❄7

11.8K 1.6K 458
                                    

"Oh, Harin-ah.. Ayo masuk.."

Entah sejak kapan Jungkook berdiri dibelakang Lisa. Dan lagi-lagi lelaki itu bertingkah seenaknya, seolah apartemen ini adalah miliknya sendiri.

Harin tersenyum manis. Ia melangkah masuk, melewati tubuh si tuan rumah yang asli. Lisa sebenarnya tidak masalah dengan hal itu. Toh, Harin hanya manager Jungkook. Mungkin mereka harus membicarakan hal penting sampai harus bertemu dalam waktu pagi hari seperti ini.

Jadi yang Lisa lakukan selanjutnya hanya melangkah ke dapur dan menyiapkan kudapan. Mungkin pancake dengan siraman madu atau saus cokelat akan terasa nikmat. Ah, jangan lupa dengan tambahan segelas susu cair rasa vanila. Pasti akan terasa sangat sempurna. Ia juga akan membuatkan untuk Harin dan Jungkook.

Tapi dua puluh menit setelahnya--tepatnya ketika Lisa kembali menjejakkan kaki di area ruang tamu, kenapa hatinya mendadak panas, disertai rasa ingin memaki yang menggebu-gebu? Iya. Sebab disana, Harin sedang menyentuh helaian surai Jungkook tanpa mendapatkan penolakan apapun dari si pemuda. Senyumnya terkembang tak kalah manis dari pancake madu yang dibawa Lisa. Pun dengan ekspresi wajahnya yang begitu cerah bagaikan sinar mentari.

"Kau harus mengganti warna rambutmu." kata Harin pada Jungkook.

"Oh, ya? Tapi aku masih menyukai warna cokelat." balas Jungkook.

Yah, memang. Sekitar dua bulan yang lalu, Jungkook pergi ke salon bersama Lisa dan sama-sama mengganti warna rambut yang serupa, yaitu cokelat gelap. Ah, bukankah mereka terlihat seperti pasangan yang manis? Iya, tapi itu dulu. Sekarang mereka bukan lagi sepasang kekasih, dan membuat Jungkook menghela napas sendu ketika mengingatnya.

Harin menggeleng lucu, yang sumpah demi apapun membuat Lisa gemas sekali--ingin melayangkan nampan ditangannya, dan mendaratkannya tepat pada wajah si gadis Choi tersebut. "Albummu kali ini berisi sebagian besar kumpulan lagu ballad. Kau harus mengganti warna rambutmu menjadi hitam, sesuai dengan temanya."

Jemari lentik Harin masih bermain pada helaian surai Jungkook yang sedikit berantakan. Ia merapikannya, menyisirnya dengan perlahan dan lembut.

Oh, astaga. Mereka berdua bahkan masih tidak menyadari kehadiran Lisa yang sudah berdiri diambang pintu sejak lima menit yang lalu. Ini lebih terlihat seperti Lisa adalah seorang ibu kost yang menyediakan tempat berkencan untuk sepasang kekasih.

Ugh, menyebalkan! Boleh tidak sih kalau Lisa menyeret mereka berdua untuk keluar dari ruangan apartemen ini dan menendang pantat mereka satu persatu? Serius, deh. Lisa gemas sekali. Saking gemasnya, ia sampai ingin menjadikan tubuh atletis Jungkook sebagai samsak tinjunya.

Perempuan itu lantas berdehem pelan dan melanjutkan langkahnya menuju sofa. Raut wajahnya masih terukir datar dan berwibawa, seolah ia tengah merasa baik-baik saja kendati dalam hati sedang menahan nafsu untuk tidak menjambak rambut siapapun.

"Aku membuatkan pancake untuk kalian." kata Lisa. Ia mengambil tempat disisi kiri Jungkook, dan membuat pemuda itu diapit oleh dua wanita ; kanan dan kiri.

"Terima kasih, Eonni.." kata Harin, sembari tersenyum lugu.

Lisa hanya mengangguk-anggukan kepalanya disana.

"Noona sudah sarapan?" kali ini Jungkook bertanya dan menghadapkan tubuh pada Lisa.

Lagi-lagi Lisa mengangguk. "Omong-omong, mengapa Harin kemari diwaktu sepagi ini?"

Pertanyaan Lisa sudah jelas tertuju pada Harin. Tapi Jungkook malah menjawab, "Aku yang menyuruhnya kesini untuk membicarakan soal pengunduran jadwalku hari ini."

Lisa mengerutkan dahi, penasaran. "Kenapa ada pengunduran? Seharusnya kau tidak bisa mengubah jadwalmu seenaknya, Jeon Jungkook. Apalagi secara mendadak seperti ini. Bagaimana kalau para staff telah mempersiapkan semuanya? Kau harus profesional. Kau harus--"

tell me you love me | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang