Melihat Reyhan sudah memejamkan matanya, yang Sinta lakukan hanya terdiam, sampai ia berpikir untuk memakai lingrienya kembali. Karena mau bagaimana pun, bertelanjang bulat bersama dengan lelaki membuat Sinta merasa tidak nyaman juga. Dengan perlahan, Sinta membangunkan tubuhnya lalu mengambil pakaiannya. Sedangkan Reyhan yang memang belum tidur itu kini membuka mata, ekspresinya tampak tak suka dengan apa yang sedang Sinta lakukan.
"Kamu mau ke mana? Ke kamar? Kan aku sudah bilang, temani aku tidur malam ini." Reyhan berujar sebal sembari kembali menarik tubuh Sinta untuk tetap berada di sampingnya.
"Auh ... aku cuma mau pakai pakaianku, Rey. Aku juga kedinginan kalau cuma pakai selimut." Sinta menjawab tak percaya, entah kenapa lelaki itu bersikap begitu berlebihan sekarang.
"Aku pikir kamu mau pergi. Ya sudah, kamu pakai baju sana." Reyhan menyunggingkan cengiran khasnya sembari melepas rengkuhannya pada tubuh Sinta.
"Kamu takut ya tidur sendiri? Makanya kamu suka membeli wanita untuk menemani kamu tidur?" tebak Sinta sembari memicingkan matanya, namun Reyhan justru terdiam menatapnya.
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Mana mungkin aku takut tidur sendiri?" Reyhan menjawab tak habis pikir, baginya apa yang ditanyakan Sinta itu tidak masuk akal.
"Lalu kenapa kamu suka membeli wanita?"
"Tidak ada alasan tertentu, aku menyukainya saja. Itu normal kan untuk seorang lelaki."
"Kenapa kamu tidak menikah saja, dengan begitu kamu bisa mendapatkan apa yang kamu mau setiap hari, yang tentunya lebih aman dari pada harus membeli wanita jalang."
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu ingin menjadi istriku?" tebak Reyhan sembari tersenyum menggoda, yang kali ini ditanggapi malas oleh Sinta.
"Tentu saja tidak. Tadi pagi aku membeli sayuran, lalu aku bertemu dengan para ibu-ibu yang juga beli sayur. Mereka bilang, kalau kamu itu suka kumpul kebo dengan banyak wanita. Mereka cukup risih melihat tingkah laku kamu, mereka juga sempat mendemo kamu, tapi kamu masih terus melakukannya." Sinta menjawab sejujurnya, yang entah kenapa membuat Reyhan kecewa mendengarnya.
"Memangnya mereka bilang apa aja sama kamu?" tanya Reyhan tanpa minat.
"Mereka tanya aku siapa di rumah kamu, jadi aku jawab aja kalau aku cuma pembantu di sini. Terus mereka bilang kalau aku harus hati-hati sama kamu."
"Kenapa begitu?" Reyhan membangunkan tubuhnya, menatap tanya ke arah Sinta.
"Ya karena mereka takut kalau aku akan jadi korban kamu."
"Kesel juga sih dengarnya. Tapi kamu sendiri kenapa bilang kalau kamu cuma pembantu di sini?" Reyhan bertanya penasaran bisa dilihat dari ekspresinya yang tengah menunggu jawaban Sinta.
"Memangnya aku harus bilang apa ke mereka? Wanita penghiburmu? Yang ada aku bakal ditatap jijik sama mereka dan mungkin aku akan dicaci maki sama mereka."
"Iya sih, kamu benar juga. Tapi kamu tidak perlu memikirkannya, mereka memang seperti itu, menyebalkan."
"Aku tidak memikirkannya kok, aku mengerti maksud mereka. Mereka hanya ingin kawasan tempat mereka tinggal itu tentram dan damai, mereka juga tidak mau ada yang memberi contoh buruk pada anak-anak mereka. Kamu tahu kan kalau kamu tinggal di lingkungan perumahan, bukan hotel ataupun apartemen. Jadi kamu harus bisa mengerti dari sudut pandang mereka." Sinta menatap ke arah Reyhan yang terdiam, sebelum ini Reyhan tidak pernah peduli dengan apa yang orang lain katakan tentang dirinya, namun saat Sinta berusaha menjelaskannya, Reyhan menjadi paham dan mengerti tentang apa yang sebenarnya mereka khawatirkan.
Ya, sedikit banyaknya Reyhan sadar bila apa yang dilakukannya selama ini itu cukup keterlaluan. Tanpa sadar, ia sudah memberi contoh buruk pada orang yang berada di lingkungannya. Atau mungkin memberi contoh buruk pada anak-anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Bed Bastard (TAMAT)
Romance"Kamu boleh membeli tubuhku, tapi tidak dengan cintaku." Sinta Anastasya. "Kalau begitu kontrak ini tidak akan berakhir sampai kamu bisa mencintaiku." Reyhan Wijaya. Demi kesembuhan adiknya, Sinta rela menjual tubuhnya kepada Reyhan, lelaki hidung b...