Sebuah bus yang baru saja berbelok dan memasuki area terminal berhenti. Tak lama kemudian para penumpang yang ada di dalamnya berhamburan turun seraya membawa barang-barang mereka. Tak terkecuali Azlan dan Maira yang juga turun dari bus. Mereka mengucap alhamdulillah karena telah tiba di kota tercinta.
"Zlan, aku duluan yah. Aku udah ditunggu tuh." Ucap Maira seraya menunjuk seorang pria paruh baya yang kini menatap mereka dengan senyum. Azlan membalas dengan anggukan.
Lantas Maira berjalan cepat menghampiri pria paruh baya tadi yang tak lain adalah abahnya. Dia lantas mencium tangan pria itu. Dari belakang Maira Azlan terlihat berjalan menghampiri mereka dan ikut mencium tangan abah Maira lalu saling berkenalan.
"Ini teman kamu Nduk? Yang kamu bilang satu pondok dulu?" Maira mengangguk.
"Saya Azlan Pak." Ucap Azlan memperkenalkan diri.
"Asalmu mana?" Tanya Abah.
"Saya dari kelurahan Payaman Pak." Jawab Azlan.
"Ooh. Payaman to. Lah bukannya disana juga ada pondok le? Darul Ihsan itu? Kok nggak disana aja?"
"Nggak Pak. Kalo disana terlalu deket Pak. Nanti malah jadi nggak betah di pondok. Jadi cari yang agak jauh." Jelas Azlan.
"Oalah. Yaudah kalo gitu. Kita duluan ya." Pamit Abah.
"Iya Pak. Hati-hati."
"Kamu juga hati-hati pulangnya. Assalamualaikum." Ucap Abah.
"Wa'alaikumussalam."
Abah segera naik diatas motor diikuti Maira duduk dibelakang abah. Lantas motor melaju dengan kecepatan standar menyusuri jalanan aspal yang terlihat ramai karena memang sedang libur semester.
***
Motor Abah berhenti di depan rumah. Mereka segera turun dan membuka helm mereka. Lantas keduanya masuk ke dalan rumah.
"Assalamualaikum." Ucap anak dan bapak itu kompak. Dua orang yang kini sedang menunggu di ruang tamu juga menjawab dengan kompak.
Maira mendekati sang ibu dan mencium tangan wanita itu. Lantas gadis itu beralih mencium tangan pria yang duduk disamping ibunya.
"Duduk dulu Nduk." Pinta ibunya.
Maira duduk dan meletakkan tas ranselnya disampingnya. Lantas Pria yang tadi duduk disamping ibunya berdiri dan mengambil tas Maira lalu membawanya ke kamar Maira.
"Tumben Mas." Ucap Maira seraya menatap kakaknya sedikit heran. Pria itu hanya menatapnya sekilas dan berlalu menuju kamarnya.
"Jangan di Komentari. Mumpung lagi rajin."
"Libur berapa hari?" Tanya sang ibu.
"Satu bulan setengah." Jawab Maira.
"Lama juga ya. Eh, Ibu kasih tau sesuatu. Minggu depan mas mu lamaran." Kata ibu dengan wajah senang.
"Beneran Bu?" Sang ibu mengangguk.
Wah godain ah. Batinnya seraya tersenyum licik.
"Yaudah, kamu mandi sana. Habis itu istirahat. Pasti capek kan perjalanan jauh." Perintah abah.
"Iya Bah."
Maira lantas berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Wanita itu lantas masuk ke dalam kamarnya dan mengambil baju dari lemari serta handuk. Lalu dia segera menuju kamar mandi.
"Eh bentar. Mas kebelet." Cegah Azam lalu mendahului masuk.
"Cepetan Mas."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suratan Takdir dari Arsy [SUDAH TERBIT)
SpiritualStory by Elkhusna & DevitaNazula Romance-Spiritual Menuntut ilmu di pesantren yang sama namun tak saling kenal, lalu dipertemukan di kampus yang sama dan menjadi sahabat. Dari yang awalnya biasa saja hingga perasaan yang biasa itu berubah menjadi ra...