Day one-Bandung.

14 2 0
                                    

Hari sabtu, 22 April. Semuanya berjalan dengan lancar. Weekend kali ini semua mahluk hidup bersantai ria. Terkecuali mereka yang memang sudah berkewajiban melakukan aktivitas yang menurut mereka itu tidak menyenangkan.

Tetapi di hari itu, Ayu sudah membuat sebuah planning yang benar benar rapih ia tulis.

Tepat pukul jam 10 lewat 13 menit, lelaki tampan memarkirkan mobil hitamnya di depan rumah Ayu.

Dengan baju santai, dan sandal gunung, ia bersemangat menaiki tangga teras rumah Ayu di temani dengan kalung Salib dan beberapa gelang salibnya yang terlihat cocok ia pakai.

Ia bertepatan sekali, saat itu ibu Ayu sedang berduduk memakan roti panggang di depan teras.

"Mama" panggil Ray, dan langsung bersalaman kepada ibu Ayu.

Mungkin terlihat lancang. Anak orang lain, dan baru mengenal anaknya tiga tahun memanggilnya Mama.
Tetapi, ibu Ayu memang sudah meminta Ray untuk memanggilnya Mama. Jadi, itu memang di perbolehkan.

"Eh Ray, gimana udah siap?" Tanya ibunya Ayu.
"Udah ma, hehe" Ray cengengesan.
"Masuk yu, minum teh dulu" ajak ibu Ayu.
Ray hanya menjawab dengan anggukan.

"Makan dulu ya, mama bikin roti panggang yang lumayan banyak. Tadinya buat papa, tapi Papa keburu pergi duluan" ucap ibu Ayu sambil jalan masuk ke dalam, dan di ikuti oleh Ray di belakangnya.

Ibu Ayu pun memberikan teh hangat kepada lelaki tersebut.
Ray pun meminum seteguk, membasahi tenggorokannya agar tidak terlalu kering.

"Kak Nita emangnya kemana ma?" Tanya Ray. "Dia pagi pagi udah berangkat ke Jakarta, temennya kecelakaan katanya" jawab ibu Ayu.

"Oh iya, Ayunya bangunin gih. Dia belum bangun soalnya. Katanya nunggu kamu dateng dulu, baru dia mau bangun" suruh ibu Ayu kepada Ray.
"Pantesan nyuruhnya berangkat ke Bandung jam satu, ternyata belum bangun toh. Ya udah ma, Ray ke atas ya bangunin Ayu" Ray pun pergi menuju kamar Ayu yang berada di lantai dua.

Seperti biasa, ia membuka pintunya terlebih dahulu, baru mengetuk pintu.

"Ayuuuu" panggil Ray yang sudah bersemangat untuk mengganggu Ayu dari tidurnya.

Dari kejauhan Ayu menatap Ray malas, ia sedang memegang tissue yang menutup hidungnya. Ayu terbaring, bantalnya sengaja ia simpan di leher, agar kepalanya dongak ke atas.

"Ck, kebiasaan deh. Minum es ya tadi malem?" Tanya Ray dan berjalan mendekati Ayu.
Ayu hanya memutarkan bola matanya.
Sedang malas meladeni Ray.

Ray pun menyimpan gelas minumnya di Meja belajar, lalu mematikan AC kamar Ayu. Dan membuka jendela kamar serta pintu menuju balkon.

"Ray, tissue lagi dong" pinta Ayu.

Ray mengambil tissue di lemari Ayu, dan memberikannya kepada Ayu. Ia menggeleng gelengkan kepala.

"Lu tau kan, kalau lu banyak banyak meler gini, malah mimisan ujung ujungnya" Ray mengingatkan Ayu, agar tidak terlalu sering menyentuh suhu dingin.

"Etdah, temennya ingusan bukannya di bantu ya" komentar Ayu.

Ray pun menarik tangan Ayu, dan mengambil tissue yang masih menempel di hidung Ayu.

Lalu ia seka hidung Ayu pakai tissue baru.
"Lu tuh, temen rasa abang tau ga" ucap Ayu dan tertawa pelan.

"Ye bego, diem dulu napa etdah. Nanti ingus lu kena gigi lu ni" omel Ray.
"Gapapa, enak Asin" jawab Ayu bahagia.
"Jorok anjir. Udah ah buru sana mandi" Ray pun menarik tangan Ayu agar segera bangun.

Ayu duduk dan bersender, Ray masuk kedalam Kamar mandi Ayu, dan mengecek. Apakah air hangat masih berfungsi atau tidak.

Untungnya masih berfungsi. Ia pun kembali mendekati Ayu.
"Panas Tau" ucap Ayu dan tidak mau mandi.
"Ya terus mau gimana atuh?" Tanya Ray kesal.

Ayu pun dengan santainya, tidak menjawab pertanyaan Ray. Ia langsung berjalan dan pergi mandi.

...

Tidak berselang lama, Ayupun keluar yang sudah siap. Bajunya yang santai, Membuat dirinya terlihat semakin manis.

Ayu tidak perlu membutuhkan waktu yang lama untuk bermandi.
Cukup 8 menit, ia sudah selesai membersihkan dirinya.
Maka dari itu, ia cepat sekali keluar dari Kamar mandinya itu.

Ray yang sedang duduk di balkon kamar Ayu. Mendengarkan lagu yang sedang Ayu setel, di tambah dengan teh manis yang mulai panas, dan kerutan kening karena terlalu fokus terhadap cerita novel yang sedang ia baca.

Ayu pun datang. Menendang kaki Ray yang sedang santai beristirahat di depan Kursinya.
Ray tahan terhadap tendangan tersebut.
Seakan Ayu mulai kesal, dan menarik kursi tersebut.

"Nyet" saut Ayu.
"Bisa ga si jangan ganggu" omel Ray.
"Ayo bego, lu dih. Malah santai santai. Mau nyampe jam berapa dih. Keburu gerbangnya di tutup sama satpam nanti" Ayu pun menarik tangan kiri Ray yang tetap berpegang kuat dengan buku novel.

"Bentar ish, Capek gue bawa mobil" Ray mengomel lagi.

Wajah Ayu sudah merah. Merah tua.
Tangannya benar benar memegang erat tangan temannya.
Ia melotot.

Tetapi, akhirnya. Ia menghela nafas panjang.
Dan menghepaskan tangan Ray.

'Njing ni Cewe. Belum ae gua sambit' Ray pun menggerutu di dalam hatinya.

Sambil menghela nafas besarnya, ia pun mengalah.
"Ya udah ayo. Ngambekan mulu dih. Gua sambit baru tau rasa lu" ajak Ray. Dan pergi keluar dari kanar Ayu.

Ayu bergegas mengambil tasnya, dan pergi turun kebawah.

....

Suara deru mesin, dan Knalpot mobilnya mulai kalah dengan suara lagu yang Ayu setel dengan volume yang kencang.

"Nih. Pokoknya niat gua ke Bandung itu ngelakuin hal yang gua rindu pas jaman jaman gua sd sampe smp dulu" ucap Ayu sambil menurunkan volume lagunya tersebut.

"Lah bukannya lu kemaren sama manusia gila itu udah jalan jalan di Bandung ya?" Tanya Ray kebingungan.

"Beda lah, kemaren kan gua cuman jalan jalan selayaknya orang udah ngerencanain mau kemana mana" jawab Ayu.

Ray mengangkat alisnya sebelah, pertanda ia masih tidak mengerti apa yang Ayu ucapkan.

"Apa sih, gua ga ngerti sumpah" komentar Ray.

"Ya maksud gua, untuk rencana sekarang. Di minggu sekarang. Kita jalan jalannya, Ga sesuai apa yang kita rencanain. Jadi kita main dengan mendadak" jelas Ayu.

Ray masih kebingungan dengan penjelasan Ayu tadi.

"Asli lo ga ngerti?" Tanya Ayu.

Ray menggeleng dan mulai menyengir lebar. Pertanda ia tidak mengerti.

"Pokoknya lu ikutin apa yang gua lakuin selama kita di Bandung, ngerti?" jelas Ayu lagi.
"Nah Gitu dong, baru jelas. Kalau tadi kan lu muter muter jadinya gua ga ngerti" jawab Ray senang.

Ayu hanya menggelengkan kepalanya, dan mulai check satu persatu pesan yang ia dapat di ruang obrolan grupnya itu.

"Oh ya, besok lu ke Gereja kan?" Tanya Ayu dan menyimpan hpnya, lalu memperbesar suhu AC agar tidak terlalu dingin.

"Iya, kenapa gitu?" Jawab Ray dan memakan kacang sukro.

"Jam berapa sampe jam berapa biasanya? Soalnya Bandung sama yang di rumah suka beda waktu ibadah gitu" Tanya Ayu.

"Biasanya si yang suka gua singgahin di Bandung tuh, dari jam 6 pagi sampe jam 11 siang doang. Soalnya gua cuman jadi member sementara. Ga wajib" jawab Ray.

"Oke sip, besok bangun subuh" ucap Ayu dan dia mulai menutup matanya dan Tertidur.

Ray hanya kebingungan, Ingin membangunkan Ayu, tetapi niatnya ia urungkan.

Karena bila Ayu di ganggu saat ia tidur. Dia menjadi singa yang galak.

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang