Lisa tidak pernah mengira bahwa perusahaan milik Jimin merupakan salah satu kandidat yang mengirimkan proposal kerja sama kepada perusahaannya. Gadis itu diam-diam tersenyum kecut, menatap penuh intimidasi pada si pemuda Park yang duduk disofa--berhadapan dengannya.
Amarah dan kebencian itu masih tersimpan rapi, terbungkus bersama rasa cinta yang bermanifestasi menjadi kepiluan. Tapi Lisa dengan sikap superiornya tetap tidak ingin terlihat lemah kendati rasa nyeri masih saja bercokol kuat di dalam dadanya.
"Kenapa baru sekarang kau menginginkan kerja sama ini, Tuan Park? Apa karena perusahaanku sudah berkembang pesat dan kau ingin mengambil kesempatan itu?" tanya Lisa.
Sebenarnya ia terjebak dalam kebimbangan. Menerima ikatan kerja sama dengan Jimin sama saja seperti menghunus dadanya sendiri dengan sangat perlahan. Mereka memiliki banyak kenangan manis, yang sialnya masih sulit terlupakan oleh Lisa. Tapi dengan menolak ikatan kerja sama tersebut, hal itu seolah menegaskan bahwa Lisa benar-benar belum bisa berdamai dengan masa lalunya.
Jimin memasang senyum tipis. Tak ada raut wajah tersinggung atas kalimat Lisa tersebut. "Kau masih belum berubah, Lisa."
Lisa tersenyum pongah. Ia menyandarkan punggung dengan anggun dan menatap Jimin tanpa rasa takut. "Bukankah kau yang membuatku menjadi seperti ini? Kau memutuskan hubungan kita dan membuatku hancur, lalu aku melampiaskan segalanya pada pekerjaanku. Tapi, terima kasih. Berkat kau, perusahaanku menjadi jauh lebih berkembang."
Namun Jimin memandang Lisa dengan sendu. Mereka pernah saling mencintai dalam waktu yang lama, dan Jimin paham kalau gadis itu sedang berusaha untuk menutupi lukanya mati-matian. "Tapi apa kau tahu, Lisa? Justru pekerjaanmu yang mengubah dirimu menjadi seperti ini dan mempengaruhi hubungan kita. Kau terlalu haus akan kekuasaan. Kau sering melupakan janji kita, bahkan mengabaikan aku semenjak kau ditempatkan diposisi CEO. Kau tidak ingin dikontrol, kau ingin berdiri sendiri. Kau menjadi pembangkang dan tidak peduli terhadap kehadiranku. Lantas untuk apa aku bertahan disisimu?"
Hubungan Lisa dan Jimin memang kandas, tak lama setelah Lisa duduk diatas kursi tertinggi perusahaan Hwang. Gadis itu terlalu sibuk dan terkesan mengabaikan Jimin. Mereka menjadi sering bertengkar karena hal sepele. Sampai akhirnya Jimin menyerah dan memilih untuk mengakhiri hubungan mereka yang telah terjalin selama lima tahun.
Namun karena hal itu, Lisa menjadi sangat hancur. Gadis itu semakin gila bekerja. Ia akan melampiaskan segalanya pada jajaran botol whiskey dan bourbon, maupun berbatang-batang rokok. Sifatnya semakin keras kepala dan angkuh. Secara tidak langsung, Jimin telah mengubah Lisa menjadi sesosok gadis liar dan lebih arogan dari sebelumnya.
Lisa berubah menjadi seseorang yang lain, menutupi betapa rapuh dirinya dan berkamuflase menjadi figur wanita tangguh, seolah ia tak membutuhkan sosok lain dalam hidupnya. Ia cantik, pintar, kaya raya seksi, dan sempurna. Ia bisa mendapatkan dan melakukan apapun meski tanpa seorang lelaki sebagai pendamping hidupnya.
Disana, Lisa mengeraskan rahang tanpa melunakkan pandangannya, sebelum akhirnya mendengus kasar. "Omong kosong macam apa ini, Jim? Kau berkata seakan semua adalah salahku. Seharusnya kau juga sadar sebesar apa peranmu dalam membuat hidupku menjadi seperti sekarang."
Lisa lantas bangkit dari tempatnya. Ia melangkah dengan anggun, lalu menyandarkan bokong ditepi meja kerjanya seraya melipat kedua lengan didada. "Sekarang apa? Kau ingin memintaku menerima ikatan kerjasama perusahaan kita? Baiklah. Aku menyetujuinya. Biar bagaimana pun sekarang kita adalah partner dan kuharap kau berhenti membicarakan tentang masa lalu kita, sebab aku sama sekali tidak tertarik untuk mendengarnya."
Lisa tahu apa saja resiko yang akan ia dapatkan ketika ia mengambil keputusan itu. Tapi ia tetap tidak bisa meruntuhkan harga dirinya dengan menolak proposal itu mentah-mentah. Lisa tidak menemukan alasan untuk menolak, selain karena untuk menghindari Jimin. Apalagi, perusahaan milik pemuda itu cukup besar dan berpeluang untuk membuat Hwang Company melaju lebih pesat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
tell me you love me | lizkook✔
Hayran Kurgu[M] Lalisa Hwang memiliki dua prioritas dalam hidupnya, yaitu bekerja dan bersenang-senang. Jadi jelas saja kalau presensi Jeon Jungkook tidak termasuk dalam daftarnya. Apalagi, pemuda bergigi kelinci tersebut memiliki rentang usia lima tahun lebih...