Still day three

3 1 0
                                    

Waktu mereka benar benar panjang. Mereka menikmati hari itu di SD. Berbincang dengan walikelas Ayu dulu di kelas enam yang ternyata ia juga walikelas Ray di kelas dua.

Mereka berbincang panjang, menceritakan bagaimana kehidupan mereka sakarang. Bagaimana mereka akan melanjutkan tempat yang mereka tuju selanjutnya saat setelah lulus.
Bagaimana mereka bisa dekat seperti sekarang.
Bagaimana seluk beluk kelakuan Ray dan Ayu di sekolah.

Bu Teti merasa bangga melihat siswanya itu masih menghormatinya.
Ia bangga terhadap Ayu. Karena Ayu adalah siswi yang ia sayangi walaupun dulu Ayu anaknya termasuk anak yang nakal.

...
7.45

Ayu dengan penuh kebahagiaannya, ia berjalan dengan hentakan yang tidak teratur.
"Ke mana lagi ya?" Tanya Ayu sambil melihat ke arah belakang dan melihat Ray yang berjalan di belakangnya sambil menutup kedua telapak tangan beserta jari jemarinya di dalam saku celananya.

Ayu menghentikan langkah mundurnya itu. Ia menunggu Ray mendatanginya.
Namun Ray berhenti. Tidak mendekatinya.

"Eh woi, mau matung di sana? Buru sini, lama amat" Tanya Ayu sambil mengencangkan nadanya.

Ray pun menyadarinya, kalau dia dan Ayu jaraknya lumayan jauh.
Ray akhirnya berlari kecil mendekati Ayu.

"Bengong mulu bocah ya" ucap Ayu dan memegang pundak kiri Ray.
Ray menyengir dan mengusap tengkuknya.
"Sarapan yuk, laper" ajak Ayu.

Mereka pun berjalan kembali.
Menyusuri ramainya kota Bandung di pagi hari.

Tak lama Ayu pun berhenti di depan warung tukang bubur di pinggir jalan.

"Sini aja yuk. Langganan gua soalnya" ajak Ayu.
Ray pun menatap dengan penuh kebingungan. Ia merasa ingat dengan tempat tersebut.

"Mang Deni" sapa Ayu kepada seorang lelaki yang berumuran sama dengan ayahnya.
Ia adalah Mang Deni, teman SD ayahnya Ayu.

Ayu sudah mengenal mang Deni lama. karena, semasa hidupnya Ia sering sarapan di warung bubur milik Mang Deni tersebut.

"Eh neng Ayu. Apa kabar neng. Sudah lama tidak bertemu neng" jawab Mang Deni dengan senyum sumringah, menunjukan mang Deni sedang bahagia bertemu dengan anak temannya sekaligus langganannya.

"Baik mang, mang sendiri apa kabar? Sehat?" Tanya Ayu. "Alhamdulillah neng sehat. Sendiri aja neng?" Tanya mang Deni.
"Nggak kok mang. Kenalin ini Ray, temen Ayu" ucap Ayu sambil menarik tubuh Ray agar mendekat kepada mereka berdua.

"Hehe, om" sapa Ray dan salim kepada mang Deni.
"Eh Nak Ray, kumaha damang?" Tanya Mang Deni.
"Baik om, hehehe" Ray menjawab sambil terkekeh.

Ayu membuka mata dengan lebar.
Ia bingung, apakah Ray ini kenal dengan teman ayahnya itu.

"Yu, mang Deni ini, Om gua dari keluarga mama. Udah lama ga ketemu si, cuman Alhamdulillah kita masih saling kenal" Ray menjelaskan agar temannya itu tidak berdiri terpatung.

"Eh seriusan? Wah ternyata ga disangka" komentar Ayu.
"Duduk atuh neng. Pesen yang biasa kan? Yang ga pake cakwe" suruh mang Deni.
"Iyap betul. Ayu tunggu yaaa" jawab Ayu dengan penuh kebahagiaan.

Mereka berdua pun duduk di kursi tunggal berwarna hijau, ditemani dengan meja berwarna Merah.

"Where should we go after breakfast?" Tanya Ray.
"Sok Inggris amat lu nyet" komentar Ayu kesal.
"Yeeee serius gua nanya itu" ucap Ray memastikan pertanyaannya.

The DifferenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang