3. Wedding Present

17.5K 1.3K 160
                                    

***

Sudah satu jam yang lalu pasangan pengantin baru itu terbangun. Saat ini, Eunbi yang sudah berstatus menjadi istri Jeongkook sedang melakukan kegiatan pertamanya sebagai ibu rumah tangga; yaitu mencuci sprei yang tadi malam menjadi alas tidur mereka. Akan sangat memalukan jika asisten rumah tangga mereka melihat noda bercak darah Eunbi tertinggal di sana. Jadi, Nyonya Jeon itu memutuskan membereskan seluruh kamarnya yang berantakan lantas mencuci sendiri spreinya.

"Rasanya masih seperti mimpi ketika bangun tidur tadi kau berada di sampingku," ucap Jeongkook yang menemani Eunbi mencuci sambil memeluk pinggang kecil wanitanya. "Ternyata menikah itu enak, ya?"

Eunbi menggeleng, berusaha tetap fokus pada cuciannya dan mengabaikan Jeongkook yang bermanja ria, lalu berujar gemas, "Milikku. cinta sekali. Love you, Mine."

Belum genap dua puluh empat jam menikah, Eunbi sudah banyak sekali melihat tingkah Jeongkook yang tersembunyi selama ini. "Serius, Jeon. Bisakah aku menyelesaikan cucian ini sebentar? Karena tingkah manjamu ini, aku jadi lebih lama menyelesaikannya," seru Eunbi mulai frustasi.

Jeongkook pun langsung merengut. "Sayang, kita ini baru saja menikah kemarin. Masih waktunya untuk bermaja seperti ini. Lagi pula, kenapa kau harus mencuci sendiri, sih? Kita 'kan bisa meminta tolong pada Bibi."

"Kau mau membiarkan Bibi Han melihat kekacauan yang kita perbuat tadi malam?" tanya Eunbi, menatap Jeongkook dengan wajah kesalnya.

"Bibi Han pasti paham bahwa kit—" Ucapan Jeongkook langsung terpotong. Eunbi membekap mulut suaminya dengan cepat agar tak melanjutkan ucapannya.

"Jangan bahas apa pun tentang masalah tadi malam. Apa kau tak punya rasa malu?"

Jeongkook tersenyum jahil sebagai bentuk menggoda Eunbi. "Kalau begitu coba jawab yang jujur. Tadi malam itu nikmat sekali, 'kan, Sayang?" Jeongkook berbisik di telinga Eunbi, membuat istrinya meremang.

Eunbi bergidik ngeri saat hembusan napas hangat pria itu menyentuh ceruk lehernya. "Sudahlah, Jeongkook! Aish!" kilah Eunbi, wajahnya sudah memerah malu.

"Sayang, boleh aku bertanya padamu?" Nada bicara Jeongkook tiba-tiba berubah serius, membuat Eunbi menautkan alis lantaran bingung.

"Tanya saja."

"Em, apakah kau ingin langsung memiliki anak setelah menikah? Maksudku ... apa kau tidak ingin menikmati masa-masa berdua denganku dulu?"

Eunbi berdecak. "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Aku belum menangkap maksudmu, Jeon." Dahi istri Jeongkook semakin mengernyit. "Kau tidak ingin memiliki anak denganku?"

Entah kenapa Eunbi malah tak enak hati mendengar pertanyaan yang dilontarkan suaminya. Jeongkook yang menyadari perubahan mimik wajah sang istri, buru-buru memberi penjelasan agar istrinya itu tidak salah paham. "Maksudku bukan begitu, Sayang. Tentu saja aku ingin memiliki anak denganmu. Sangat ingin. Tapi ... bukankah ada baiknya jika kita menikmati momen pengantin baru dulu sebelum benar-benar siap menjadi orang tua dan mengurus anak-anak kita nanti?"

"Orang tua kita sudah sangat menantikan kehadiran seorang bayi. Kau tidak?"

Jeongkook memegang kedua tangan Eunbi, mengusapnya pelan, lalu tersenyum seakan tengah menghangatkan hati Eunbi. Pria itu berkata, "Aku tidak akan menuntutmu untuk segera mengandung. Aku juga tidak ingin melihatmu tertekan dengan semua tuntutan orang tua kita setelah menikah. Aku menikahimu bukan hanya untuk memberikanku keturunan. Aku menikahimu karena memang membutuhkan sosok pendamping yang mengerti semua tentangku. Jadi, jangan pernah berfikir jika aku menikah hanya untuk mendapatkan anak."

HOW TO BE  A GOOD DADDY? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang