03. By Your Side

526 48 13
                                    

Anjing. Satu point  yang ku dapatkan dalam ruangan yang cukup luas ini. Setelah aku masuk ruangan aku disambut oleh anjing kecil berwarna putih. Aku berjongkok mengusapnya sebentar lantas  aku duduk diam di sofa coklat yang telah di sediakan, sambari menunggu si pemilik itu mandi.

Harus ku akui bekerja sebagai produser musik memang tak semudah yang orang lain kira. Menciptakan beberapa melodi indah untuk masyarakat di luar sana. Musik sudah hal umun bagi seluruh masyarakat, tak ada yang tidak menyukai karya seni yang memiliki berbagai emosi didalamnya. Bagi produser musik seperti kami. Kami akan sangat senang jika musik yang kami buat bisa diterima oleh masyarakat luas dengan mudah.

/cklek/

Aku mengalihkan pandanganku ke pria yang kini tengah berjalan masuk, kulihat dia sudah merasa segar setelah mandi, "Maaf menunggu lama." ujarnya kini duduk di kursi depan monitor.

Aku menggeleng pelan, "Tidak masalah. Ah iya apa kita mulai langsung saja. Aku rasa kakak tidak suka basa basi." Usulku, setelah kuamati aku membenarkan perkataan kak Deen. Dia memberiku banyak wejangan tentang sosok bernama Ash ini. Ternyata sepertinya membantu. Hah, aku berhutang banyak dengan kak Deen.

Dia mengangguk setuju, aku tersenyum puas lantas diriku mengambil sebuah kursi di sebelahnya dan dia mulai memainkan komputernya. Aku mengeluarkan laptopku dari ranselku dan meletakkan dimeja depanku, lantas dengan lincah jariku menekan mouse yang telah terpasang untuk mencari sebuah file.

"Ah iya, sebelumnya aku harus tahu bagaimana karakter suara seseorang yang akan menyanyi. Aku perlu memadukannya." ujarku terus terang. Jujur saja, aku masih perlu belajar untuk bisa memadukan suara seseorang dengan beat yang aku buat, karena terkadang karakter suara seseorang sangatlah mempengaruhi.

Dia hanya diam tanpa menjawab, lantas terdengar sebuah lagu dengan seorang pria yang membawakannya dengan tone yang terdengar ringan dan bersih. Rap flow nya terdengar enak didengar.  Aku diam-diam tersenyum, dia ternyata manis. Kurasa aku mulai memahami sosok Ash.

"Dia yang bernama Young B?" tanyaku padanya. Dia menggeleng, "Dia Haon . Lagu untuk Young B sudah selesai, jadi mungkin kita akan membuat untuk Haon."

Aku beroh-ria, kata Kak Deen aku membuat untuk Young B tapi ternyata untuk Haon. Ya sudah lah tidak apa-apa yang penting aku bisa bekerja sama dengannya.

"Kau sudah membuat sample?" tanya Ash kepadaku. Aku mengangguk, setelah aku tahu akan bekerja pada Ash aku langsung bergegas membuat beat dasar sebagai bahan awal.

"Menurutmu genrenya bagaimana?" tanyaku pada Kak Ash.

"Aku akan dengarkan sample yang kau buat, nanti kita diskusikan dengan Haon ingin konsep seperti apa."

"Baiklah.

¤¤¤

"Young B!!!" seru seseorang dari ujung lorong gedung seraya melambaikan tangannya. Pria bernama Young B itu awalnya tengah asik bermain ponsel kini mendongak melihat kesumber suara. Dilihatnya wanita serba hitam yang kini tengah tersenyum lebar kearahnya. Ia bahkan berlari menghampirinya.

Young B mengisyaratkan managernya untuk ke ruangan dulu,  sepertinya ia harus berbincang dengan wanita satu ini.

"Kau baru pulang?" tanyanya menyerahkan satu cup kopi dari keranjang kopinya untuk Young B. Dengan senang hati ia menerimanya.

"Kau lihat kan? Hei Deen setelah ini tolong pijit tubuhku ya. Rasanya tubuhku remuk sekali."

Deen memutar bola matanya malas, "Memangnya diriku tukang pijat apa." Young B terkekeh ia mengacak rambut Deen gemas.

"Hei hentikan tatanan rambutku rusak nanti." gerutu Deen sambari menyingkirkan tangan Young B.

"Aku suka rambut panjangmu." ucap Young B tiba-tiba, tak pelak membuat Deen tersipu malu. Auh sial sekali pria ini.

"Sudahlah, jangan menggodaku."

Young B lagi-lagi tersenyum, "Ngomong -ngomong kau dari mana? Kenapa membeli banyak kopi? Untuk siapa?" Kini mereka berjalan beriringan menuju lift.

Deen menenteng kopinya," oh ini.. Untuk tamu."

"Tamu? Siapa?"

Deen tersenyum penuh arti, "Sahabatku yang sering aku ceritakan padamu." Mata Young B membulat seketika ingatan tentang sahabat Deen langsung terlintas di pikirannya.

"ah dia.. Aera, kan?" Deen mengangguk, "Lalu sekarang ada dimana?"

"Di Huchu Lab. Kenapa kau ingin menemuinya?"

Perlu diketahui Huchu adalah nama anjing Ash yang tadi berada di studionya. Ash sendiri yang memanggilnya Huchu lab, agar
mudah. Pada akhirnya yang lain juga memanggilnya Huchu lab, lucu memang .

Young B mengangguk, "Tapi nanti. Aku ingin tidur dulu."

Ting

Pintu lift terbuka.

"Sampai nanti." ujar Young B kemudian keluar dari lift dan melambaikan tangan ke Deen.

"He--i astaga dasar bocah itu." Belum juga Deen bicara tapi pintu lift sudah tertutup begitu saja.

¤¤¤

Aera meregangkan ototnya yang kaku sesekali menguap lebar. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore tapi pria disampingnya itu masih betah menggarap lagu.

Tit tit tit

Suara password studio berbunyi, tak lama menapakkann dua orang berbeda gender tengah masuk menghampiri mereka. Aera tersadar langsung menoleh, ia berdiri dan langsung memberi salam.

Mata pria yang kini datang itu langsung berbinar bahkan ia tersenyum lebar melihat Aera, "Oh kau Aera ya? Aku Young B. Senang bertemu denganmu." Aera tersenyum seraya menunduk.

"Aera??" sapa Deen dengan senang.

"Kau sudah selesai belum, Ash?" Tanya Young B pada Ash yang masih berkutat dalam komputernya.

"Jika menungguinya dia tidak akan selesai. Hei Ash, sudahi dulu ayo kita ke karaoke." ucap Deen yang berdiri di belakang Ash.

"Kalian saja," jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari monitor.

"Ahh kau tidak asik, aku baru pulang. Besok aku libur, ayo kita ke karaoke, sekalian ajak Aera." bujuk Young B.

"Ayolahhhh kumohonn Ash, setelah lusa aku benar-benar sibuk. Ayolah, kumohon." Deen memohon.

Young B mengangguk, "Iyaa benar kata Deen. Kita jarang bersenang senang. Lagipula aku juga baru pulang. Kau tidak ingin menghabiskan waktu bersama kita? Sudah lama sekali."

Terlihat Ash menghela nafas berat jika sudah seperti ini ia tak kuasa menolak, sekalipun Ash menolak sampai besok. Ke dua cecenguk itu pasti tak kalah gentarnya untuk membujuk Ash.

"Baiklah." jawabnya.

Satu point utama lagi untuk Aera, Dia dingin tapi menghangatkan dan tidak tegaan.

¤...¤
-Tbc-

Btw gw gak berharap banyak sih cerita ini banyak pembacanya soalnya. Ini tokohnya jarang yg kenal.
Tapi gak masalah gw buat untuk konsumsi sendiri .

Yang baca semoga suka

[By Your Side] | KHH ° FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang