BAGIAN 14: DEBBIE, LILO DAN ALEJANDRO

1.3K 50 1
                                    

BAGIAN 14: DEBBIE, LILO DAN ALEJANDRO

Malam sudah tiba. Debbie saling berjauhan... dengan Lilo. Di satu rumah,,, tapi saling menyendiri di kamar masing-masing. Makan malam pun di kamar masing-masing... Membuat suasana hening jadi mencekam kalbu... merindu ihik ihik...

Debbie menatap ke langit-langit kamar. Ada Lilo di situ. Debbie mulai membayangkan, kalau Lilo sedang berkutat dengan pemikirannya. Dan Lilo pasti tahu, bahwa Debbie pun sama gelisahnya. Sama galaunya. Sama blingsatannya...

Jadi apa masalahnya?, Debbie membatin sendiri. Kalau emang sama-sama ngerasa sama... berarti sama-sama rindu... berarti sama-sama mencin,- Di pikiran sekalipun, Debbie selalu mendadak macet di bagian itu. Ia ragu, kalau ia paham betul perasaan Lilo. Juga dengan perasaannya sendiri.

"Apa iya, aku mencint,-" Gumaman Debbie mendadak macet lagi. "Menciiiiin,-" Masih macet saja. "hhhh..." Debbie melenguh. Ia terlalu takut untuk mengucapkannya. Mencintai itu artinya... lemah. Begitulah pikiran Debbie selama ini. Ia harus menjaga dirinya untuk tidak pernah bermain hati dengan laki-laki mana pun yang didekatinya.

Debbie ingat pengalaman Rima bukkepayang,,, setelah jatuh hati dengan salah satu korban pikatannya sendiri, Rima mendadak melendung di perut. Dan di tinggal begitu saja... hanya bisa mengenang semilyaran janji manis.

Begitu pun dengan Rina kalsekali... berakhir di seutas tali tambang di dahan pohon mangga. Sejak semua asetnya habis dan di tinggal kekasihnya begitu saja... kekasihnya menikahi perempuan lain yang di anggap terhormat. Seolah Rina bukanlah manusia lagi...

Begitu pun dengan Risa kitinmulu. Sudah berakhir di rumah sakit jiwa setelah berkeliling Monas sambil telanjang.

Debbie bergidik ngeri. Ia geleng-geleng kepala...

Debbie menatap ke langit-langit kamarnya lagi... di situ ada Lilo... yang suatu saat,,, bisa membuatnya hancur lebih parah dari pengalamannya dengan Sapiudin karena Debbie,,,

"...mencintai Lilo...", gumam Debbie lancar. "Wuaduh!!!" Debbie langsung membekap mulutnya sendiri. Kok, gue lancar ngomongnya???, tanya Debbie di dalam hati. Mencoba mengulangi perkataannya kembali,,,

"Aku... mencintai... Lilo..." Debbie mulai senyam-senyum. Ia lancar mengucapkannya. "Aku mencintai Liloooo..." Debbie mulai beriak gembira... riang dan senang hati... sambil tepuk-tepuk bantal guling dan memeluknya erat-erat. Debbie memejamkan matanya dan mengulang kalimatnya lagi... "Aku... cinta... Lilo..."

Debbie membayangkan Lilo miskin. Hanya bersandal jepit. Bau kemenyan dan ikan asin. Menenteng lampu minyak untuk penerangan rumah tinggal di pedalaman desa yang jauh dari mana pun juga. Apalagi dari Hollywood,,, jauh sekaleee...

Debbie mulai membuka mulutnya lagi. "Aku cinta... Lilo... meskipun... dia miskin..." Debbie tersenyum sambil bernafas lega... tak percaya, ia sanggup mengucapkan itu. Sambil membayangkan dirinya mencuci pakaian kotor Lilo di tepi kali... "Aku... cinta Lilo..." Debbie masih sanggup mengulanginya dengan lancar...

Debbie mulai membuka matanya perlahan... dan menoleh ke pintu, berharap Lilo ada di situ... memandanginya dengan lancar mengucapkan semuanya...

Dan Lilo sudah senyam-senyum menatap Debbie... nyata, bukan khayalan Debbie.

"Lilo?" Debbie mulai memerah wajahnya. Kali ini... wajahnya lah, yang semerah tomat.

Lilo sudah tak sanggup untuk menahan gejolak rindunya. Ia langsung melompat ke ranjang untuk menindih Debbie.

"Auwwww... ng... Lo... gak pake resesi atau ritual apa gitu dulu?", tanya Debbie pelan. Dadanya sudah dang dang tut. Pusing tujuh keliling menahan debur-debur di dadanya yang sudah turun naik menggelisahkan...

Debbie Si Kadal: HARTA KARUN KAKEK TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang