16. By Your Side

302 33 17
                                    

Pria dengan tato dilehernya rambut mulet yang dikucir tak lupa memakai itu lagi-lagi menghela nafasnya kasar. Ia tersenyum getir, seklebat ingatan kembali membuatnya marah dan dongkol setengah mati. Ia sudah tak peduli dengan suara musik yang menggema dia seluruh ruangan, yang ia lakukan hanya menuangkan minumnya terus menerus.

Kelab malam

Ash berada di Kelab malam mengenyahkan segala pikirannnya yang membebaninya sejak satu jam yang lalu. Sudah hampir ia menghabiskan 3 botol vodka, ia pening bukan main. Bukan karena alkohol namun karena masalah hatinya. Rencananya kacau, yang dia takutkan menjadi kenyataan. Deen benar-benar tidak ada rasa dengannya, lantas untuk apa persaannya yang dia jaga selama ini? Sial, bahkan dia merasa lemah hanya karena masalah hati.

Harusnya ia tidak mempunyai perasaan yang mustahil itu. Pada akhirnya dia akan merasa sakit padahal ia tahu jelas bahwa perasaan Deen hanya untuk Young B. Bodoh! Kau payah dalam hal percintaan Ash! Nyalimu tak ada sekedar mengungkapkan, dan kau masih takut resiko buruk menimpamu. Karena apa?

Kau masih belum keluar dari bayang-bayang masa lalumu. Dan sialnya hatinya semakin ngilu mengingat seorang wanita yang tersenyum menghangatkan hatinya. Hyora dan Deen. Dua wanita sangat berbeda yang membuat hati Ash menjadi hidup dan mati secara bersamaan. Pahit, tentu saja. Nyatanya perasaan tak pernah membohongi layaknya secangkir kopi yang mempunyai rasa pahit diawal dan manis pada akhir lalu menjadi candu. Tidak, menurutnya perasaan itu layaknya alkohol, pahit diawal maupun akhir. Hanya saja sama-sama menjadi candu.

Ash masih betah duduk dengan sebotol alkohol keempat yang ia pesan, kepalanya mulai pening. Dengusan kasar keluar dari bibirnya, banyak wanita yang menggodanya namun ketahuilah mendapat perlakuan dari Ash yang kasar para jalang itu tak berani mendekatinya. Barthender pun melarang untuk mendekati Ash, Barthender itu sangat mengenal Ash. Ash memang langganan Kelab malam ini jadi ia mengenal baik meski Ash tertutup sangat. Tapi barthender bernama Ray itu tak ingin mengusik pribadi Ash. Hanya sebatas teman berbincang mungkin.

Ash meletakkan kepalanya di meja bartender dengan bertumpu pada kedua lipatan tangannya.

Haruskah iya berhenti? Tapi bagaimana kedepannya? Ia sungguh benci seperti ini. Ash memalingkan wajahnya, menatap lamat seorang wanita yang kini tengah menghampirinya dengan raut wajah khawatir. Ash tersenyum miris, bagaimana bisa di tengah ia patah hati begini malah memikirkan wanita lain. Huftt dia merasa geli sendiri. Halusinasinya semakin tinggi ketika ia mendengar suara wanita yang selalu membuatnya nyaman. Dia tahu bahwa dia mabuk. Yang jelas ia semakin pening saja.

---

Aera keluar dari apartement Deen dan kini tengah berjalan menuju halte bis. Pikirannya sama kacaunya, harusnya ia tak seperti itu. Ia tahu melukai perasaan Deen, tapi ia terlampau kesal bisa-bisa nya Deen menyembunyikan perasaannya hanya untuk menjaga perasaan dirinya. Entahlah, Aera pusing. Walaupun begitu ia tetap mengkhawatirkan Deen dan Ash, Aera juga sempat bilang pada Young B untuk menemui Deen agar menangkannya. Bodoh kan dia. Kenapa tidak bilang ke Ash, sial. Sial. Rutuk Aera dalam hati.

Ngomong-omong bagaimana Ash, Aera tak tahu. Aera khawatir setengah mati, perasaan Ash pasti hancur. Harusnya ia tak datang, memulai semua ini. Dia salah dalam lingkar mereka. Aera duduk pada halte bis, merenungkan segalanya hingga getaran ponselnya membuyarkan lamunan Aera.

Kak Ash is calling...

Buru-buru Aera mengangkatnya, bagaimana tidak ia khawatir dan suatu keajaiban Ash menelponnya.

"Halo kak, kau dimana?" tanya Aera sedikit mengrenyit mendengar suara berisik di sebrang sana.

"Maaf aku menelponmu, Ash mabuk di Kelab malam XX sebelumnya aku Ray barthender di Kelab malam. Apa bisa kau kemari?"

Aera agak bingung kenapa dia tak menelpon Deen? Atau lainnya? Kenapa malah dirinya?

"Halo apa kau masih disana. Kau adik Ash, kan? Karena disini tertulis 'adik kecil'. Jadi aku menelponmu."

Mencelos sudah hati Aera, 'adik kecil' lucu memang tapi Aera menemukan fakta bahwa Ash hanya menganggapnya adik kecilnya.

"Baiklah, aku akan kesana. Tolong jaga kak-kakakku." ujar Aera menutup telponnya. Persetan dengan nama kontak dalam ponsel Ash yang jelas ia harus bergegas kesana.

Dengan waktu cukup lama akhirnya Aera sampai pada Kelab malam yang dituju. Dia menggerutu pelan, mungkin benar Ash menganggapnya adik kecil nyatanya Aera sangat tidak biasa dengan suasana Kelab malam. Baru pertama kali ia datang, setelah ia menyakinkan para pengawal depan untuk menjemput kakaknya akhirnya ia diperbolehkan masuk.

Para penghuni Kelab malam pun menatap ia secara terang-terangan dengan tatapan mengejek, bagaimana tidak? Ia memakai pakaian tertutup seperti sweater kuning lengan panjang dan jeans panjang. Tidak seperti didalam pakaian mereka kurang bahan semua.

Sial, Aera bahkan pusing mendengarkan dentuman musik yang memakakkan telinga. Lama-lama ia mual jika tak lekas menemukan Ash. Menuruti feelingnya akhirnya Aera menemukan meja bartender dimana terlihat seorang pria berkulit putih mengenakan topi tengah tidur diatas meja, lekas Aera menghampiri pria itu dengan wajah khawatir. Bagaimana bisa Ash mabuk seperti ini.

"Eh maaf kau adik Ash?" tanya Ray tersenyum ramah pada Aera. Aera menoleh lalu tersenyum kikuk.

"Aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia memesan alkohol dengan kadar tinggi, ya kau pasti tahu kakakmu itu toleransi pada alkohol lumayan." jelas Ray. Aera mengehela nafas kasar, harusnya tidak seperti ini untuk melampiaskan, terlebih pada alkohol.

Ray tampak bingung melihat wanita di depannya itu, nampaknya ia menyadari suatu kesalahan. Dan dia bisa menyimpulkan bahwa dia bukan adik Ash dari tatapan Aera yang menatap Ash dengn sulit diartikan. Sedih? Kecewa? Kesal? Prihatin? Entah yang jelas Ray merasakan itu semua.

"Apa perlu ku bantu mencarikan taxi?" tanya Ray lagi, membuat lagi-lagi Aera menoleh.

Menurutnya Aera wanita yang cukup manis, mata bulatnya menatap dengan tajam secara alami, hidungnya yang tak terlalu mancung, bibirnya tipis. Pipinya juga lumayan cubby dan sedikit rona merah membuat terkesan manis karena Ray tahu bahwa gadis itu juga tak memakai make up tebal seperti kebanyakan wanita. Ray semakin yakin Aera wanita baik melihat dari penampilannya saja, Ray sangat yakin.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Aera sopan. Ray tersenyum menggeleng.

"Mari aku bantu."

Pada akhirnya Aera mendapatkan taxi berkat bantuan Ray, didalam taxi Aera hanya diam mengamati wajah Ash dari samping yang tertidur pulas dengan kepalanya bertumpu pada pundaknya. Ia semakin bersalah pada Deen, ketika Ash malah bersamanya, pria itu bahkan mengusal-usal mencari kenyamanan. Aera pun memeluk erat Ash, tak terasa air matanya pun luruh begitu saja. Setidaknya untuk yang terakhir kali ia bisa memeluk Ash.

Dengan kesusahan Aera membawa keapartement Ash. Berkat bantuan Changmo tentang password apartement Ash ia bisa berhasil membawa Ash selamat sampai apartementnya.

Aera membaringkan Ash ke tempat tidurnya, namun belum sempat Aera beranjak Ash langsung menarik tangannya hingga ia terjatuh diatas Ash. Ash membuka matanya perlahan, pandangannya sayu penuh luka disana, tertegun tentu saja itu yang Aera rasakan. Manik mereka bertabrakan, saling mengunci satu sama lain.

"Aera..." panggil Ash parau. Suaranya bergetar, yang jelas Aera ikut merasakan sakit. Melihat pria yang ia cintai sama sakitnya.

"Bantu aku melupakan Deen."

Tertohok, melupakan Deen? Tidak mungkin. Deen juga mempunyai rasa dengan Ash, ia tak boleh menyerah secepat ini. Walaupun dalam hati ada rasa senang meski harus menjadi pelarian Ash. Tapi ia tak bisa.

Belum sempat Aera menjawab, sebuah benda kenyal menyambar bibir ranum milik Aera. Semakian dalam dan semakin memabukkan, bersamaan dengan air mata yang keluar dari sudut mereka berdua. Mereka tak mengindahkan hal itu, sadar bahwa mereka melakukan kesalahan besar baik untuk Aera atau Ash. Sangat sadar kesalahan mereka yang mereka lakukan akan menimbulkan penyesalan. Tapi apa daya, perasaan yang kalut membangkitkan segala sesuatu.

Termasuk sekarang ini, mereka melewatkan malam bersama, membawa kehancuran diri mereka masing-masing.

-TBC-

Duar duar duar
😭😭

[By Your Side] | KHH ° FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang