BAGIAN 12: LAGI-LAGI, MASIH DEBBIE DAN LILO

1.1K 42 3
                                    

BAGIAN 12: LAGI-LAGI, MASIH DEBBIE DAN LILO

Hari ini, Debbie masih saja pulang di antar Dicki... Hanya saja, Dicki terlihat semakin kurus setiap harinya... pipinya semakin cekung. Seolah habis saja dikunjungi vampir penghisap darah... yang gemar tertawa mengikik seperti tawa Debbie saat ini, yang melambai kecil pada Dicki...

"Dadaaaah...", kata Debbie. Dengan Lilo sudah berdiri tegak di belakang punggungnya.

Saat Debbie berbalik, wajahnya sudah beradu dengan dada bidang Lilo yang membuat Debbie mendadak kepanasan...

"Deb...", kata Lilo, memundurkan badannya sedikit, agar Debbie bisa melihat mata sayunya. "Kasian loh, si Dicki..."

"Loh, dia yang mau... Kalo dia berjauhan sama gue, dia malah menderita... kurang baek apa tuh, gue..." Debbie menyelipkan tubuhnya ke sisi kanan Lilo, untuk masuk ke dalam rumah.

Lilo mengekor Debbie lagi. Semakin hari, langkahnya semakin terseok saja. Ia memperhatikan bagaimana Debbie menikmati spaghetti yang baru saja dimasaknya. Masih hangat.

Lilo mengamati Debbie duduk di sofa, sekelarnya menikmati spaghetti buatan Lilo yang di beri dua jempol oleh Debbie. Saus nanas bercampur potongan halus daging sapi cincang itu membuat Debbie sampai menjilati jemarinya saat terkena sausnya. "NYAM..." Debbie mulai bersendawa, "Aerrgggkhhhh... huaaahhh... pedesnya nampol banget... sip, Lo..."

Lilo mengangkat satu alisnya. Ia menghampiri Debbie di sofa. Setengah berlutut di hadapan Debbie. Debbie langsung menutup kedua matanya sambil senyum-senyum ge er hingga ke langit ke tujuh. "Ouw, pliiiissss... jangan bilang lo mau lamar gue...", kata Debbie sambil berdecak-decak berlagak galau. Padahal, senang hati riang gembira suit-suit gimanagitu...

"Deb... berhenti ngerja'in si Dicki... kerja'in gue aja, gak apa-apa...", kata Lilo pelan.

"Loh? Menyerahkan diri kok,,, buat di kerja'in?"

"Asal lo jangan ketemu Dicki lagi."

"ng... jadi lo bener-bener cemburu?" Debbie mulai menyipitkan matanya. Masih tak percaya dengan jenis-jenis aksi manis gula yang bisa bikin orang kena diabetes.

"Iya... karna... karna..."

"Merana?", sambung Debbie.

Lilo menggeleng. Tapi lalu mengangguk. "Iya... itu salah satunya. Tapi karna..."

"Tersiksa?"

"Iya!", suara Lilo mulai naik ke nada do tinggi. "Itu juga salah duanya. Tapi yang paling penting... karna..."

"Tertindas? Terpanah asmara? Terinjak-injak? Tertatih? Terbengkalai? Tertusuk-tusuk? Tertampar? Terjitak? Apa cinta mati?", berondong Debbie tanpa jeda.

Lilo menjawab dengan delikan matanya. "Yang terakhir...", akunya pelan.

Debbie terdiam sesaat. Dengan bibir melebar seolah terkekeh. Tapi tak ada kekehan yang keluar. Seperti senyuman di iklan pasta gigi. Cengiran mewah nan mahal. Jarang-jarang Debbie begitu tanpa kikik kuntilanaknya...

"ng... lo coba-coba jerat hati gue,,,", mulai Debbie sambil menyipitkan matanya, "Sampe gue melemah, gak berdaya, melayang, percaya,,, trussss... lo khianatin, deh... lo gasak deh... warisan dari si tua bangke... gitu kan skenarionya??? Ya kaaaaan? Mau bikin gue klepek-klepek... ya kaaaan? Ayo ngakuuuu... kaaaan? Kaaaaan? Kaaaaan?"

Lilo terdiam sejenak. Lalu mulai memukuli kepalanya sendiri dengan gemas. setengah sewot. "Gimana caranya bikin lo percayaaaaaaaaaaaaaaaaa???", jeritnya.

"Jujur,,, niat lo apa'an? Duit? Minta bagian? Gue tau lo simpen rahasia kalo gue bukan perawat beneran, dengan sebuah maksud. Lo kira gue bego? Anak kemarin sore? Gadis lugu dari desa? Anak ingusan? Meskipun,,, emang gue suka ingusan..." Debbie mengusek-usek ujung hidungnya yang mulai terserang flu.

Debbie Si Kadal: HARTA KARUN KAKEK TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang