Hari seperti biasanya, dimana hanya ada kegiatan "BELAJAR" hampir 24 jam dalam keseharian Deran. Dan hari yang dinantikan-Nya akan tiba kurang dari satu minggu. Olimpiade matematika antar sekolah. Deran menjadi lebih giat belajar, walaupun sesekali merasa pegal dan melewatkan jadwal makannya.
Tokk..tokk..
"Permisi Den..". Deran menolah kearah suara dari ambang pintu kamar Deran yang sedikit terbuka, dibarengi oleh Bibi yang membawa susu hangat dan sesikit camilan dinampannya.
"Den, istirahat dulu. Ini Bibi bawain susu sama kue, dimakan ya". Kata Bibi sambil tersenyum.
"Makasih, Bi". Sahut Deran.
"Oh iya, Den, tadi Bapak pesan sama Bibi, Abis makan malam, Aden disuruh temui Bapak".
"Iya". Deran tersenyum.
Bibi hanya tersenyum. Mata bibi juga menatap anak itu dengan rasa iba. "Den, jangan lupa makan malam lagi ya".
"Iya, Bi.. Bibi jangan khawatir ya". Deran menunjukkan senyum manisnya lagi. Itu membuat Bibi sedikit sesak. kemudian Bibi pamit meninggalkan kamar Deran dan Deran juga kembali belajar.
Waktunya makan malam. Kali ini Deran tidak melewatkan makan malamnya seperti kemarin-kemarin. Deran turun keruang makan. Ternyata disana sudah ada anggota keluarganya yang lain. Iya, Ayahnya dan istri juga anaknya.
"Sayang.. sini nak, ayo kita makan sama-sama". Itu suara Ibunya. Tanpa berkata apa-apa dan dengan wajah yang sangat flat, Deran menghampiri wanita itu kemudian duduk disampingnya.
"Kamu pasti kecapean ya belajar terus? kamu harus makan yang banyak". Wanita itu menyiapkan makanan untuk Deran.
"Terima kasih". Ujar Deran dingin.
Sepanjang makan malam, Ya, suasana diruangan itu sangat hening hanya suara piring dan sendok yang saling bersentuhan.
"Oh iya, sebentar lagi lo olimpiade kan? Pasti capek belajar terus". Ujar perempuan yang setahun lebih muda dari Deran itu.
"Hani, Bicara yang baik sama Kakak kamu!". Omel wanita itu.
"Kakak?". gumam Hani sambil sedikit tertawa.
"Biasa aja". Sahut Deran.
"Oh iya, gue lupa. lo kan gila menang, belajar segitu doang gimana bisa bikin lo capek".
"Hani!". Bentak wanita itu lagi.
Selang beberapa waktu, pria tua itu pergi meninggalkan ruang makan. Mungkin sedikit terganggu dengan keributan yang baru saja terjadi. Wajahnya juga sedikit marah, ya walapun hampir setiap detik tidak berubah.
Hani juga ikut meninggalkan ruang makan setelah pertengkaran kecil bersama ibunya. Perempuan itu seperti tidak perduli dengan orang yang sedang berbicara dengannya.
"Sayang, kamu gak usah dengerin kata-kata Hani ya? Hani emang kaya gitu, mama kurang tegas sama dia".
"Gak papa". Deran bangkit dari duduknya. "Yang dia ucapin semuanya bener kok". Deran tersenyum. "Permisi". Deran beranjak pergi meninggalkan ruang makan.
🔥🔥🔥
Seperti yang disampaikan oleh Bibi, Deran pergi menemui Ayahnya. Ditempat yang sudah tidak asing lagi untuknya.
Tokk..tokk..
Deran membuka pintu ruangan, kemudian masuk ketika melihat ayahnya sudah duduk disana. Deran kemudian duduk disofa panjang yang ada di ruangan tersebut.
"Kali ini, kamu harus jadi yang ke satu". Ayahnya bangkit dari kursinya. Menatap anak laki-lakinya itu tajam.
"Saya tidak akan menerima angka selain itu. Kalau tidak, kamu tau kan apa yang akan terjadi?".
Deran tersenyum. "Beasiswa. Bahkan saya harus kaya gini biar bisa sekolah".
"Bicara apa kamu?!".
"Saya tau sejak awal saya disini juga kesalahan besar yang saya buat".
"Jaga bicara kamu!".
Tiba-tiba pintu terbuka dengan cepatnya istri ayah Deran datang menghampiri suaminya yang sedang naik pitam itu.
"Sayang sabar". katanya sambil menahan suaminya itu.
"KALAU BUKAN KARENA SAYA YANG DIDIK KAMU! KAMU GAK AKAN BISA SEPERTI INI!".
"Iya, benar".
"Kalau kamu sama perempuan itu, pasti kamu sudah hidup susah sekarang!".
"sayang, udah sabar..". wanita itu terus menahan suaminya.
Deran kembali tersenyum kemudian bangkut dari duduknya. Deran mengangguk kecil "Saya akan berusaha kali ini saya gak akan mengecewakan anda lagi. saya akan menjadi yang pertama, kemudian membuat anda bangga sama saya. Saya ijin lanjut belajar lagi, terima kasih sudah perduli sama saya, Ayah". Ucap Deran kemudian pergi dari ruangan itu.
Usai pertenggaran hebat itu. Deran sedikit murung. Deran bermain dengan ponselnya. Deran membaca notifikasi ponselnya dengan cepat membukanya.
Jihan : Kak? kalau udah sampe bls.
Drjunawan : Typing.....
saya udah smpe dri tadiBeberapa saat kemudian..
Jihan : Telatttt
Drjunawan : sorry hh
Jihan : Gpp, kok tumben ka mash on
Drjunawan : bru selesai belajr, kamu sendiri knpa belum tidur?
Jihan : Hehehe..
Jihan : abis maraton kak!Drjunawan: Maraton?
Jihan : Iya, maraton drama hahaha
Jihan : Btw, kok belajar sma malem gini kak?Drjunawan : saya mau olimpiade Ji
Jihan : Wahh, kapan? Jihan mau nonton dong
Drjunawan : Minggu depan, di sekolah ****
dtg ya, biar saya tmbh semangat hhaJihan : Ok! Jihan pasti dateng!
Semangat, Kak!Drjunawan : ♡
Jihan : .... Kak?
Drjunawan : Sorry kepenct
Night Jihan :)"Goblokkk goblokk". -Deran
Deran mengelus dadanya pelan.HALLO!!!!!!!
Maaf ya kalo part ini rada random. Soalnya otak authornya juga lagi random :((Btw,
HAPPY BIRTHDAY FOR URI HUANG RENJUN -ii
2020-03-23^^
SEND LOVE VIRTUAL FOR URI RENJUN♡♡♡JANGAN LUPA COMENT GISS♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion | Renjun ✔
FanfictionRENJUN X OC . "Wah jago gambar kakaknya". "Ini aja punya kamu". Deran tersenyum. "Oh iya, lupa hehe". Jihan bodoh. ----------->> ♡ <<------------ Tidak semua yang dipaksakan akan berhasil baik. Kadang hidup itu butuh sedikit pemberonta...