BAGIAN 8: DEBBIE DAN DICKI BULIN

1.3K 48 3
                                    

BAGIAN 8: DEBBIE DAN DICKI BULIN

Sebetulnya, Debbie bukanlah orang yang tidak mau bekerja dengan halal. Hanya saja, tak ada yang mengingatkannya, siapa dirinya dulu...

Kecuali Lilo...

"Nih, Deb..." Lilo menunjuk ke salah satu iklan baris di surat kabar. Mata Debbie pun ikut melongok ke ujung jari telunjuk Lilo. "Gak ada berita apapun, Lo...", kata Debbie.

Lilo mendelik. "Ini. Maksudnya ini... bukan ujung jari gue... tapi bacaannya..." Lilo menunjuk-nunjuk lagi ke atas berita di salah satu deretan iklan baris...

LOWONGAN PEKERJAAN

Walk in interview

Hari titik dua sekian, tanggal titik dua sekian bulan sekian tahun sekian.

Pukul titik dua rata.

Posisi: Kasir

untuk di tempatkan di SUPERMARKET UPPINGDULU BARUDISKON, Jakarta.

Debbie mengerutkan keningnya. "Berita bagus..."

"Lo mau kerja, gak? Kerja yang bener, maksudnya...", kata Lilo lagi sambil garuk-garuk pucuk hidungnya yang mendadak gatal. Dan membetulkan letak kaca matanya yang suka mendadak longgar.

"Gue?" Debbie menunjuk ke dadanya. Tepat di tengah-tengah, di antara dua gundukan. Tapi Lilo sempat salah lirik. Ia melirik ke sebelah kiri dan kanan.

"Iya... ehem..." Lilo angguk-angguk dengan muka mendadak merah... sambil melarikan pandangan matanya ke lantai.

Debbie hening sejenak. "Gue boring sih, Lo... hidup mewah tanpa ngapa-ngapa'in... ternyata kayak idup dalam sangkar emas, ya... mati rasa, jadinya... weleh weleh..." Debbie geleng-geleng kepala. "Tapi kasir? Gue pernah kuliah manajemen. Jadi kasir?"

"Kenapa? Jadi kasir itu halal. Tanggung jawabnya juga besar. Kan pegang UANG..."

Uang? Uang??? Uang???, pikir Debbie dengan lidah melet-melet. Mata Debbie mulai blink-blink ting... "Bole jugaaaa...", sahut Debbie akhirnya. "Okayyy laaah... gue buat CV-nya..."

***

Malam harinya, setelah selesai membuat CV untuk lamaran pekerjaannya yang baru dan pastinya,,, halal,,, Debbie pun menghadap ke "paman guru" agenda buluk Alejandro... Kembali melanjutkan bacaannya... kali ini, ia membalik setiap halamannya dengan lebih lembut dan sopan...

Kehilangan Ayu membuat hidupku mendadak merana... tak ada lagi yang bisa kunikmati... harta berlimpah sekali pun... terasa... kosong... hampa... miskin... miskiiiiiiiiiiiiiiiiiiin sekaliiiiiiiiiiiiii...

Hanya Ayu, yang bisa membuatku merasa kaya di dalam hidup ini...

Seandainya Ayu mau memberiku satu kesempatan lagi,,, kan kupastikan, diriku hanya menjadi miliknya... akan ku lepaskan semua cara hidupku yang gaul banget dah...

Akan ku lepaskan semua cinta semuku pada si Betti ngkahbangetdah, Juleha rapharapcemas, Dita bokkinsakit,  Siska mlingmalam, Marshanda dabesar dan Jono ngkrong...

Oops, Jono cuma kadang-kadang... kalau yang lain lagi tak available...

Hu hu huuuuu... aku senduuuu... kalbuku tertusuk-tusuuuuukkk... merindu pada Ayu lelembutkuuuu...

Debbie mulai ikut mengharu biru... meski ia tak memiliki cinta di hatinya lagi. Bahkan sisi manusiawinya pun sudah tak ada... tapi ia mulai membayangkan seandainya Lilo tak pernah ada... ia takkan tahu, masih ada yang perduli padanya selain orang tuanya, 6 orang adiknya, kakek dan neneknya, serta para tetangga di desanya... yang jumlahnya sekitar 80 orang saja. Debbie sungguh kesepian...

Debbie Si Kadal: HARTA KARUN KAKEK TUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang