BAB 5

204 17 5
                                    

"Tuan Edigma sepertinya memang dibunuh. Karena dari riwayat penyakitnya Tuan Edigma tidak memiliki penyakit mematikan yang dapat menyebabkan kematiaan," papar wanita bersurai pendek yang berdiri tidak jauh dari sesosok manusia yang menghadap ke jendela besar tersebut.

"Hanya itu?"

"Bukan itu saja. Saya menangkap sesosok remaja laki-laki yang bernama Geografi Windsor. Katanya, dia adalah putra dari mendiang Gervaso Windsor."

"Berapa usianya?"

"Katanya 18 tahun."

"18 tahun?"

"Iya. Mungkin sepantaran dengan putri bungsu Victoria."

"Apa mereka dekat?"

Salah sudut bibir wanita itu tertarik dengan sendirinya. "Lebih dekat dari yang anda pikirkan."

Ia berbalik. Menatap teman-nya tersebut. "Tapi tidak ada kelahiran secara sah di keluarga Windsor 18 atau 17 tahun yang lalu. Apakah kamu yakin dia adalah putra dari Gervaso Windsor."

"Saya memang tidak yakin dia anak dari Mendiang Tuan Gervaso Windsor, tetapi dia memiliki darah dan aura Windsor yang masih kental." Wanita yang memiliki luka bakar di punggung tangannya itu langsung menunduk hormat seakan pamit pada seseorang yang selalu menjadi temannya. "Saya akan menyampaikan lebih lanjut nanti," pamitnya, pelan.

.
.
.

"Kau terlalu naif."

Langkah gadis bersurai kecoklatan itu terhenti saat suara seseorang memasuki indra pendengarannya. Sebenarnya, ia tidak ingin berlama-lama di Kastil ini lagi. Karena kekasihnya sudah menjemputnya untuk lari bersama.

Dari suara langkahnya saja, Aludra hanya ingin menahan sang Kakak untuk lebih lama bersamanya. "Mendiang Bunda dulu pernah bilang, beberapa orang tidak benar-benar mencintai kita. Mereka hanya mencintai kita karena kita mencintai mereka," ujar gadis itu. "Aku akan menggantikan kamu. Tapi suatu hari nanti, kamu harus membayar penderitaan yang kamu ciptakan terhadapku." Tatapan nanar Aludra menjelaskan semuanya pada Alezna.

Ia berjanji akan merebut sesuatu yang sangat berarti dari Kakaknya.

"Aludra, lebih baik pura-pura dicintai daripada tidak dicintai sama sekali. Hidup dengan perasaan tidak dicintai adalah penderitaan."

Gadis bersurai hitam itu menarik satu sudut bibirnya. "Bukannya cinta yang membuat kita menderita? Uang tidak akan berkhianat, Alezna."

"Aku tau. Tetapi yah... kalaupun suatu saat kamu berhasil mendapatkan apa yang kamu impikan. Tolong bahagia yah. Belajar mencintai apa yang kamu benci."

Kali ini, Aludra lebih memilih untuk menjauh dari Kakaknya. Membiarkan Kakaknya pergi bersama seseorang yang ia cintai.

"Dia tidak benar-benar mencintaimu."

.
.
.

"Karena aku dulu anak kedua... Bunda selalu bilang kepadaku untuk menikahi pria kaya." Setiap seminggu sekali, putri kedua itu akan terduduk dan menghabiskan waktunya di depan makam sang Ibu. Bukan tanpa alasan dahulu Bunda selalu menekankan seperti itu, karena Keluarga Victoria menganut hukum adat matrilineal yaitu anak menghubungkan diri dengan garis keturunan ibu. Putri tertua keluarga Victoria akan menduduki tahta bersama suaminya, dan putri-putri yang lain akan mengikuti suaminya tetapi anak-anak perempuannya harus memakai marga Victoria. Anak laki-laki tidak terlalu dibutuhkan di keluarganya. Saat Bunda meninggal dan Ayah tidak memiliki hak terhadap istana tersebut. Ayah memilih menikah lagi dengan perempuan muda yang seumuran dengan Alezna. "Bunda, aku tidak mau melepaskan garis keturunanku. Begitupun keluarga Windsor yang menganut sistem patrilinieal, mereka mendesakku."

EVERMORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang