[9] Siapa Tahu?

343 60 14
                                    

Suara ketukan pintu di ruangannya membuat Sarra mendongak dari layar laptop. Seseorang menyembulkan kepala di sana seraya tersenyum lebar. "Belum pulang?"

"Eh, Han?"

Hani—sang senior editor—menyapa sebelum masuk menghampiri. "Lembur?"

Sarra menggeleng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarra menggeleng. "Lagi males pulang."

"Kenapa? Ada masalah?" Yang ditanya cuma mendesah lelah—menandakan sesuatu telah terjadi dan mengganggu pikirannya. "Ngopi dulu, yuk?"

"Emangnya lo gak dijemput?"

"Jojo pulangnya telat. Gue disuruh nunggu dulu sampe jam tujuh."

Sarra dan Hani memang teman akrab, jadi wajar jika sedang berduaan dan tidak dalam jam kerja seperti ini membuat mereka melepaskan panggilan formal. Meskipun kini Sarra menjadi atasan Hani, namun dulu saat awal-awal masuk kerja mereka ini teman seperjuangan yang memulai karirnya dari nol di perusahaan. Hanya saja, Sarra yang berdedikasi tinggi terhadap pekerjaan lebih beruntung ketimbang Hani yang kini telah bersuami dan dikaruniai seorang anak.

"Giliran gak ada suami aja, lo baru ngajak gue nongkrong."

Hani terkekeh sebelum menyeret Sarra untuk segera membereskan barang-barangnya dan mampir di kafe seberang kantor.

"Cerita. Lo kenapa?" todong Hani setelah mereka memesan makanan.

Sarra lagi-lagi mendesah. Bingung mesti cerita dari mana.

"Tunggu, tunggu! Biar gue tebak!" Hani mengetuk ujung bibirnya seraya menatap Sarra dengan penuh selidik. "Ini tentang cowok yang nyamperin lo kemaren siang, bukan?"

Deg!

Sarra mengerjap setelah berpikir sejenak. "Kok lo tahu?"

Senyum puas Hani menandai tebakannya memang benar. "Lo mah kayak gak tahu orang kantor, Sar. Ada gosip dikit aja pasti langsung nyebar kemana-mana udah kayak pesan berantai."

Sarra merotasi matanya sambil geleng-geleng. Padahal, kemarin Gian mendatangi Sarra pas jam makan siang-dimana rata-rata di jam itu orang kantor lagi nyari makanan di luar. Lah ternyata masih aja ada yang ngejadiin bahan omongan. Haduh! Bener-bener, deh!

"Denger-denger dia ganteng tuh. Siapa, Sar?"

"Mantan gue pas SMA."

Hani melotot. "Kok dia nyamperin lo? Kalian balikan?"

Sarra menggeleng. "Cuma nganterin makan siang."

"Cuma? Doi perhatian gitu mana bisa disebut 'cuma'?" Hani geleng-geleng gemes. "Kok bisa deket lagi?"

"Gue ketemu dia di acara reunian."

"Belom nikah?"

"Duda anak satu."

S T A T U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang