Di perjalanan menuju taman kampus Rai melihat Aryo dan Sinta tengah asyik berbincang. Pertemuan dan perbincangan lama di kedai kopi kemarin ternyata belum bisa menghapus rasa kerinduan mereka akan masa-masa lampau.
"Hei" Sapa Rai
"Hei Rai" Balas Aryo
"Sendirian aja?" Tanya Sinta
"Emang mau ngajak siapa lagi?"
"Boni!" Jawab Sinta. Rai mendengus kasar sambil memutar bola matanya saat mendengar nama Boni.
Ia di buat kaget oleh kedatangan Boni yang tiba-tiba. Rai menarik napasnya gusar. Rasa malas Rai refleks muncul. Sekarang ia sedang tidak mood hanya untuk sekedar berbicara, padahal tujuan dia menemui Sinta adalah ingin membicarakan sesuatu hal penting. Namun Rai mengurungkan itu sebab menceritakan suatu yang bersifat Rahasia akan sangat berbahaya jika bercerita di depan manusia seperti Boni.
Hati Rai dibuat khawatir olehnya. Ia sudah mulai curiga akan kedatangan boni yang entah kabar apa lagi yang ia ingin infokan ke mereka.
"Eh rai, gila lu. Gimana kencan pagi tadi lawan pak dosen. Cieeeee.."
Sudah di duga bahwa kedatangan Boni adalah kesialan yang berulang untuk siang ini. Entah apa yang akan ia bicarakan lagi dengan kabar yang ia dapatkan entah dari siapa. tidak-tidak. Ya Tuhan kenapa ada spesies laki-laki seperti Boni. Rai menutup matanya dan menggeramkan giginya.
"Eh bon, kalau lo kesini cuma buat gosip, tuh gabung sama cewek gurita!" ucap Rai sembari menunjuk perkumpulan perempuan yang kini sudah kembali menatap mereka.
"Apaan, gue emang bicara bener kok," "lo makan pagi sama Pak Raihan kan. Ayoo ngaku lo".
"Rese lo, pergi sana!" ucap Rai murka.
"Yaelah, galak amat lo."
"Eh bentar. Rai. lo beneran kencan ama dosen?." Oh ya Tuhan kenapa Sinta jadi ikut ikutan gini sih. Awas lo bon, emang cari perkara lo hari ini sama gue. Ucap batin Rai, sambil memicingkan mata murka ke arah Boni. Sedang Boni yang melihat Rai yang sudah menahan amarahnya justru menampakkan muka songongnya.
"Ya..ya ga lah..gila aja gue kencan sama dosen."
"Ahaha, Ga usah bohong kali Rai, anak lokal juga udah pada tau. Lo makan bareng kan sama pak Raihan."
"Emang kalo iya, kenapa!. Masalah buat mata lo, hah"
"Jadi, beneran Rai. Kok lu ga buru buru cerita ke gue sih" gerutu Sinta yang mungkin ia sedang merasa di duakan. Karena tiap ada masalah gue selalu cepet cerita ke Sinta, tapi untuk yang ini gue gak pengen buru-buru.
"Ya ga gitu ta, ini juga gue baru mau cerita. Ya elah telat cerita gitu doang, kok ngambek."
Sebelum Rai menceritakan kejadiannya tadi pagi bersama dosen penggantinya kemarin yang diduga punya banyak fans itu. Rai ingin menyelesaikan misinya yang nyaris tertunda. Mengusir Boni.
"Bon, please. Kalau lo mau masih bisa damai sama gue, Lo bisa ga angkat kaki dari sini!" Ucap Rai dengan penekanan."
"Yaelah santai aja kali. PMS lu!"
"Iya gue PMS tiap ada lo.!" Rai langsung menggampar bahu Boni dengan buku kalkulus yang tebalnya mencapai 500 halaman itu. Lantas Boni pergi sembari terkekeh pelan.
.
.
.
"Rai, lo beneran..""Emm enggak gitu kok, entar aja gue ceritaiin dirumah yah"
"Lah, gue kan juga pengen denger Rai" Ucap Aryo.
"Yaelah yo, lo kesambet si Boni, kok jadi kepo gitu sih!?"
"Udah ceritain disini aja kali rai, Lagian Aryo sahabat kita juga kan"
"Gak tau kenapa, Akhir akhir ini gue suka bingung ama lo Rai, kaya ada sesuatu yang lu tutup tutupin gitu sama kita" Timpal Sinta yang membuat kening Rai refleks mengkerut."Maksudnya, nutup nutupin gimana ta. Gue sering cerita kok sama lu,"
"Tapi sama Aryo?"
"Tapi kan"
"Kenapa? Karena Aryo udah lama ga bareng kita?"
"Bukan gitu ta"
Sinta sibuk dengan memilin milin ujung rambutnya.
"Ya gue ngerti kok Rai" ucap Sinta dengan senyum penuh arti.
Inilah sisi lain dari seorang Sinta. Ia selalu bawa perasaan tentang omongan orang lain. Entah baper level berapa yang dia miliki. Gue rasa dia punya tingkat baper level 10. Asli bapernya ga ketolongan. Kalian lihatkan cuma masalah telat cerita doang dia udah baper gini. Gue suka mikir iseng, tentang gimana yh nanti kalau Sinta punya pacar? Gimana kalau Sinta ngelihat pacarnya lagi ngomong sama emba emba supermarket? Apa Sinta bakal cemburu juga. Ahaha sorry pikiran gue suka travelling gini. Jadi mikirnya agak rada rada.
Akhirnya gue coba buat cerita ke sinta tentang kejadian yang gue alamin pas tadi pagi. Supaya dia ga baper aja sih karena gue telat cerita. Tapi anehnya sinta yang awalnya penasaran sama cerita gue kini cuma masang muka flat doang. Gue yang cerita penuh histeria dia malah cuma "oh" "ah" "eh" doang. Sebel ga sih. Ya udah ngedenger responnya kaya gitu gue memilih untuk mempersingkat cerita gue ke dia. Namun di pertengahan pembicaraan, Sinta langsung memotong pembicaraan gue.
"Emmm..Rai sorry, ini udah jam 2. Gue lagi ada kerja kelompok buat tugas kuliah, sorri yh nanti kita lanjut di rumah" Sinta masih dengan senyum penuh arti, ia langsung mempersiapkan tasnya untuk segera pergi.
"Oh gtu yh, oke deh. Hati hati, ta"
Rai melihat Sinta berlalu pergi, ada perasaan tidak enak yang muncul di hatinya. Sepertinya Sinta tidak suka dengan cerita Rai hari ini. Di lihat dari ekspresi wajahnya yang tidak penuh antusias seperti biasanya.Jangan tanya Aryo kemana, ia sudah lebih dulu pergi bersamaan dengan Boni. Mungkin Aryo paham bahwa aku hanya ingin bercerita berdua dengan Sinta. Namun nihil semua dari mereka pergi.
"Hei," seketika Rai dibuat kaget sebab seseorang tengah menyapa dan memukul bahu kirinya dari belakang.
Tubuhnya refleks berpacu. Dan Kini jantung Rai sudah bekerja lebih cepat dari biasanya, ia di kagetkan dengan seorang cowok yang tiba tiba langsung duduk di sampingnya."Kenalin Gue Reza Adytama, FMIPA dari jurusan Fisika Murni angkatan 17" Rai lagi-lagi dibuat bingung dengan orang itu, perasaan Rai ga pernah punya kenalan dengan anak Fisika murni kecuali Sinta. Tanpa Rai sadari ternyata sedari tadi cowok itu sudah menyodorkan tangannya sebagai tanda ingin perkenalan.
"Ooh iya, sory kak, saya Rai FMIPA jurusan Matematika angkatan 18."
"Salam kenal yah, eemm sebelumnya sorry. Gue ganggu lo"
"Haa..a-a ga ganggu, santai aja kak,"
"Gue liat, lo deket banget yah sama Sinta, sahabat lo ya"
"Hemm, ya. Kenapa yah kak?"
"Emmm gapapa kok, cuma mau tau aja"
Rai hanya mengganggukkan kepala dengan maksud sok paham padahal sebenarnya enggak.
"Btw kok tiba-tiba nanyain sinta, kakak kenal sama Sinta, bentar bentar pasti satu organisasi yah." Rai mencoba menebak.
Cowok itu hanya menggelang sambil melempar seperempat senyum kearah Rai.
"Enggak kok, Btw satu Kosan sama Sinta?"
Rai mengangguk.
"Tolong kasihin ini sama Sinta yah" Reza menyodorkam sebuah amplop coklat ke Rai.
"Apaa ini kak,?"
"Udah kasih aja ke dia."
"Ouh oke oke"
"Oke Gue cabut duluan yah"
"Eeee iya iya kak"
Rai mengkerutkan keningnya sambil tersenyum simpul. Apa Jangan jangan telisik batin Rai yang mencoba untuk menyambungkan pikirannya dengan sosok cowok inisial R yang sering di ceritakan Sinta padanya.
Rai segera memasukkan amplop coklat itu kedalam tasnya sembari tersenyum simpul, kemudian meminum sedikit es tehnya yang sudah hampir habis dan berlalu pergi.=======
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA CINTA RAI
Fiksi RemajaNovel ini menceritakan sebuah kisah pertemanan yang harus lepas abadi karena perihal rasa yang sama antara 2 insan, yang rela terpaksa menyimpan rasa diam-diam. Kadang seseorang bingung perihal ini, entah harus di kabarkan atau tetap menjadi Rahasia...