❄3

13.3K 1.8K 282
                                    

Jungkook melepas pelukan itu. Ia mengangkat dagu Lisa, menatap bola mata berair milik gadisnya. Ah, sungguh, Jungkook benar-benar merasa sesak ketika melihat air mata Lisa mengalir seperti ini. Ia tidak suka melihat Lisa menangis, atau lebih tepatnya tidak ingin Lisa menangis dan bersedih. Baginya, kesedihan Lisa sama saja merupakan sebuah kegagalan untuknya, karena ia tidak bisa menjaga kekasihnya dengan baik.

"Noona.. Mungkin ini terdengar berlebihan. Tapi aku memang tidak pernah mencintai gadis lain sebesar aku mencintaimu. Kau membuatku mengerti bagaimana caranya menghargai seorang wanita. Kau membuatku memahami arti pentingnya sebuah kehadiran. Dan kau mampu membuatku tersenyum hanya dengan melihat fotomu ketika kita sedang tidak bersama. Hal-hal kecil semacam itu tidak pernah kulakukan pada gadis lain. Hanya dirimu. Hanya kau, Noona. Dan aku tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi padaku."

Mendengar hal itu, membuat Lisa semakin ingin menangis keras-keras. Jungkook benar-benar mencintainya, sementara ia tidak bisa memberikan hal yang setimpal untuk pemuda itu. Ia merasa buruk, ia merasa tidak pantas untuk Jungkook.

Dengan air mata yang masih berlinang di pelupuk, Lisa berbicara dengan suara paraunya, "Tapi kau harus mengetahui satu hal, Jung. Aku.. A-aku.." Lisa terlihat ragu. Ia menggigit bibir bawahnya, balas menatap Jungkook yang masih menungguinya dengan sabar. "A-aku berciuman dengan Jimin. Tadi pagi, dikantorku."

Jungkook membelalakkan mata tak percaya. Sesuatu seperti menghantam dadanya dengan keras, mengakibatkan rasa sesak luar biasa. Ia terlalu terkejut sampai mulutnya terasa kelu. Ini terlalu tiba-tiba. Ia bahkan tidak bisa memprediksi hal itu sebelumnya.

Lisa menghapus lelehan air matanya sendiri. Ia terluka melihat pandangan Jungkook yang berubah menjadi kepedihan dalam sekejap. Gadis itu merasa sangat bersalah sampai ia berpikir kalau mungkin saja ia sudah tidak pantas dibukakan pintu maaf oleh Jungkook. "Aku tidak sebaik yang kau kira, Jung. Aku ini jahat sekali."

Jungkook mengepalkan tangannya kuat-kuat. Hatinya seolah remuk sampai tak berbentuk. Ia mencintai Lisa setengah mati, dan ketika fakta menyakitkan itu didapatkannya--ia merasa bahwa ia bisa saja meluapkan amarah dan kesedihannya melalui semua benda yang ada diruangan itu.

Selama ini ia telah berusaha keras untuk mendapatkan Lisa seutuhnya, mencoba menyembuhkan luka si gadis, dan berjuang agar Lisa mau menerima kehadirannya. Tapi apa yang ia dapatkan sebagai balasannya? Sebuah pengkhianatan? Ya, benar. Sebuah pengkhianatan.

Seharusnya, saat ini Jungkook sudah membalik badan dan berjalan pergi meninggalkan Lisa. Hatinya terlalu sakit. Ia bahkan kesulitan bernapas ketika kepedihan itu menekan rongga dadanya kuat-kuat.

Namun logika dan isi hatinya seolah berjalan tak seirama. Disana, Jungkook hanya menunduk sejenak. Ia lantas kembali menatap Lisa dengan bola matanya yang memerah dan menarik napas dalam-dalam untuk meredakan sesaknya sebelum berujar, "Tidak apa-apa. Aku mengerti."

Lisa terkesiap dengan pernyataan itu. Setetes air mata kembali mengalir. "K-kau.." Ia tergagap, membiarkan mulutnya terbuka dan tertutup sebagai respon alamiahnya karena ini semua benar-benar diluar dugaan. "A-apa kau tidak membenciku? Aku baru saja bilang kalau aku telah berciuman dengan Park Jimin, dengan mantan kekasihku."

"Tidak. Aku tidak membencimu."

"Tapi kenapa? Seharusnya kau membenciku dan pergi meninggalkan aku, Jeon Jungkook!"

Jungkook menatap Lisa dengan intens, dimana gadis itu masih saja mengalirkan cairan bening dari pelupuknya dengan raut wajah frustasi. "Aku memang marah. Aku terluka, aku sakit. Aku bisa saja mendatangi si brengsek itu untuk kemudian memukul wajahnya. Tapi lagi-lagi semua itu karena aku mencintaimu, Noona."

tell me you love me | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang