yya, Jeon! Baby saja masih berbentuk zigot, kau sudah memikirkan anak kedua. Apa otakmu masih berfungsi dengan benar, huh?"
"Sayang , selagi kita masih muda, sehat dan semangat. Tak masalah jika kita segera merencanakan adik untuk Baby. Bukan begitu, Baby?" kata pria itu masih mengusap perut Eunbi dengan sebelah tangannya itu.
"Enak saja kau, Jeon! Sementara aku, harus mengandung dan melahirkan."
Jeongkook mendekatkan tengkuk Eunbi, lalu mencium kening itu dengan lembut. "Kita akan berjuang bersama-sama, Sayang . Aku akan terus berada di sampingmu selama kau mengandung dan melahirkan anak-anak kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO BE A GOOD DADDY? ✔
Fanfiction[TERSEDIA DALAM VERSI EBOOK] Menikah tanpa proses pacaran. Apakah Jeongkook mampu untuk menjadi suami, sekaligus "good daddy" untuk keluarga kecilnya? Berawal dari hubungan persahabatan, berlanjut menjadi rasa suka antara Eunbi pada Jeongkook. Perna...