BAGIAN 6: ALEJANDRO DAN TANTE GEMILANG

1.4K 51 0
                                    

BAGIAN 6: ALEJANDRO DAN TANTE GEMILANG

Malam harinya, debar-debar hati Debbie masih menanti. Bukan debar-debar indah, tapinya...

"Masih mau balas dendam?", tanya Lilo, sudah mengenakan kaos tpis dan celana pendek katun serta sepasang sandal jepit. Menunggu jawaban Debbie yang sudah terbalut jubah piyamanya yang berwarna keemasan. Debbie masih melambung ke ingatan pahitnya yang sepahit biji pare. Membayangkan Sapiudin mejadi salah satu ternak di pejagalan sapi.

Lilo mendesah kecil, menyadari pertanyaannya tak berbalas jawaban. Malah hentak-hentak kaki Debbie ke bumi, yang di dengarnya.

"T'rus, gue mesti pegang golok, apa pegang elo?", tanya Lilo lagi dengan kalemnya.

"ah?" Debbie menoleh cepat pada Lilo. Ia masih sedikit merunduk di balik jendela ruang tamunya. Mengamat-amati dan mengendus-ngendus apakah aroma Sapiudin akan muncul di depan gerbang rumahnya yang hening, sunyi melenggang...

"Tadi,,, apa gue gak salah tangkep,,, di bagian lo mau pegang gue?" Mata Debbie mulai kedip-kedip gatal.

"Itu pertanyaan. Bukan kemauan", sahut Lilo masih kalem.

"Kalo mau, juga gak apa-apa kok, Loooo... atooooohhhhh... lo ngegemesin, deh..." Debbie mencubit pipi Lilo. "Tapi sayangnya, lo salah timing. Ini waktunya kita ngeronda dulu... abis itu, baru bole bubu bareng... hek hekkkk hekkkkk..." Suara tawa Debbie benar-benar mengganggu.

Lilo hanya mengekeh singkat. "He..." ,,, ah, masih singkat kan?

"Lalu, kapan target operasi muncul?", tanya Lilo lagi.

"Lo Lo Lo", Debbie geleng-geleng kepala, "Itu juga masih jadi pertanyaan".

"ng... gimana kalo lupa'in aja bales dendam lo,,, dan... bobo bareng gue?" Lilo menyelesaikan kalimatnya dengan cepat, dalam sekali tarikan nafas pasrahnya. Seolah ia baru saja menyerahkan dirinya untuk menjadi korban keganasan Debbie. Membuat Debbie menoleh lagi ke wajah Lilo dengan mata kucing yang sempat meong-meong, meski julukan Debbie adalah si kadal...

"ah? Itu beneran? Lo nyerah, nih? Beneraaaan?" Debbie mulai senyam-senyum gatal. Ia mulai menggaruk-garuk mata gatalnya itu. Ada semut ketiban belek di situ.

Tapi kemudian, Debbie geleng-geleng kepala dengan sangat menyayangkan... sungguh menyayangkan... "Tapi Lo,,, beneran,,, lo salah timing. Ini... waktunya kita ngeronda..."

"Untuk?"

"Balas dendam!!!" Mata Debbie sudah berkilat-kilat dengan seruan "Merdeka!!!" di situ.

Wajah Lilo berangsur memerah seperti jambu monyet. Malu. Ia baru saja di suruh antri. "Elo... lebih milih bales dendem, nih?"

"ya iyaaaa laaaaahhh,,, ya iyaaaa dooooonk... gimana gituuuuu...", sahut Debbie. "Lo gak tau, sih,,, udah berapa korbannya hidup pahit kayak gue, nih..." Debbie menepuk-nepuk dadanya hingga terbatuk-batuk. "Gue akan menyelamatkan para gadis lugu lainnya! Supaya gak jadi korban!"

Mata Lilo memicing pada Debbie. "Bukannya demi ego lo doang, nih?"

"Ssssstttt! Berisik, ah..." Debbie mendorong wajah Lilo dengan sapuan lembut jemarinya.

Akhirnya... datang juga... Sapiudin dan mobil mewah hasil porotannya, sudah berhenti anggun di depan gerbang rumah Debbie. DUG! Jantung Debbie sudah mau copot rasanya.

Lilo pun langsung saja meraih pemukul baseball dan siap menggebok Sapiudin di tempatnya mampir tadi. Debbie langsung saja menggamit kerah kaos oblong Lilo dari belakang, membuat Lilo mengaduh. "Lo mau ngapa'in?", tanya Debbie dengan mata terusiknya.

Debbie Si Kadal: HARTA KARUN KAKEK TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang