24. By Your Side

279 34 10
                                    

Simon menghela nafas berat, setelah mobilnya terparkir di basement apartement milik Aera. Beberapa kali ia menanyakan perihal keputusan Aera untuk pulang ke apartementnya. Simon tahu Aera butuh waktu sendiri, namun jika seperti ini malah membuatnya khawatir.

"Kau benar-benar yakin? Jika tidak ingin pulang kerumah kau bisa tinggal diapartementku?" tanya Simon untuk kesekian kalinya.

Aera tersenyum, "Tidak apa-apa, lagi pula aku sudah sembuh. Maaf sudah merepotkanmu."

Simon akhirnya mengalah, bagaimana pun juga ia tidak bisa memaksa Aera. Kondisi belum stabil, jika tidak dituruti kemauannya bisa berdampak pada kesehatan Aera.

"Ya sudah aku antar sampai atas." Baru ingin membuka selfbelt Aera langsung menggeleng dan tangannya menahan.

"Aku bisa sendiri. Kak Simon langsung pergi saja, lagi pula kau harus rapat." Tolak Aera mengundang helaan nafas kasar dari Simon, namun ia mengangguk menuruti permintaan wanita di sampingnya.

"Jika ada apa-apa telepon aku."

Aera mengangguk mendengar pesan dari Simon. Lantas wanita itu turun mobil melangkah menuju lift setelah ia berpamitan dengan Simon. Beberapa saat tubuh wanita itu menghilang dibalik lift Simon lantas menghidupkan mesin mobilnya dan berniat untuk pergi, namun baru ia ingin pergi. Ia melihat pria dengan rambut mulet, tengah berjalan melintasi depan mobilnya terburu-buru.

Saat itu juga amarah Simon tiba-tiba memuncak melihat presensi pria itu. Ia langsung bergegas turun dan menarik lengan pria tersebut sebelum masuk lift.

"Kau mau kemana?" tanya Simon dengan nada dingin, raut wajahnya terlihat menahan amarahnya.

Pria berambut mullet itu tampak tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Namun beberapa saat ia bisa mengendalikan rasa keterkejutan itu dengan tatapan sama dinginnya.

"Ingin menemui Aera, mau apa lagi."

Simon mengepalkan tangannya, "Jangan pernah menemui Aera lagi setelah kau menghancurkannya brengsek!!"

Ash menajamkan matanya, "Yang menghancurkan siapa? Bukankah kau? Kau yang tiba-tiba mengirimku ke Amerika setelah kau tahu Aera tidur denganku--"

Bugh

Tinjauan keras berhasil mendarat di rahang kiri Ash hingga sang empu terhuyung kebelakang. Bisa Ash rasakan jika sudut bibirnya sobek.

"Sekarang ku tanya. Setelah kau menidurinya, kau ada rasa bersalah tidak? Nyatanya kau malah berpacaran dengan Deen?"

Ash mengusap sudut bibirnya yang berdarah dan berdenyut, namun pertanyaan Simon barusan membuat ia terdiam.

"Kau tahu tidak? Aera datang ke rumah menangis-nangis. Meminta maaf dengan keluargaku karena kesalahan yang kalian buat. Kau--"

Ash menarik sudut bibirnya dan tertawa hambar, "Kau menyukainya?"

"Apa?"

"Sudah jelas dari sikapmu. Luarmu hanya seperti seorang kakak yang keren, yang hebat. Tapi jauh di dalam hatimu kau menyukainya, bukan?" tembak Ash tepat sasaran.

Simon langsung terdiam ditempat, Simon bukan lagi remaja yang tidak bisa membedakan mana itu rasa suka dan mana itu rasa iba. Berulang kali ia menyangkal namun tetap saja hatinya tidak bohong.

"Ternyata benar. Tapi sayangnya, aku ingin tanggung jawab atas apa yang aku lakukan." Putus Ash tiba-tiba membuat Simon kembali jengkel setengah mati.

"Sialan kau. Kau ingin tanggung jawab pada waktu seperti ini?! Sudah terlambat!! Lalu bagaimana dengan Deen, bajingan!!" Nada frustrasi Simon terdengar menggema di basement. Ash benar-benar gila, Simon tak habis pikir dengan jalan Ash yang terlalu dangkal.

"Jika aku bisa mempertahankan keduanya kenapa tidak!!" teriak Ash langsung di hadiahi tinjauan dari Simon membuat Ash terhuyung dan jatuh kelantai.

Simon memukul Ash membabi buta hingga wajah Ash sudah babak belur, darah mengucur dimana-mana, namun Ash tidak ada niatan untuk membalas. Ia benar-benar tahu  letak kesalahannya.

Simon mencengkram kerah leher Ash yang sudah babak belur, "Dengar!! Sebajingan, sebrengsek-brengseknya diriku aku tidak punya pikiran dangkal sepertimu. Kau boleh menjadi bajingan, tapi bukan dengan cara yang seperti ini!!" Simon melepaskan cengkramannya dengan mengentakkan hingga Ash kembali terhempas di tanah.

"Pilih salah satu atau tinggalkan keduanya. Jika tidak, aku tidak akan tinggal diam." Peringat Simon yang langsung berbalik meninggalkan Ash yang masih terkepar di lantai dengan merenungi beberapa kalimat pedebatan barusan.

Ash memijit pangkal hidungnya pelan, perih yang menjalar di area wajah tidak ia rasakan, rasa perih itu lebih terasa di ulu hatinya. Berbagai perasaan, mengaduk-aduk membuatnya mual. Entah mengapa dia menjadi sebrengsek ini. Bagaimanapun juga ia harus segera bertemu dengan Aera.

--
Ting tong

Aera yang tadinya sedang bersih-bersih kini terintrupsi dengan suara bel. Ia menduga kalau Simon menghampirinya setelah tadi mengungkapkan ke khawatirannya.

Ting tong

"Iya sebentar." Aera bergegas membukakan pintu dan bersiap menomel jika benar itu Simon.

/cklek/

Baru saja ia akan membuka mulutnya, dia dikejutkan dengan presensi pria dengan penampilan yang sudah berantakan. Luka wajahnya dimana-mana dan pria itu masih berdiri memegang perutnya yang berdenyut.

"Kak A-ash..."

"Maaf... " Tiba-tiba Ash berlutut dan itu kembali membuat Aera terkejut lagi.

Ash bersimpuh seraya menunduk, dan beberapa saat Aera bisa mendengar isak tangis dari pria di depannya itu, "Aku minta maaf... Aku benar-benar minta maaf. Aera, tolong maafkan aku..."

Aera menghela nafas, hatinya benar-benar sakit melihat Ash berlutut seperti ini. Ini bukan murni kesalahan Ash, namun ini juga kesalahannya. Ia yang memutuskan untuk pergi dari Ash, ia yang meminta tolong Simon untuk menjauhkan dirinya dengan Ash. Tapi kenapa Ash yang harus minta maaf. Dan Aera juga tahu Ash babak belur karena Simon. Aera sudah menduga itu.

"Aera... Kumohon maafkan aku. Aku tidak tahu, aku--"

Aera langsung ikut berlutut dan memeluk pria itu erat. Beberapa kali Aera mencoba tersenyum, namun air matanya terus melesak keluar setelah Ash membalas memeluknya erat dengan untaian kata maaf. Biarlah jika orang melihat berkata apa, yang jelas Aera merindukan pria itu dan Ash juga merindukan wanita itu meski penyesalan teramat dalam.

Hanya saja mungkin untuk yang terakhir kali mereka melepas rindu.

Tbc

Huhu maaf banget ya baru updet.
Ini gue ngetik sempet-sempetin soalnya kuliah gue padet banget. Udah mana ada praktikum jadi pikiran gue terbagi.

Dan kemarin gue bener-bener capek gak ada mood buat buka wattpad sampai gue uninstall.

Tapi notifikasi dari kalian masuk ke email buat gue akhirnya nulis lagi.

Maaf kalo gak sesuai ekspektasi. Part selanjutnya mungkin menuju ending. Udah gue buat juga.
Sekitar 2 part lagi.

Oke see ya next chap

Vomment jan lupa

[By Your Side] | KHH ° FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang