3. your favorite color is yellow! just like the sun(flower)!

382 68 6
                                    

Asal kau tahu saja, Rumah Sakit Jiwa ini tidak seperti yang kau bayangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Asal kau tahu saja, Rumah Sakit Jiwa ini tidak seperti yang kau bayangkan. Dia tidak kumuh, kotor, berisikan lolongan bak serigala tiap malam, penuh bercak darah di setiap dinding-tidak, itu terlalu menyeramkan.

Tempat ini didominasi warna putih, dengan balutan warna pastel di sudut tertentu dan dibagi dalam beberapa distrik. Distrik A, B, dan C. Pembagiannya berdasarkan segila apa manusia yang ada di sini dan untunglah Hwasa masih berada di Distrik A.

Tempat ini memiliki beberapa kegiatan selayaknya sekolah. Kelas menjahit, kesehatan, memasak dan lainnya. Dan pada hari ini, Hwasa hadir dalam kelas melukis.

Dia tahu kalau kemampuan seninya itu sangat rendahan, dia tak pandai menari dengan kuas di atas kanvas. Tapi entah bagaimana, itu dapat membuatnya lebih tenang. Seperti heroin yang pernah dirasakan di belakang sekolah, melukis memberi euforia dan rasa tenang tersendiri.

Dan lebih baiknya lagi, tak akan ada yang menilai lukisan dengan goresan tinta merah dan huruf F yang menyayat hati.

Tapi itu sedikit berubah saat seorang Jung Wheein datang dan mendeklarasikan dirinya sebagai teman bagi Hwasa.

"Hwasa mau melukis apa?" Tanya Wheein penasaran, sorot matanya seperti anak anjing dan nada suaranya sangat bersemangat, rasanya seperti mendatangi taman di musim panas. Ramai dan hangat.

"Tidak tahu. "

Wheein mengerutkan bibirnya, merasa kenapa Hwasa tak punya semangat apapun dalam dirinya. Seharusnya 'kan dia tahu apa yang hendak ia lukis jika telah duduk di tempat ini.

Namun saat hendak memberikan pertanyaan atau sekadar komentar membuat emosi naik, Wheein malah menatap kain putih besar di belakang ruangan, "Hei, apa aku boleh melukis di sana?"

Hwasa menoleh, mengikuti tangan Wheein yang menunjuk ke belakang. Diam-diam ia bertanya apakah Wheein punya latar belakang sebagai pelukis atau semacamnya? Kenapa ia terlihat bersemangat? Atau memang seperti itu sifatnya?

"Sepertinya boleh. Tapi jangan menumpahkan cat ke seluruh badanmu."

"Hehe, oke!"

Wheein berlari ke belakang, menatap kain putih yang terlihat lusuh, bersih seolah tak ada yang menyentuhnya. Tangannya mengambil cat, membukanya lalu mengambil berbagai macam bentuk kuas. Hendak mencelupkannya ke dalam cat, lalu dia terhenti.

Maniknya menatap punggung Hwasa yang terlihat kurus, Wheein tak tahu apa yang sedang dilukisnya dan diam-diam Wheein tak yakin si wajah datar nan emosian itu bisa melukis. Hobi menghancurkan dan mengunyah kanvas terlihat lebih cocok untuknya.

"Hwasa!" Panggil Wheein dan membuat ia mendapat deheman singkat untuk jawaban. "Apa warna favoritmu?"

"Tidak tahu. "

Wheein menatap Hwasa heran. Serius? Manusia berambut gelombang ini tak punya warna favorit? Memangnya dimana ia tinggal, gua? Wheein yang setengah hidupnya hanya digilir seperti binatang saja memiliki warna favorit.

"Huuu, kau tidak asik. Pasti kau punya warna favorit, tapi kau malu untuk memberitahu aku. Kau suka warna hijau, ya? Tidak apa-apa. Walaupun hijau jelek, aku tidak akan mengejek, kok. "

"Aku benar-benar serius. "

"Aku akan menebak warna favoritmu!" Ucap Wheein sambil terkekeh begitu manis. "Pasti kuning!"

Hwasa mengangkat kepalanya, merasa tertarik dengan ucapan Wheein. Ia pun berbalik, menatap Wheein yang ternyata sibuk memberi warna pada kain polos itu. Menuntun kuas itu dengan arah tak menentu.

"Kenapa kau bilang begitu?"

"Karena kuning itu matahari. Dia bersinar! Sama sepertimu. " Ucap Wheein begitu yakin dan diam-diam Hwasa terkejut mendengarnya. Kenapa Wheein bertingkah seolah ia adalah teman masa kecilnya?

Dan kenapa Wheein mau menemaninya di ruang melukis ini sedangkan yang lain tengah berlarian di taman mengikuti kelas olahraga? Apa dia benar-benar mau menjadi teman? Bukan hanya sekadar bercanda belaka?

Kenapa Wheein mau menjadi temannya?

"Aku tidak suka matahari, Whee. Dia terlalu menyengat. Aku tidak suka musim panas. " Ucap Hwasa dan membuat Wheein berbalik lagi padanya. Tingkahnya diubah seolah sedang berpikir sejenak, membuat Hwasa menerka jawaban apa yang akan diberi Wheein.

"Kalau begitu kau jadi bunga matahari saja," Ucap Wheein. "Dia kuning, cantik, menonjol dari antara bunga lain, unik, dan yang terpenting-bisa menghasilkan kuaci!"

"Dan lihat! Lukisanku telah selesai! Ini kuning dan tentang Hwasa!"

"Dan lihat! Lukisanku telah selesai! Ini kuning dan tentang Hwasa!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu orenji, Wheein. "

"Oh, salah, ya?"

Dalam diam Hwasa menahan tawanya, melihat betapa polosnya Wheein saat tidak menyadari perbedaan kuning dan orenji-dan ia malah merutuki kenapa warna orenji itu ada di bumi, memangnya siapa yang suka warna itu.

Dan dalam diam juga, ia menetapkan dalam hati, bahwa warna favoritnya adalah kuning. Sama seperti bunga matahari.

to be continued...

sunflower | wheesa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang