2. MENGEMBALIKAN DIARY

182K 15.4K 4.7K
                                    

Aku update malem-malem, siapa yang baca jam 12 pas?

Happy reading...

Sia kini bersiap-siap untuk berangkat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sia kini bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Seperti biasa, Ana selalu menyiapkan sarapan yang paling enak di dunia untuk keluarga kecilnya. Dengan kemeja yang masih harum sumerbak dan putih bersinar, Sia duduk di meja makan dengan senyum sipu penuh semangat.

"Papa, hari ini Sia nggak usah dianterin lagi ya, kan udah SMA," ucapnya sambil memakan masakan Ibunya.

"Kamu juga belum boleh bawa mobil, Sia," ucap Alister, "Kalau naik Ojon nanti hujan."

"Ada bis sekolah kok."

"Nggak, nanti turun dari bis kalau kamu lupa bawa payung tetep aja basah."

"Gapapa, siapa tahu ada yang kasih aku payung. Oh, atau aku yang kasih payung kaya Mama ke Papa dulu?" ucapan Sia barusan sontak membuat Alister tersentak. Ya, karena yang dia ingat dulu perlakuannya pada Ana sangatlah buruk.

"No!" tegas Alister, "Jangan kasih payung sama siapapun, apa lagi sama cowok!"

Ana hanya tersenyum kecil di balik cangkir teh yang dia minum, entah kenapa perdebatan antara Ayah dan Anak ini selalu terjadi setiap pagi, bahkan sejak Sia kecil. Tapi perdebatan mereka sangatlah lucu, Ana selalu gagal menahan tawanya jika mereka berdebat.

Sia cemberut dan langsung melahap roti yang ada di depannya dengan buas, sambil mengunyah dengan kencang Sia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Apa?" tanya Sia pada Alister yang sedang mengunyah sarapannya dengan santai seolah tidak merasa bersalah.

"Papa pikir kamu bakal mirip Mama, ternyata wajahnya doang yang mirip, sifat kamu persis kaya Papa."

"NGGAK!" tegas Sia, "Aku nggak mau kaya Papa!"

"Aku punya otak profesor kaya Mama, lihatin aja!" tegas Sia, dan itu kembali membuat Alister tertawa kencang.

Bagaimana tidak, Ana selalu meraih peringkat pertama di kelasnya, sementara Sia? Hanya masuk lima besar, Alister sangat yakin kapasitas otak anaknya sama sepertinya.

"Oke, oke Papa ngalah," ucap Alister lalu meminum air putih yang ada di depannya.

Sia pun yang semula cemberut langsung menyunggingkan senyuman. Pertengkaran mereka selalu berakhir ketika Ayahnya mengalah, Sia pun melihat ponselnya lagi, ada dua pesan di sana. Pertama, dari Abin, kedua dari Kakeknya.

"Papa, aku mau berangkat bareng Abin, dia naik bis sekolah masa aku dianterin?"

Merasa sudah tahu jawban Alister seperti apa Ana pun langsung mejawabnya, "Sia, bisa dengerin Mama sebentar. Kali ini Mama serius."

Sia mengangguk semangat.

"Ada dua sekolah elit di sana, salah satunya SMA Parahyangan. Sekolah kamu." Sia mengangguk, dia sudah tahu tentang itu.

TELUK ALASKA 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang