"Ikut aku!" ajak Adrian sedikit memaksa.
"Hey Bung, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganmu dari calon istriku!" Tiba-tiba Max menegakkan tubuhnya, dengan cepat ia menyambar lengan Adara yang satunya.
Seketika gerakan Max membuat mereka menghentikan langkahnya. Tak butuh sedetik, Adrian memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan Max yang juga nampak tengah dikuasai amarah. Adara yang berada ditengah-tengah kedua pria itu hanya bisa menahan nafas, menatap ngeri kedua pria yang nampaknya sebentar lagi akan saling baku hantam jika tidak ada yang melerai keduanya.
"Tarik kembali tanganmu darinya, dan jangan mengujiku," gertak Adrian dengan menekankan suaranya.
Awalnya Adara mengira ancaman itu tidak berpengaruh untuk pria arogan seperti Max. Tapi ternyata Adara salah, karena detik berikutnya ia kembali terkejut saat menyadari cekalan Max ditangannya mulai mengendor, bahkan kini wajah sombong Max nampak pias.
Sekali sentak Adrian menarik Adara kebelakang tubuhnya, menatap Max dengan tatapan mencemooh.
"Bagus, rupanya kau masih sayang dengan bisnismu! Sekarang menyingkirlah!"
Meski tangan max terkepal erat tapi dia tidak lagi berusaha melakukan perlawanan. Dia mengenali pria yang tengah berhadapan dengannya itu. Adrian Mangkuraja. Pria yang sebulan sekali mengisi sampul depan majalah bisnis itu dikenal sebagai pebisnis handal yang bertangan dingin, Adrian juga dikenal sebagai pria kejam yang tidak pernah main-main dalam hal apapun. Bahkan aura Adrian jauh lebih menyeramkan saat berhadapan langsung dibandingkan yang diceritakan oleh rekan-rekan bisnis Max selama ini.
"Apa-apaan kau, Ad? Lepaskan tangan anakku!" Kali ini Anna yang menggertak.
Kemudian mata Adrian jatuh kesosok wanita paruh baya yang masih nampak cantik di usianya-sedang menatapnya dengan murka.
Adrian tersenyum miring. "Sayang sekali, aku lupa kalau Adara adalah anak Tante! Itu mungkin karena aku tak pernah melihatmu menganggapnya anak selama ini," ujar Adrian sembari tersenyum sinis.
"Kau ... tidak punya hak mengatakan itu! Sekarang lepaskan Adara atau aku panggil security untuk mengusirmu?" Anna tak mau kalah menggertak, menatap Adrian dengan benci.
"Oh silahkan saja, jika mereka memang sudah bosan dengan pekerjaan mereka!" Adrian membalas tajam.
"Sombong sekali kau, Ad! Jadi rupanya sekarang kau ingin kembali berperan sebagai penyelamatnya? Kau pikir Dara akan kembali mempercayaimu seperti dulu, begitu?" Anna menatapnya dengan remeh.
Senyum kemenangan diwajah Adrian lenyap ketika mendengar kalimat sindiran Anna untuknya. Sesaat lamanya mereka hanya saling menatap satu sama lain. Kebencian terpancar jelas dari sorot mata keduanya.
"Setidaknya, sekarang aku berusaha untuk menebus kesalahanku. Tidak seperti Anda yang selalu saja menyakiti perasaannya."
Anna kehilangan kata-katanya, ucapan Adrian terasa begitu mengenai egonya. Namun ia menyadari, melawan Adrian disaat seperti ini hanya akan membuatnya nampak bodoh. Terlebih kini mereka sedang menjadi pusat perhatian para pelanggan restoran yang sedang menatap mereka dengan rasa ingin tahu.
Adrian tersenyum tipis kemudian pergi dari tempat itu dengan membawa Adara. Dan Adara mengikutinya dalam diam, kejadian ini seperti dejavu baginya. Dadanya tiba-tiba terasa sakit karena lagi-lagi kenangan masa lalu mereka menyeruak keluar di ingatannya.
Dulu Adrian juga selalu menolongnya ketika dia sedang di bully oleh Ciara dan teman-temannya, bahkan ketika Anna tidak bisa menolongnya dari kekejaman Ciara, Adrian selalu berada di garda depan menjadi penyelamat Adara. Namun ternyata semua itu hanya rencana Ciara dan Adrian saja untuk menarik simpatinya, agar Adara percaya bahwa Adrian adalah sosok super hero dihidupnya. Sebelum akhirnya Adrian mendorongnya ke jurang yang curam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Brother in Law (Tamat)
Roman d'amour#Brotherinlawseries2 Follow sebelum membaca!! --------------------------- Mature Content 21+ Ini bukan cerita tentang affair dengan kakak ipar, ini kisah yang lebih rumit dari itu! Ini tentang luka, tentang air mata juga tentang hati yang telah pata...