Part 05

27.6K 698 13
                                    

Sinta terbangun dengan tubuh yang terasa remuk, kedua kaki atasnya masih terasa nyeri karena ulah Reyhan semalam. Kini waktu sudah menunjukkan pukul setengah enam, Sinta harus bangun dari tempat tidur, karena biasanya tukang sayur datang di jam sekarang.

Dengan perlahan Sinta membangunkan tubuhnya, kakinya melangkah ke arah depan rumah. Suasananya cukup sejuk di sana, membuatnya tersenyum dengan sesekali menghirup udara pagi dalam-dalam.

Sepertinya tukang sayur terlambat dari hari kemarin, karena Sinta belum melihatnya di depan rumah Reyhan. Sampai saat matanya melihat ke arah para ibu-ibu yang tengah berkumpul, di mana tukang sayur juga ada di sana. Melihat itu, Sinta tersenyum lalu berjalan pelan ke arah sana. Sebelum sampai, Sinta sudah menjadi bahan pembicaraan para ibu-ibu yang merasa penasaran karena baru melihatnya. Terdengar tukang sayur sedang menjelaskan, bila Sinta yang dimaksud mereka sudah berada di rumah Reyhan sejak kemarin.

"Selamat pagi Ibu-Ibu." Sinta menyapa sopan ke arah mereka yang sempat membicarakannya.

"Pagi ...," jawab mereka lirih, di sana juga terlihat mereka sedang melirik dengan sesekali berbisik.

"Mau beli apa, Neng?"

"Ada udang enggak, Kang?"

"Ada, mau berapa bungkus?"

"Satu aja, sama ini dan ini." Sinta menunjuk ke beberapa bahan makanan, tanpa memedulikan orang-orang yang tengah membicarakannya diam-diam.

"Neng. Neng orang baru ya di kompleks sini?" Seorang wanita bertanya dengan sesekali menatap ke arah teman-temannya yang turut memperhatikan Sinta sedari tadi.

"Iya, Bu. Baru kemarin pindah." Sinta menjawab seadanya karena memang itu kebenarannya.

"Katanya Kang Sayur, Neng tinggal di rumahnya Tuan Reyhan yang bajingan itu ya?" tanya wanita itu lagi, yang kali ini ditatap tak mengerti oleh Sinta. Seterkenal itu kah Reyhan akan sikap bajingannya? Sampai tetangganya tahu kelakuan buruknya.

"Kenapa Ibu bilang Reyhan itu bajingan?" Sinta bertanya lirih, matanya menatap ke arah semua orang yang terlihat merendahkannya.

"Semua orang di kota ini juga tahu, Neng, kalau Tuan Reyhan itu lelaki bajingan, yang suka sekali bergonta-ganti pasangan di ranjang."

Sinta terdiam bingung saat wanita itu menjelekkan Reyhan dengan nada keangkuhan. Dan entah kenapa hatinya merasa tidak terima mendengar Reyhan dibicarakan begitu buruk. Karena mau bagaimana pun, Reyhan adalah lelaki yang akan menyelamatkan hidup adiknya, lelaki yang sudah baik hati mau membelinya dan membayar seluruh pengobatan adiknya.

"Mungkin dulu Reyhan seperti itu, tapi sekarang tidak kok, Bu. Sebenarnya dia lelaki baik, hanya saja dia suka sesuatu yang terlihat buruk di mata orang lain. Saya yakin, Reyhan tidak pernah merugikan siapapun." Sinta berujar tenang sembari tersenyum, namun sepertinya orang-orang yang berada di depannya terlihat tidak menyukainya.

"Bagaimana tidak merugikan orang, dia kan tinggal di sini, ya jelas perumahan di sini terdengar menjijikan untuk sebagian orang. Apalagi warga di sini juga risih dengan semua wanita seksi yang datang dan tinggal di rumah itu, mereka kumpul kebo seperti hewan yang tidak punya aturan dan etika." Wanita itu menjawab emosi, yang sepertinya cukup kesal dengan tingkah laku Reyhan selama ini.

"Maafkan Reyhan ya, Bu. Saya akan berbicara dengannya, dia pasti mau mengerti." Sinta menjawab sabar, ia juga tidak mungkin membela Reyhan karena sikap lelaki itu memang cukup keterlaluan.

"Dia itu sudah didemo sama tetangga di sini, tapi tetap saja kelakuannya begitu."

"Kenapa tidak melapor ke pihak yang bertanggung jawab di perumahan ini, Bu? Mungkin beliau bisa membantu menyelesaikan masalah tetangga yang tidak nyaman di sini."

In Bed Bastard (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang