19. By Your Side

298 36 12
                                    

Dering sambungan telepon kian menyambung. Pria yang duduk  dikursi kian beranjak menatap luar jendela tak lupa tangan kanannya masuk kedalam saku celana. Akhir-akhir ini ia merasa kembali hidup sebagai pria. Menjadi tempat bersandar dan dapat diandalkan membuat ia bahagia.

"Kau masih lama di rumah? Jam berapa kau kemari?" Tanya  pria tersebut pada seseorang di sebrang telepon sana.

Lawan bicaranya malah terkekeh pelan, "Baru juga tadi pagi bertemu. Kau sudah meneleponku. Aku sedang dijalan."

Pria itu mendengus namun juga tersenyum, "Aku merindukanmu."

Lagi-lagi wanita itu terkekeh, "Jangan mulai kak. Dari kemarin kak Simon bicara nglantur terus."

Simon ikut terkekeh, "Hei aku benar-benar merindukanmu!" Ujarnya tak terima, pasalnya memang begitu.

"Hahah iya-iya. Aku juga, aku kan adik kesayanganmu. Ngomong-omong kau tidak kerja?"

Pria itu mengecutkan bibirnya, Simon menebak jika yang ia katakan itu main-main. Padahal ia bersungguh-sungguh merindukan wanita itu.

"Tidak asik tidak ada dirimu."

"Mulai mulai. Ini aku sedang dimobil."

Simon berdecak, "Lagi pula kenapa kau tidak berangkat saja bersamaku. Jika begini aku khawatir."

"Kak Simon jang--"

"Iya-iya tidak lagi." potong Simon cepat. "Hei bagaimana jika kau bekerja di cabang restoranku saja? Menjadi manager disana. Aku akan mengelola restoranku." tanya Simon.

"Kau ingin berhenti bekerja? Sebenarnya apa yang mengganggumu?"

Simon menghela nafas, "Tidak ada. Hanya aku tidak bisa bertemu dirimu terus. Jika kau bekerja direstoranku setidaknya aku bisa bertemu dirimu setiap hari."

Dan aku tidak khawatir lagi dia akan merebutmu dariku.

"Cabang restoranmu yang mana? Belanda atau Belgia? Gila itu jauh, lagi pula bahasa inggrisku buruk."

"Aku bisa mengajarimu sayang." jawab Simon pasrah. Lagipula wanita satu ini sungguh keras kepala.

Ada jeda lumayan diantara percakapan mereka, mungkin wanita di sebrang sana terkejut dengan panggilan Simon barusan. Tapi masa bodoh Simon tak peduli. Hehe.

"Hoi kau masih disana sayang?" goda Simon lagi.

"Astaga! Sepertinya otakmu konslet sialan!" Simon tertawa puas, ah pasti lebih menyenangkan jika menggodanya secara langsung. Apalagi melihat pipinya yang memerah, membuat Simon gemas sendiri.

"Jika sudah sampai langsung ke ruanganku aku lapar."

"Iya-iya, ini aku sudah membawakan makan."
Simon tersenyum, "Hati-hati, sayang." Setidaknya ia akan melupakan sejenak kekhawatirannya. Karena itu tidak akan terjadi. Dia akan mempertahankan wanita itu bagaimanapun caranya

Simon membalikkan badannya bersiap kembali bekerja, tapi ia langsung di kaget kan oleh seseorang yang berdiri depan meja Simon dengan tatapan datarnya.

"ASTAGA!! SIALAN!!" Teriak Simon reflek kaget, dia bahkan berjengkit saking jagetnya hampir melempar ponsel kearah seseorang tersebut.

"Dari kapan kau disitu?!" Sentak Simon saking terkejutnya, seseorang itu hanya memutar bola matanya malas. Ia melemparkan dokumen ke meja Simon lantas menghela kasar.

"Dari tadi saat kau bilang 'Hiti-hiti siying'." Ucapnya menirukan gaya bicara Simon disertai nada ingin muntah, mual, muak pokoknya semua.

Simon menghela nafas lega, "Akan ku tinjau dulu. Kau boleh pergi Gray."

[By Your Side] | KHH ° FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang