Disinilah mereka disebuah kedai kopi seberang kampus. Mengingat dan Menceritakan masa kecil adalah hal menarik untuk dibahas Setelah 7 tahun tidak bertemu, akhirnya tiga serangkai ini dipertemukan lagi dalam satu lingkungan yang sama.
Masing-masing dari Rai dan Sinta tidak menyangka jika Aryo Cahyono teman sepermainannya dulu bisa masuk di fakultas kedokteran di universitasnya. Tentu hal ini menjadi kejutan bagi Rai dan Sinta, mereka masih tidak percaya dengan tiga anak ingusan yang dulu mainanya nggak pernah jauh sama manjatin pohon Pak dudung tetangga kami, bisa bertemu dalam satu kampus yang sama. Terlebih dengan pertemuannya dengan Aryo yang tiba-tiba mengabarkan bahwa ia Masuk di Fakultas Kedokteran adalah hal yang masih belum diterima oleh Sinta.
Bagaimana tidak, Aryo Cahyono, Anak dari seorang ayah berprofesi dokter Spesialis Gizi ternama di kotanya pernah bercita cita ingin menjadi seperti Ayahnya. Sedang dalam mata pelajaran Matematika saja isi kepalanya Kosong melompong tak ada angka.
"Yo, lu beneran masuk fakultas kedokteran ?" Tanya Sinta memastikan. Sebab ia masih tidak percaya dengan sosok laki-laki yang memakai jas kebanggan fakultas berwarna putih itu.
Aryo terkekeh pelan, sembari melemparkan segaris senyuman tipis pada sinta.
***
Waktu kecil dulu, kalau nggak lupa sekitar umur 8 tahunan, Aryo memang pernah bilang kalau dia bakalan jadi dokter supaya bisa ngobatin Rai kalau lagi luka. Masih ingat banget masa masa itu, saat Rai, Sinta dan Aryo masih jadi anak layangan, yang mainannya nggak pernah lepas sama Alam, kalau nggak main pasir, nangkap kecebong di paret pinggir kompleks atau nggak manjatin pohon mangganya pak dudung.
Emang Saat itu kompleks tempat tinggal kami terlihat Asri sebelum banyak bangunan rumah bertingkat seperti sekarang, banyak pepohonan rindang dan udaranya terasa segar.
Pernah suatu ketika Rai membahas tentang cita-cita, kedua tangannya yang sedang memegang ranting pohon sembari mengayun-ayunkan tubuhnya persis seperti makhluk berbulu yang sering bergelantungan dihutan mangrove.
Sedangkan Sinta dan Aryo masih berada diatas pohon. duduk menikmati angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajah mereka. Seketika Sinta mulai membuka pembicaraannya.
"Disekolah tadi aku ditanyain cita-cita loh.." ucap Rai dengan suranya yang masih khas kekanakan dengan posisi yang masih sama. Bergelantungan.
"Terus. hubungannya sama kami apa!?" jawab Aryo sembari memainkan ranting pohon kecil di tangannya. Terlebih dengan ekspresi wajah sok juteknya yang membuat siapa saja tidak sabar untuk segera menampolnya.
Rai yang melihatnya sedikit memonyongkan bibirnya.
"Kalian cita-citanya mau jadi apa?" Tanya Rai balik"Aku mau jadi polisi dong, supaya bisa penjarain orang" ucap Sinta sembari mengacungkan hidung dengan jari jempolnya dengan pongah.
"Ya nggak bisa lah, kan kamu perempuan harusnya jadi polwan!" ucap Aryo yang tiba tiba menyambar.
"Iya, kamu harusnya jadi Polwan Sin bukan polisi" sambung Rai.
"Kalau kamu sendiri yo, mau jad..."
Bruuk
"Rainiii!!" Aryo segera melompat dari atas pohon, melihat Rai yang sudah jatuh tengkurap dibarengi dengan tangisnya yang semakin meledak membuat Aryo dan Sinta panik.
Sinta turun dari pohon membantu Rai untuk berdiri, ia melihat luka dibagian lututnya."Ya Allah Rai, lututmu berdarah!!
" ucap Sinta dengan nada paniknya, yang justru membuat Rai semakin mengeraskan suaranya. Sedang Aryo yang sedari tadi hanya dpat mengelus dan berusaha mengelap air mata Rai.
![](https://img.wattpad.com/cover/218184532-288-k686128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA CINTA RAI
Teen FictionNovel ini menceritakan sebuah kisah pertemanan yang harus lepas abadi karena perihal rasa yang sama antara 2 insan, yang rela terpaksa menyimpan rasa diam-diam. Kadang seseorang bingung perihal ini, entah harus di kabarkan atau tetap menjadi Rahasia...