Gambar itu terus dirobek olehnya, Sia tidak pernah bisa puas. Dia sangat ingin memiliki otak pintar bak ilmuan seperti Ibunya, juga memiliki kemampuan menggambar bak seniman dunia seperti Ayahnya.
Tapi sayang, kemampuan itu tidak datang kepadanya. Karunia itu enggan menghampiri dirinya. Orang bilang, Sia adalah anak yang cantik, tapi dia tidak mau, dia tidak suka itu.
Dia sangat iri dengan kedua orangtuanya yang sempurna dan memiliki bakat masing-masing. Kenapa dia tidak?
Sia menggulung-gulung gambarnya lagi lalu membuangnya dengan sembarang. Dia lalu menutup matanya, angin sepoy-sepoy kini menembus dan menyejukkan kulitnya yang lembut.
"Bo!" ucap seorang cowok kecil berambut cokelat.
Sia tidak membuka matanya, sepertinya dia tahu siapa yang mengganggunya sekarang. Tentu saja, cowok itu adalah Bara William. Cowok berusia sembilan tahun yang selalu mengganggunya ketika dia bersantai di belakang rumah.
"Sia!" panggilnya.
"Hmmm..."
"Kamu kebiasaan suka lempar gambar, padahal gambar kamu bagus," ucap Bara membuat Sia membuka matanya.
Saat Sia membuka matanya penampakan gambar itu pun muncul, menyebalkan. Mananya yang bagus?
"Mirip Mama Ana sama Papa Ali, terus itu di sampingnya apa? Buaya?" ledeknya.
"Itu kucing aku!" bantah Sia dengan wajah cemberut.
"Kok Papa Ali lehernya ada dua?"
"Aku lupa, kalau Papa lebih tinggi dari Mama." Sia lantas merebut gambar itu lalu menyimpannya di saku rok agar Bara tidak meledeknya lagi.
Bara lalu duduk di samping Sia dan mengambil kertas yang ada di samping cewek itu, dia lantas tersenyum saat tangan mungilnya mulai menggambar di atas kertas yang masih kosong.
"Kalau mau bisa ngegambar mending buat garis lurus, terus angka sembilan kaya aku, buat buletan, buat telinga, gambar-gambar lagi deh yang lainnya," saran Bara pada Sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUK ALASKA 2
Novela Juvenil[SEQUEL TELUK ALASKA] Alistasia Reygan, semua orang menganggapnya sempurna dan bisa mendapatkan segalanya dengan mudah. Dia tidak pernah memiliki kesalahan di mata semua orang karena sikapnya yang rendah hati. Dan tiba-tiba saja kesalahan pertamany...