5. Adara dan Bagas

19.4K 1K 22
                                    

"Jadi, sebenarnya apa yang membuatnya menemuimu?" Nesya bertanya menyelidik.

Saat ini keduanya tengah bersantai sambil menikmati acara televisi.

"Siapa?" tanya Adara tidak mengerti.

Nesya menghela nafas, kesal dengan sikap Adara yang terkesan pura-pura polos.

"Ad-ri-an." Nesya menekankan kalimatnya.

"Apa telah terjadi sesuatu?" Mata bulat Nesya menyipit curiga.

"Tidak ada apa-apa, Nesya. Bukankah kamu mendengarnya sendiri kalau apartemen ini milik sahabatnya." Adara berusaha santai, sengaja menghindari tatapan Nesya yang masih menyipit melihatnya.

"Adara, aku tidak bodoh! Pria itu tak berhenti meneleponmu sejak kau pulang, lalu kejadian tadi di supermarket ... aku melihat kalian, Adara Fidellia! Pasti ada yang kau coba sembunyikan dariku kan?" Nesya masih bersikeras.

Adara tersenyum pahit lalu melanjutkan memakan cemilannya dengan canggung. Masih menghindari tatapan Nesya.

"Apa yang sudah terjadi, Ra? Apa sekarang kamu sudah tidak menganggapku sahabat lagi?" Tatapan Nesya melembut pada akhirnya.

"Bukan begitu Nesya, aku hanya tidak mau kau terbebani oleh masalahku dan lagipula aku juga bingung bagaimana menjelaskannya." Adara menatap Nesya dengan salah tingkah.

"Memangnya ada apa sih, Ra? Kamu bisa cerita sama aku. Aku menduga pasti ada yang tidak beres dengan kalian! Tidak mungkin kan seseorang yang sudah memilih menjauhimu lalu kembali muncul tiba-tiba dihidupmu, terkecuali kalau orang itu menyesal dan akhirnya sadar bahwa dia mencintaimu." Nesya berasumsi dengan suara yang naik beberapa oktav.

Adara menarik nafasnya yang tiba-tiba terasa sesak. Dia menatap Nesya dengan nanar, lalu sesaat kemudian dia tersenyum masam.

"Kurasa bukan itu alasan dia kembali muncul, Nes," kata Adara muram.

"Lalu?"

Sesaat lamanya Adara terdiam dengan wajah muram, tampak sedang berpikir keras untuk ucapan selanjutnya.

"Seperti yang kamu bilang tadi, telah terjadi sesuatu diantara kami."

Bola mata Nesya melebar, seolah dia sudah bisa menebak maksud Adara. Namun Nesya harus memastikannya dari mulut Adara sendiri.

"Tanpa sengaja aku dan Adrian melakukan hal itu waktu di Bali kemarin!"

"What?" Nesya memekik dengan kerasnya.

Ayolah, Nesya cukup paham dengan yang Adara maksudkan, apalagi Adara menggerakkan jari telunjuk serta jari tengahnya ala-ala tanda kutip ketika ia mengucapkan hal itu.

Sementara itu, Adara hanya meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika melihat Nesya menatap dirinya dengan marah. Mata bulat Nesya bahkan nyaris keluar ketika ia terkejut setelah mendengar penuturan Adara.

"Tapi bagaimana bisa? Bukankah kalian sudah lama tidak bertemu?" Nesya kembali bertanya"

Adara menggerakkan bahunya dengan wajah menyesal. "Itu terjadi begitu saja.... "Aku tidak tahu bagaimana awalnya karena tiba-tiba saja Adrian sudah muncul didekatku. Membuatku seakan terhipnostis oleh keberadaannya hingga aku tak sadarkan diri. Dan parahnya dia malah memanfaatkan kondisiku yang seperti itu dengan meniduriku." Tangan Adara mengepal kuat ketika mengingat hal itu.

"Apa cerita itu tidak terlalu berlebihan, Ra? Masa iya efek pertemuan kalian sampai separah itu hingga membuatmu tidak sadarkan diri?" Nesya menggelengkan kepalanya dengan jijik.

"Jangankan kamu, aku sendiri pun bingung kenapa aku bisa setolol itu? Sumpah Nes, aku tidak berbohong. Aku bahkan malu sendiri jika bertemu dengan Adrian." Adara tersenyum masam.

Ex Brother in Law (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang