16. Pak Petra

11.9K 802 46
                                    

Malam ini Adara hanya memakai gaun terusan selutut berwarna hitam yang bagian lehernya berpotongan rendah. Serta make up seadanya hasil kreasi dari Nesya. Meski tampil sederhana tidak membuat kecantikan Adara luntur. Mungkin bisa jadi, ini berkat dari serangkaian skin care yang rutin dipakainya hingga membuat wajahnya kini bersih dari jerawat.

Membicarakan Nesya membuat Adara jadi kesal sendiri. Ingin rasanya Adara memaki-maki sahabatnya itu yang tiba-tiba mengalami sakit perut karena ulahnya sendiri. Bagaimana tidak, siang tadi sahabat menyebalkannya itu memakan baso dengan terlalu banyak sambal siang tadi, padahal ia sudah melarangnya lantaran menghawatirkan kesehatan wanita itu. Tapi dengan ngeyelnya Nesya tidak mau mendengarkan, alhasil sekarang Nesya harus menanggung akibatnya dan itu merupakan kesialan bagi Adara yang mana harus datang kepesta itu sendirian tanpa adanya Nesya yang menemani.

Adara melangkah pelan menuju Pak Petra dan istrinya yang nampak sedang mengobrol dengan beberapa tamu undangan lainnya. Dari kejauhan Adara mengamati lelaki paruh baya itu terlihat gagah dengan memakai jas abu-abu hasil rancangan designer ternama, disampingnya penampilan sang istri juga tak kalah wah-nya dengan sang suami. Adara tersenyum tipis menyaksikan kekompakan pasangan suami istri itu yang nampak bahagia menyambut ulang tahun pernikahan mereka.

Ugh, betapa bahagianya berada ditengah-tengah keluarga yang penuh kehangatan itu. Dalam hati Adara merasa miris pada kehidupannya yang berbanding terbalik dengan figur keluarga bahagia yang ada didepan matanya saat ini.

"Adara." Kesadaran Adara kembali ketika mendengar suara pak Petra yang penuh dramatis menyambut kedatangannya.

"Novelis kita yang cantik akhirnya datang juga."

Adara tersipu mendengar kalimat pujian pria tua itu yang suaranya mengalahkan alunan musik jass yang sedang dibawakan oleh seorang penyanyi wanita diatas panggung kecil yang letaknya dekat dengan tempat mereka berdiri. Beberapa tamu yang berada di dekat mereka ikut menoleh ke arah mereka dengan penuh minat.

"Selamat malam Pak Petra dan Nyonya, selamat ulang tahun pernikahan. Semoga langgeng dan sejahtera untuk Anda berdua!" Adara menyalami pasangan itu dengan hormat.

"Ini ada sedikit kenang-kenangan dari saya dan Nesya." Adara memberikan paperbag berwarna peach yang sudah ia bawa sejak tadi kepada pasangan itu.

"Aah kau ini terlalu berlebihan, harusnya tidak perlu repot-repot membawa kado seperti ini. Lagipula aku sudah tidak muda lagi, Adara!" Pak Petra terkekeh yang berakhir dengan cubitan sang istri dilengan kirinya.

Adara menggigit bibirnya untuk menahan seringai geli melihat pria tua itu nampak meringis akibat cubitan istrinya.

"Jangan dengarkan dia Adara, si tua ini memang suka lebay!"

"Iya Nyonya tidak apa-apa. Mohon diterima pemberian dari saya ya, Nyonya!" Adara kembali menyodorkan paperbag yang langsung diterima dengan wajah berseri oleh Nyonya Petra.

"Terimakasih Adara, kau cantik sekali malam ini."

Selama tiga tahun mengenal mereka, Tuan dan Nyonya Petra memang sosok bos yang ramah dikalangan pekerjanya. Hubungan mereka bahkan cukup dekat dibanding dengan yang lain. Jadi ketika Nyonya petra merangkum serta mencium pipi kiri dan kanannya, Adara sudah tidak canggung lagi kepadanya.

"Adara kan memang mirip dengan Mami waktu muda." Pak Petra menyeletuk.

"Untuk hal itu tak perlu kau perjelas Sayang, jika tidak mana mungkin dulu kau tergila-gila padaku." Nyonya Petra mendelik sebal ke arah suaminya sembari menahan senyum

"Jangan membuat kakek tua ini malu didepan yang muda lah Mih." Pak Petra memasang wajah merajuk yang entah kenapa malah membuatnya terlihat lucu oleh Adara.

Ex Brother in Law (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang