Chapter 11

165 13 1
                                    

Maira terlihat duduk di bangku panjang yang ada di depan kos bersama teman-teman kosnya, menatap langit yang mulai berwarna jingga. Menandakan jika sebentar lagi langit akan gelap.

Maira menyalakan data selular pada ponselnya. Tak lama dari itu ponselnya berbunyi. Puluhan hingga ratusan pesan masuk yang bukan hanya pesan pribadi. Tapi juga pesan grup.

Ia memang sedari pulang dari kegiatan festival banjari kemarin belum membuka ponselnya sama sekali karena belum sempat. Dan di kampus pun tadi juga masih ada acara lain yang juga diadakan berhubungan dengan milad kampusnya.

Maira menggulir pesan-pesan yang masuk da membaca dari siapa saja pesan-pesan tersebut. Keningnya mengernyit kata menatap sebuah pesan yang berasal dari nomor tak dikenal. Perhatiannya langsung tertuju pada pesan tersebut dan ia segera membukanya.

085xxxxxxxxx
Assalamualaikum

Maira menatap waktu dikirimnya pesan tersebut padanya. Pesan tersebut dikirim kemarin tepatnya pukul dua belas malam.

Maira segera mengetikkan sesuatu dan memencet tombol send.

Maira
Wa'alaikumussalam. Siapa yah?

Diva yang duduk disampingnya melirik ke layar ponselnya. Mengamati jarinya yang bergerak membalas pesan dan melihat foto profil orang yang tak dikenalnya itu.

"Ehem ehem.... Ciieee di chat sama cowok." Goda Diva setelah Maira membuka foto profil. Walau di foto tersebut pria itu membelakangi kamera.

Maira menoleh menatap Diva karena tersadar dengan maksud kata-kata Diva. Maira hanya memutar bola matanya dan kembali berkutat pada ponselnya, membalas pesan lain.

Tak lama, nomor yang tak dikenalnya tadi membalas pesannya. Diva yang memang sedari tadi terus memperhatikan layar ponsel Maira tanpa sepengetahuan Maira pun makin penasaran.

085xxxxxxxxx
Daffa
Save ya :-)

Maira
Ya

Maira lantas menyimpan kontak Daffa. Diva tersenyum jahil dan merebut ponsel Maira. Maira yang tak tahu jika Diva sedari tadi gemas terkejut karena Diva tiba-tiba merebut ponselnya.

"Eh apa sih? Kok direbut." Ujar Maira lalu kembali merebut ponselnya.

"Cieee. Daffa namanya." goda Diva.

"Kenapa? Mau kenalan?" Tanya Maira.

"Nggak ah. Yaudah, lanjutin gih pedekatenya." Jawab Diva lalu terkekeh. Sedang Maira tak menanggapi.

Ia menatap ponselnya dan ternyata Daffa membalas pesannya. Ia hanya membukanya dan mengabaikannya, lalu membalas chat dari teman-teman sekelasnya.

***

Maira menghampiri Azlan yang sedang murojaah hafalannya dibangkunya. Wajahnya terlihat sedikit kesal. Azlan yang menyadari seseorang berdiri di depannya pun mendongak dan mendapati Maira menatapnya. Bukan. Tepatnya menatap Al-Qur'an ditangannya karena gadis itu tak berani menatap mata Azlan.

"Kenapa?" Tanyanya bingung setelah melihat wajah Maira yang sedikit tertekuk.

"Kamu ngasih nomor aku ke Daffa?" Tanyanya dengan nada sedikit kesal.

Azlan mengernyit dan menutup Al-Qur'annya. Perasaan ia tak pernah memberikan nomor Maira pada Daffa. Kenapa gadis itu bertanya hal itu?

"Nggak. Aku nggak pernah ngasih perasaan. Emang kenapa?" Tanyanya.

Maira menghela nafas, "Dia chat aku. Awalnya cuma minta save. Tapi lama-lama cuma chat basa-basi yang nggak penting. Dia suka ya sama aku?" Tanyanya menerka-nerka jika Daffa menyukainya. Ia tahu, biasanya laki-laki yang hanya basa-basi dan berusaha mencari topik walau tak penting tandanya ingin dekat.

"Iya." Jawab Azlan. Sepertinya Maira terganggu dengan chat Daffa. Dan entah kenapa hatinya senang saat tahu Maira kurang nyaman dengan chat Daffa dan menganggapnya tak penting.

"Dia dapet nomorku kalo nggak dari kamu terus dari siapa?"

Azlan mengernyit. Ia juga bingung darimana Daffa mendapat nomor Maira, "Emang dia chat kamu kapan?" Tanyanya.

"Kalo dilihat jamnya sih jam dua belas malem. Habis acara kemarin. Habis kalian nganter aku. Tapi aku baru buka kemarin sore."

Azlan mengingat-ingat dan tak lama ia segera teringat saat mendengar suara ponsel Daffa dan waktu itu Daffa belum tidur. Dan Daffa bilang jika ia tak bisa tidur.

"Ooohh. Kayaknya dia salin nomor kamu tanpa sepengetahuanku. Soalnya waktu itu jam dua belas aku udah ngantuk dan tidur. Terus aku bangun lagi karena denger suara hp nya Daffa. Dia masih main hp."

***

Azlan menggulir layar ponselnya untuk mencari nama Daffa di kontaknya. Setelah menemukan nama itu, ia segera menghubunginya dan terlihat di layar ponselnya kata "berdering".

Tak lama, orang diseberanf telepon mengangkatnya dan terdengar suaranya. Azlan menarik nafas dan mengucapkan salam yang dijawa oleh Daffa.

"Ada Apa?" Tanya Daffa dari seberang telepon.

"Kamu kemarin dapet nomornya Maira darimana? Kamu ngambil nomornya dari hp ku?" Tanyanya to the point.

"Iya. Hehe. Maaf yah. Habis kamu tidur, daripada bangunin kamu. Terus kalo pagi takutnya lupa." Kilah Daffa. Padahal memang karena pria itu sudah benar-benar ingin mendapatkan nomor Maira.

Namun Daffa tahu, sepertinya Maira memang tak suka jika ditanya hal-hal yang basa-basi. Karena gadis itu cenderung cuek saat membalas pesannya.

"Harusnya kamu itu izin dulu sama yang punya hp. Izin juga sama yang punya nomor. Itu namanya nyolong." kesal Azlan. Nadanya terdengar sedikit emosi.

"Iya maaf. Udahlah jangan emosi. santai aja." Daffa berusaha menurunkan emosi Azlan.

"Tadi tuh Maira marah ke aku kenapa ngasih nomornya sembarangan ke kamu. Padahal aku nggak ngasih." Katanya dengan nada yang masih terdengar sedikit sebal.

"Iya deh maaf. Lagian kenapa sih kamu gitu aja marah. Sewot banget kayak cewek PMS. Orang yang punya urusan aku kenapa kamu ikutan marah? Udahlah, aku bakal selesain masalah ini sama Maira nanti. Aku bakal minta maaf ke dia."

"Kamu jangan lagi deh ya chat dia. Kasian dia keganggu." Pinta Azlan. Bukan berniat supaya Maira tak ilfeel pada Daffa. Namun ia merasakan cemburu pada hatinya.

"Emang kenapa? Kok nggak boleh chat? Kalo ada kepentingan masa nggak boleh?" Tanya Daffa yang semakin membuat Azlan kesal.

"Ya... Ya boleh kalo ada penting. Udahlah, intinya jangan sampe lagi-lagi Maira marah ke aku gara-gara kamu." Katanya.

"Udah, aku tutup teleponnya. Assalamualaikum." Lanjut Azlan lalu memencet tombol merah sebelum Daffa menjawab salamnya.

Suratan Takdir dari Arsy [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang