Part 1: Awal

143 12 0
                                    

Happy Reading.
___________________

"Taaaa....tolong ambilkan handuk gue dong"

"Dimanaaa!!!, kebiasaan banget sih," gerutu Sinta sembari menekuk wajahnya.

Habits yang sering dilakukan teman satu kamarnya itu tak ayal sering membuatnya kesal karena hal kecil yang tidak pernah ia perhatikan, seperti halnya lupa menyiapkan handuk sebelum mandi. Mungkin hal sederhana semacam ini akan wajar dilakukan setiap orang dalam waktu satu atau dua kali. Tapi jika hal ini dilakukan secara terus menerus tentu akan menjadi hal menyebalkan bagi orang terdekatnya.

"Dijendela kamar!!" teriaknya dengan suara yang terdengar hampir santero rumah.

Sinta menuju kamar Rai sembari menghentak hentakkan kakinya dengan perasaan malas dan tidak Ikhlas. Mengambil handuk berwarna pink yang telah bergantung di tepian jendela lalu membawanya menuju pusat suara.

"Niiihh, cepetan ambil!"

"Iya iya bentar, sabar!"
Rai mengeluarkan sebelah tangannya, mengambil sepotong kain tersebut lalu memakainya. Baru beberapa langkah Sinta pergi, terdengar suara lengkingan khas Rai yang hampir menggetarakan seisi rumah, membuat siapa saja yang mendengarnya tak kuasa untuk menutup telinga.

Dibalik itu Sinta tersenyum jail dan merasa puas dengan rencananya yang kini berhasil. Rasain, rutuk Sinta.

"Sintaaaaa, awas yah, tunggu pembalasan gueeeeee!!" ancam Rai dengan suara lengkingan teknik vokal scream and Growl nya.

Rai sadar dan mengetahui bahwa hewan menjijikan itu hanya sebuah mainan plastik biasa yang memang sengaja diselipkan Sinta dibagian lipatan handuknya. Rai menggeram, Tentu ia tau siapa oknum pelakunya. Sinta Vanya Angelia.

Sinta, Teman masa kecil yang sampai sekarang masih menjadi teman masa remaja Rai. Manusia mana yang tidak bosan jika terus bersama sama padahal Status Saudara dan keluarga pun tidak ada hubungannya.

Rai dari seumur anak jagung sampai  seumur mamanya jagung, memang memiliki kedekatan sebab rumah mereka didalam 1 kompleks yang sama. Wajah Sinta nggak pernah absen dari depan muka Rai. Mungkin kalo kalian yang ngerasa jadi Rai, lo pasti nggak bisa bertahan lama. Si tengil yang selalu buat suara Rai habis karena ulah dia,
But..kalau boleh jujur, Rai serius nih pengen jujur, kalau nggak ada dia emang hidup Rai nggak ada rasanya. Ini nggak alay loh yah, ini beneran dari hati Rai.

Sekarang gue dan dia sama sama masuk Universitas favorit yang ada di Jakarta tentu dengan jurusan yang berbeda, tapi masih disatu ruang lingkup atau fakultas yang sama, Sinta jurusan Fisika Murni dan Rai sendiri jurusan Matematika murni.

Yeah, matematika emang pelajaran favorit Rai dari masih bocil. Awalnya Rai suka matematika karena motivasinya lewat uang. Yah uang. Rai suka banget ngitung uang. Bukan berarti Rai mata duitan yah. Btw, alasan Rai awam banget yah. tapi emang bener gitu sih. Bodo amat lah yah apapun alasannya nggak ngaruh juga buat lo yang ngebaca, iya nggak.

Right, Rai dengan Sinta udah temenan dari kecil. Rumah deketan. Kuliah di satu universitas dan fakultas yang sama and than tidak menutup kemungkinan Rai dan Sinta satu tempat tinggal selama menempuh pendidikannya. Emang kalau diliat-liat dunia Rai dan Sinta sesempit itu.

***

"Iyaaaa nii.. gue tunggu yah pembalasannya tenang aja gue ladenin kok pembalasan lu" balas Sinta sembari terkekeh pelan. Ia memang tidak takut dengan segala macam ancaman yang akan diberikan Raini. Karena dari dulu dia tau bahwa Raini cuma menang dimulut doang, tapi nggak berani buat ngelakuin.

So, Sinta emang jail sama Rai tapi nggak bertahan lama kok, dan ada kalanya sinta tau kapan waktu yang tepat buat harus ngejailin dia.
By the way kita belum kenalan yah. Sorry gue lupa.
Kenalin, Gue Sinta. Sinta Vanya Angelia. Temen yang bisa jadi apa aja buat Rai. Sorry yah gue Nggak niat buat sombong cuma pengen takabur aja.

***
"Rai, pagi ini lu ada mata kuliah apa?"

"Kalkulus" jawab Rai jutek. Sintaa hanya meliriknya sebentar sembari mengangguk pelan kemudian kembali beralih pandang kearah novel yang tengah ia baca. Sinta menyadari jika Raini sedang merasa tidak mood buat diajak ngobrol. Ia mengurung niatnya untuk tidak memperpanjang pembicaraan,
Yang sinta tau sejauh ini, Raini anaknya memang nggak bisa marah dalam waktu yang panjang. Sekitar 15 menitan moodnya pasti bakal balik lagi.

***

Diperjalanan menuju kampus Rai dengan setelan baju kemeja berwana merah hitam kotak-kotak yang dipadu dengan celana jeans berwarna hitam dan tas selempang bewarna cream, tengah berjalan santai dipinggir trotoar kampus sembari menangkup beberapa buku kalkulus yang telah ia pinjam di perpustakan. Entah apa yang Rai pikirkan, hingga ia hampir saja menabrak tong sampah  yang berdiri rapi di pinggir jalan.

"Duh, siapa coba yang naruh tempat sampah disini!" Gerutunya.

"Ya bapak atuh neng, emang dasar kan tempatnya juga biasa disitu," sahut seorang bapak tua yang menjabat sebagai petugas kebersihan dikampusnya.

Bapak yang umurnya sudah tidak lagi muda itu langsung menggeser sedikit tong sampah dari Rai.

Rai segera beralih dari tempat itu dan bergegas menuju lokalnya. Namun, belum lama kejadian tabrak menabrak tong sampah, lagi-lagi Rai berkelakuan dengan menabrak seseorang hingga membuat buku yang isinya bertebar angka itu jatuh tergelatak kelantai koridor.

"Aduuuh nih hari apa sih." gerutunya

"hari Senin" sahut seseorang.

"Siapa ya?, yang nanya."

Lantas ia segera pergi dengan membawa buku-bukunya. Ia tidak peduli untuk meminta maaf atau tidak sehabis menabrak orang tersebut. Intinya rai sedang bad mood Pagi ini.

Setelah sampai dilokal Rai menghempaskan badannya di kursi dengan kasar.

"Aduuuh" pekiknya.

Lantas isi lokal yang ribut dengan urusan masing masing kini beralih pandang kearah rai. ia tersenyum tipis dengan gerak geriknya yang terlihat seperti orang  salah tingkah. Diantara keheningan saat itu, sosok laki-laki dengan perawakan tinggi seperti pemain basket datang dengan gagah dan menuju kearah meja dosen sembari membawa beberapa berkas dan 2 buku tebal. Pakaian yang terlihat Rapi  dengan Style anak muda , tentu menjadi perhatian menarik bagi mahasiswi dilokal.

Masing-masing dari mereka langsung ambil posisi. Ada yang memperbaiki rambut, membenarkan make up, bahkan ada yang tiba-tiba jadi sosok yang kutu buku.

Satu sama lain dari mereka diam diam saling berbisik. Entah apa yang tengah mereka ghibah dari sosok Dosen yang baru saja tiba.

Sementara Rai, sejak tadi tidak berhenti menutup setengah wajahnya dengan buku note yang ia bawa. Hatinya  tidak berhenti memainkan ritme drum dengan kencang sejak melihat laki-laki yang diduga sebagai dosen pengganti mata kuliah kalkulus itu masuk kedalam kelasnya . Ia berganti gaya dengan beberapa kali mengucek mata dan menepuk pipinya agar memastikan jika dia memang benar-benar sadar sekarang.

Entah harus gaya sembunyi seperti apa lagi yang harus Rai lakukan. Dia benar-benar merasa bersalah dengan dirinya sendiri karena telah menabrak seorang laki-laki yang ternyata Dosennya sendiri.

Rai mencoba berusaha untuk bersikap tenang dan santai lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Pagi"

To Be Continued👉

CERITA CINTA RAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang