20.

14.9K 805 54
                                    

Dengan kasar Max menghentak tangan Adrian yang hendak membuka pintu mobilnya.

Adrian menatap Max dengan benci, dalam hitungan detik kedua tangannya sudah beralih mencengkeram kerah kemeja Max dengan cekatan. Tinggi badan Max yang hanya sebatas telinga Adrian membuatnya dengan mudah untuk mengintimidasi pria itu. Namun rupanya kali ini Max sudah tidak setakut dulu kepada Adrian. Bahkan dengan santai ia menyeringai.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa tujuanmu mendekati Adara?" tanya Adrian lantang.

Max tertawa pongah, sementara kedua tangannya terus memberontak melepaskan diri. "Apa urusanmu? Ingat, kau bukan siapa-siapanya? Kau hanyalah mantan kekasih tidak tahu diri yang masih saja mengganggu kehidupannya!"

Adrian mengetatkan rahangnya. "Jadi sekarang kau sudah punya nyali untuk melawanku?"

Max tersenyum miring. "Seujung kuku pun aku tidak akan takut menghadapimu Ad, mengingat sekarang kau sudah tidak lagi bekerja untuk Fernandez!"

'Ah, jadi rupanya si brengsek ini sudah menyelidikiku!'

Adrian melepaskan Max dalam sekali hentak hingga tubuh Max membentur kaca spion.

"Good, sepertinya kita akan cocok menjadi rival, Max Canon!" tekan Adrian tajam.

Max menatap Adrian dengan sengit, sekarang dia tidak merasa takut lagi pada pria itu mengingat sekarang kekuatan mereka setara di dunia bisnis.

Lalu Max mendengus. "Sayangnya kau bukan rival terberatku Adrian melihat nampaknya Dara sudah tak ingin kembali lagi padamu."

Sekali lagi Adrian merenggut kerah baju Max, jika tak ingat mereka tengah berada di tepi jalan mungkin Adrian sudah melayangkan tinjunya pada Max.

"Dengar, mengenai Dara mau kembali denganku atau tidak itu bukan urusanmu! Tapi memastikan keamanan Dara itu sudah menjadi tugasku! Dan sekalipun dia tidak akan memilihku, aku akan merelakannya asalkan Dara bersama dengan pria yang tepat. Bukan dengan pria bajingan sepertimu yang sudah memasukkan obat perangsang kedalam minumannya."

Tepat sebelum Adrian menyelesai ucapannya pintu disamping mereka terbuka, Adara yang keluar seketika terkejut oleh fakta yang baru saja didengarnya.

"Apa?" Adara mengepalkan tangannya, menatap bergantian dua pria didepannya yang terlihat sama terkejutnya.

"A-apakah yang kau katakan benar, Ad?" tanya Adara lemah.

Adrian terdiam. Sebenarnya sejak awal dia berniat untuk menutupi fakta ini dari Adara, terlebih setelah menyelidikinya Adrian tahu ada campur tangan Anna didalamnya. Dan Adrian tidak ingin membuat Adara semakin bersedih dengan kenyataan bahwa Anna sengaja melakukan hal itu padanya.

Sesaat lamanya Adrian yang merenung nampak lengah hingga dia tidak melakukan perlawanan ketika Max mendorong tubuhnya dengan kasar, Max meraih tangan Adara namun Adara langsung menangkisnya.

"Jawab, apa benar kau memasukkan obat perangsang pada minumanku, Max?" Adara meninggikan suaranya.

"Adara, kau masa percaya pada apa yang dia katakan? Apa kau lupa Adrian adalah pria yang sama yang membohongimu di masa lalu!"

Yah, Max benar. Seharusnya Adara tidak percaya dengan kata-kata Adrian, tapi kenapa hati kecilnya mengatakan bahwa Adrian tidak berbohong? Meski sekarang pria itu tidak lagi mengatakan apapun padanya. Tapi dari sorot mata Adrian yang kini menatapnya begitu dalam, Adara tahu pria itu mengatakan sebenarnya.

Plak!

Adara melayangkan tamparan dipipi Max hingga wajah pria itu tertoleh kesamping.

"Aku memang tidak akan pernah lagi mempercayai ucapannya, tapi mempercayai ucapanmu juga sama salahnya!"

Ex Brother in Law (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang