9. you are the one that you've been waiting for all of you life.

283 47 39
                                    

Jadi ini bahagia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi ini bahagia?

Rasanya waktu berjalan begitu lambat saat netra itu kembali bertemu. Ia tak banyak berubah, rona kemerahan di pipinya masih sama, langkahnya bersemangat namun tetap tenang, berbanding terbalik dengan detak jantung yang setengah mati ia sembunyikan.

Keheningan berada di udara, mengembuskan sejuk yang membelai surai dan figur keduanya yang kini berhadapan di jalan setapak itu dengan pohon mapel yang semakin tak beraturan dalam menggugurkan daunnya.

Hwasa tak membuka mulutnya, pikirannya seolah melayang dan bingung kenapa Wheein kembali di waktu ini. Ia tak paham dan bahkan tak percaya. Ini rasanya terlalu cepat dan tak terlalu tepat, walaupun ia ingin sekali mendekap si wujud yang tak berhenti tersenyum sejak lima menit yang lalu.

"Hwasa tambah cantik."

Kaki yang bergetar itu tersentak diam, dengan kaku Hwasa mencoba mengangkat kepalanya dan menatap presensi Wheein yang kini duduk dengan kaki bersilang dan senyum yang begitu lebar, "Kebahagian cocok untuk Hwasa."

"Benarkah?" Hwasa tertawa lirih, netranya memandang tak nyaman. Dadanya sesak hingga rasanya ingin menangis, "Aku tidak merasakan kebahagiaan di sekelilingku. "

"Karena kebahagian itu muncul dari diri Hwasa, bukan dari sekeliling. Dunia itu jahat, Namjoon juga bisa jahat walau memegang pisau pun terbalik. Maka satu-satunya orang yang bisa membahagiakan Hwasa adalah diri Hwasa sendiri. "

Wheein di hadapannya itu masih sama. Intonasi, pemilihan kata, deru napas, jeda yang diisi senyum terlampau inosen dan tenang, perasaan yang begitu aneh saat mendengar semua lantunan kata itu kembali muncul dari orang yang sama.

Hwasa menghela napas, melirik sedikit rumahnya yang nampak begitu tenang, lampu di dapur pun belum dinyalakan, mungkin Namjoon sedang terlalu tenggelam dalam euforia dalam perpustakaan tua di sana dan belum ingin kembali pulang.

"Tapi ... kenapa dia?"

"Aku tak percaya orang lain dan dia satu-satunya orang yang tak pernah memukul Hwasa," Ucap Wheein disambung tawa kecil. "Sangat sederhana, 'kan? Mungkin juga walau kebahagian itu muncul dari dirimu sendiri, bukan berarti kau harus sendiri. Kadang punya sandaran pun menyenangkan juga, dan dia adalah opsi satu-satunya. "

Hwasa kembali menutup rapat mulutnya, matanya sibuk mengokohkan kembali ingatannya pada Wheein yang mulai rapuh. Lima tahun bukan waktu yang lama, Hwasa pun kadang lupa bagaimana cerah senyum si gadis sebelum ini semua terjadi.

Ia pun kadang lupa bagaimana cerah senyumnya sebelum itu semua terjadi.

"Sepertinya kau lebih bahagia dari aku," Ucap Hwasa yang nampak terlalu skeptis dengan semua ini dan dibalas dengan tatap inosen yang tak paham.

"Aku hanya hidup biasa. Aku hanya punya Namjoon yang menjadi guru dan aku yang menghabiskan hari menggali tanah untuk menanam sayuran. Aku tak pernah meninggalkan desa ini, tak pernah melihat menara eiffel, bertemu Rihanna, memiliki pekerjaan—bahkan tak pernah memakai gaun pernikahan dan berdiri mengucap janji menghadap pastor. Jadi dimana letak kebahagiaan itu?"

sunflower | wheesa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang