[11] Impas

317 59 28
                                    

"Yuk!"

Sarra masih melamun saat Gian memberhentikan mobilnya lalu membukakan pintu untuknya dengan elegan. Ya gimana Sarra gak hampir kena serangan jantung kalau tahu-tahu malam minggu ini dia diajak ke hotel bintang lima sama Gian?

"Kita mau ngapain?"

"Check in."

"Lo gila?"

Gian terbahak sebelum menyeret Sarra secara paksa. Manik hazel Sarra makin melotot horor saat Gian menggamit tangan mungilnya. Mereka berjalan berdampingan—tampak senada dengan busana hitam—hingga ke ballroom hotel dengan Gian yang tidak henti melengkungkan senyum menawannya tanpa sedetikpun melepas genggaman tangannya pada Sarra.

 Mereka berjalan berdampingan—tampak senada dengan busana hitam—hingga ke ballroom hotel dengan Gian yang tidak henti melengkungkan senyum menawannya tanpa sedetikpun melepas genggaman tangannya pada Sarra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata, malam ini Gian membawa Sarra untuk hadir di acara ulang tahun pernikahan salah seorang kolektor tetap sekaligus investor di galerinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata, malam ini Gian membawa Sarra untuk hadir di acara ulang tahun pernikahan salah seorang kolektor tetap sekaligus investor di galerinya. Setibanya di ruangan megah itu, Gian disambut senyuman hangat juga sapaan dari beberapa orang yang dikenalnya. Sarra yang mendampingi hanya mampu tersenyum manis serta sesekali menyalami kenalan Gian tersebut.

Sekarang Sarra mulai paham alasan Gian ngasih dia barang branded. Orang-orang yang hadir di acara ini jelas bukan orang sembarangan. Bisa dibilang, acara ini adalah acara yang ditujukkan untuk orang-orang kelas atas. Lah, yang dirayain aja acara ulang tahun pernikahan yang ke-25. Cuma orang tajir melintir yang rela buang-buang duit demi ngerayain hari jadi pernikahannya dengan ngundang banyak orang dan diadain di hotel kelas satu.

"Lo ngapain sih ngajak-ngajak gue ke acara beginian?" desis Sarra.

"Kenapa? Lo gak nyaman?"

"Gue gak betah di acara formal beginian."

"Betah-betahin! Mulai sekarang lo mesti terbiasa ke acara ginian buat nemenin gue."

Sarra mendelik. Meski hatinya belum sepenuhnya kebal sama gombalan basi Gian, kali ini Sarra cukup berhasil untuk mengendalikan ekspresi wajahnya. Ia berdeham singkat sebelum mengalihkan pandangannya dari Gian. Matanya memilih untuk sibuk menjelajah berkeliling—berusaha mengabaikan kehadiran Gian di sisinya yang sialnya membuat degup jantungnya yang berdenyut tak karuan.

S T A T U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang