8. the autumn is here, are you still keeping your promise?

339 54 39
                                    

  Jika ada orang yang bertanya tentang berapa banyak waktu dilewati tanpa kau sadari, Namjoon akan menghela napas sejenak lalu membisikkan kalimat lima tahun.


Ini juga kali kelima ia berada di jalan setapak ini sendirian, menginjak daun mapel yang masih berwarna kemerahan dan berserakan di tanah tanpa arti. Ia melirik sebentar jam tangannya dan memberi tahu pada dirinya sendiri bahwa ia harus mempercepat langkahnya sebelum malam menyambut.

Pohon-pohon yang menjulang tinggi menantang langit mulai kelihatan, menunjukan bahwa ia sebentar lagi akan sampai ke tujuannya, dan benar saja. Netranya menangkap figur seorang pria tua yang nampak mengantuk dan kelelahan, ia memeluk tubuhnya erat di bawah jaket dan berusaha membuka matanya lebar-lebar. Pemuda itu sejenak tertawa lalu sedikit berlari dan mengundang atensi dari figur tersebut.

Pak Cheon namanya, lelaki penjaga tempat ini yang terlihat kolot namun ternyata mempunyai banyak cerita yang menyenangkan untuk didengar. Yang ia tahu, pria tua itu memiliki ingatan yang begitu baik dan sangat lihai dalam bidang literasi. Pikirannya luas dan hatinya hangat, cocok sebagai teman untuk minum teh di hari yang sejuk. Ia sendiri bahkan bingung kenapa Pak Cheon memilih pekerjaan seperti ini.

"Lama tak berjumpa, anak muda." Suara parau itu menyambut dan merengkuhnya hangat membuat lelaki muda yang bernama Namjoon itu tertawa.

"Maafkan aku karena tak bisa sering ke sini," ia tersenyum. "Aku punya banyak urusan. "

"Tak apa, pria muda sepertimu memang pantas selalu bersemangat bekerja dan tak hanya duduk bersamaku dan minum teh," Ucap Pak Cheon dengan begitu hangat, tatapannya seperti seorang Ayah pada anak lelakinya dan membuat Namjoon sedikit tertegun. "Kau mau menemuinya?"

"Ah, iya. "

Pak Cheon mengangguk paham dan segera membukakan pagar untuk lelaki itu agar segera masuk, Namjoon menyodorkan sup hangat yang dibawanya dari tadi dan berucap bahwa Pak Cheon harus mengambilnya dan menikmatinya saat pulang kerja. Ia langsung menyodorkannya karena pria tua itu keras kepala sekali jika ingin diberi sesuatu, maka ia harus sedikit memaksa karena ia tahu Pak Cheon yang memiliki senyum hangat ini layak mendapatkannya.

"Terimakasih, anak muda. "

••••

Namjoon menghela napas panjang, rumah abu yang ia selalu didatangi satu kali dalam setahun ini selalu memberi beban lebih pada dada dan bahunya. Ruangan ini sebenarnya luas dan nampak begitu indah dengan berbagai macam bunga di setiap penjuru ruangan, serta mampu menghalau dingin yang semakin ganas di luar sana dan sepertinya ikut menyambut musim selanjutnya. Tapi saat ia memikirkan tentang berapa banyak air mata yang tumpah dan seberapa banyak harapan atau cinta yang pupus di sini? Lupakan bunga-bunga itu, rasanya tempat ini layak disebut tempat paling kelam dan menyedihkan di dunia.

Namjoon tanpa rasa canggung berjalan menuju tujuannya, melewati belokan familiar dan beberapa wajah asing. Sebagian besar dilengkapi dengan mata yang bengkak dan suara yang parau, tetapi ada juga yang hanya berdiri dengan tatapan kosong menatap kotak kecil dengan foto seseorang di hadapannya.

Ah, akhirnya ia sampai.

Tatapan itu masih sama, stagnan menyambut menuju netra Namjoon yang sama sekali tak ingin mengalihkan pandangannya. Tatapan hangat saat ia berbincang singkat dengan Pak Cheon seolah sirna di telan bumi, hanya ada tatapan tajam yang seolah menantang seseorang yang kini abadi dan hanya dikenang melalui foto sembari berkata,

"Kau layak mendapatkan ini semua."

Ia melepaskan sarung tangannya yang berwarna abu-abu, kemudian dengan gerakan lambat mengelus kaca yang melindungi sebuah kotak kayu dengan foto di hadapannya, Namjoon menghela napas panjang untuk sekian kalinya. Rentetan memori kelam itu kembali menghujam kepalanya secara angkuh seolah mendeklarasikan bahwa mereka tak akan pernah pergi walaupun Namjoon berkata pada dirinya sendiri kalau ia akan baik-baik saja.

sunflower | wheesa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang