Maira menatap pantulan dirinya di cermin. Ia lantas segera memakai kaos kaki dan sepatunya, lalu meraih tas selempang kecilnya yang biasa dipakainya kemana-mana dan menyampirkannya ke pundaknya. Maira lantas keluar dari kamarnya. Dan menghampiri abah yang sedang duduk di beranda rumah.
"Bah, Maira mau keluar sebentar beli kitab tafsir." Pamitnya.
Abah mengangguk, "Iya. Hati-hati."
"Iya Bah. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Lantas Maira naik ke atas motor dan menyalakannya. Dia segera melajukan motornya membelah jalanan aspal yang tampak sedikit lengang.
Butuh waktu sekitar empat puluh menit untuk sampai di toko buku Islam yang ditujunya jika dengan kecepatan standar. Disana selain buku Islam, juga terdapat kitab-kitab lengkap.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya Maira menepikan motornya di depan toko dan memarkirkannya. Setelah itu ia masuk dan mencari kitab yang ingin dibelinya, yaitu kitab Fii Dzilali Qur'an karya Sayyid Quttub. Kitab tersebut terdapat dua belas jilid. Namun Maira ingin menyicilnya dengan membeli satu-satu. Dan kali ini ia membeli jilid satu.
Setelah sepuluh menit mencari, akhirnya ia menemukannya dan segera membawanya ke kasir.
"Ini aja ya Mbak?"
"Iya."
"Totalnya 156.000."
Maira segera membuka tas kecilnya dan merogoh dompetnya. Namun yang ia rasakan kosong. Tak ada apapun di dalam tasnya. Dia mulai kebingungan. Sepertinya dompetnya ketinggalan.
"Aduh, emm maaf Mas, dompet saya ketinggalan. Nggak jadi deh." Ucap Maira sedikit malu. Sudah jauh-jauh ternyata dompetnya ketinggalan. Menyebalkan.
"Eh bentar Mbak, nggak apa-apa saya bayari dulu." Sahut seorang wanita yang kira-kira seumuran Maira yang berdiri dibelakangnya.
"Aduh, jadi ngerepotin. Nggak usah lah Mbak." Tolak Maira dengan halus.
"Nggak apa-apa. Saya ada uang lebih kok." ujar wanita itu.
"Mas, kitabnya saya bayarin sama ini ya." Kata wanita itu dan menyodorkan kitab yang dibelinya.
"Totalnya 175.000." Wanita itu mengeluarkan uangnya dari dalam dompet dan menyodorkannya pada penjaga kasir. Lalu sang penjaga kasir memasukkan kitab-kitab tersebut ke dalam plastik.
"Terima kasih." Ucap pria itu sembari menyerahkan kitabnya.
"Sama-sama."
Mereka lantas keluar dari toko. Maira sendiri masih merasa tidak enak pada wanita itu. Padahal mereka tidak mengenal satu sama lain tapi wanita itu dengan baik hati membayar kitabnya.
"Mbak kok baik banget sih? Padahal nggak kenal loh. Kok bayarin kitab saya. Emang nggak takut kalo seandainya saya bukan orang baik-baik terus nggak balikin uang Mbak?"
Wanita itu tersenyum, "Ya sebenernya takut. Tapi bantu sesama itu hal yang baik. Jadi ya, apa salahnya bantu. Toh, kalo emang uang itu hak dan milik saya pasti bakal balik." Jelas wanita itu.
"Salut sama Mbak. Baik banget."
"Udah ah, jangan muji-muji gitu." Ujar wanita itu lalu menyerahkan kitab Maira.
"Kalo gitu saya minta nomornya Mbak. Nanti gampang kalo mau balikin uangnya." Pinta Maira lalu merogoh ponselnya dari dalam saku gamisnya. Mereka lantas saling bertukar nomor telepon.
"Makasih ya Mbak. Besok-besok saya balikin uangnya Mbak." Wanita itu mengangguk.
"Sekali lagi makasih ya Mbak. Saya permisi dulu. Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suratan Takdir dari Arsy [SUDAH TERBIT)
SpiritualStory by Elkhusna & DevitaNazula Romance-Spiritual Menuntut ilmu di pesantren yang sama namun tak saling kenal, lalu dipertemukan di kampus yang sama dan menjadi sahabat. Dari yang awalnya biasa saja hingga perasaan yang biasa itu berubah menjadi ra...