10. By Your Side

335 38 1
                                    

/cklek/

Pagi-pagi pintu studio milik Ash sudah terbuka lebar menampilkan presensi laki-laki dan wanita yang ribut sendiri. Sedari tadi Ash sudah mendengar kegaduhan di luar studionya jadi dia tidak kaget apabila dua manusia itu masuk tanpa ijin.

"Oh Kak, mana nona Aera? Produser ku? Dia belum datang?" tanya laki-laki yang tak lain adalah Haon.

Haon sosok laki-laki yang ceria dan masih kekanak-kanakan. Dia musisi termuda di SQUARE, tak heran jika dia selalu bermanja-manja dengan yang lain. Terutama pada Sik-k. Haon sangat menempel bagaikan lem pada Sik-K. Sik-K sendiri juga sudah menganggapnya sebagai adik, jadi tak heran juga.

"Hei ini sudah lewat jam, kenapa Aera belum datang?" tanya Deen yang mendudukan dirinya di kursi samping Ash. Haon pun ikut mendekat, mengerubungi Ash.

"Dia tidak masuk." jawab Ash dengan nada datar.

"Loh kenapa?!" tanya Haon sedikit terkejut, pasalnya ia sangat penasaran dengan produser bernama Han Aera itu yang tak lain teman Deen. Dan mendengar dari cerita Changmo kemarin sudah membuat sangat penasaran, astaga.

"Kakinya terkilir. Dan lumayan bengkak." terang Ash masih fokus menatap layar monitor. Ia mengklik sekali lagu menyenderkan tubuhnya ke kursi.

"Kau nanti rekaman denganku." lanjut Ash.

"Tidak. Tunda dulu saja kak, Aku ingin bertemu dengan nona Aera, kau tahu alamatnya tidak kak Deen?" tanya Haon pada Deen, Deen meringis lalu menggeleng pelan.

"Kau bagaimana sih?! Kau kan sahabatnya?!" Seru Haon dengan suara naik satu oktaf. Deen sontak menutup telinganya, suara Haon benar-benar memekakkan telinga.

"Sialan. Kau tidak usah teriak-teriak juga!" maki Deen sesaat Haon teriak.

"Aku tidak tahu rumahnya wajar saja, kan aku juga baru bertemu setelah beberapa tahun bocah!" lanjut Deen ikut sebal dengan Haon.

Haon mendengkus, "Kau tahu tidak kak Ash?"

"Hey mana mungkin Ash tahu, aku saja tidak--"

"Tahu." potong Ash membuat mata Deen membelalak lebar.

"Demi apa?!" tanya Deen terperangah tak percaya.

Haon mendecih, "Lihat. Kau teman macam apa tidak tahu alamat rumahnya." ejek Haon membuat Deen melirik tajam, "Diam kau."

"Ya sudah cepat tuliskan alamatnya, aku ingin menjenguknya. Mana." ucap Haon meminta pada Ash.

Ash menghela nafas kasar , ia menoleh ke arah Haon menatap Haon sedikit tajam membuat Haon seketika terdiam. Bahkan Deen juga terdiam, mereka sudah mengerti hanya dengan lirikan Ash, pria itu sedang jelek mood nya. Dan juga kesal, mereka bahkan paham dengan hanya melihat lirikan Ash, hebat bukan? Saking diamnya pria bernama Ash itu, yang bisanya mengekpresikan dengan patah dua patah kata, kadang lirikannya pun beda-beda dan mereka berdua sudah hafal betul.

"Baik-baik aku akan rekaman dulu. Tapi kau janji ya memberikan alamatnya nona itu." ucap Haon pada akhirnya. Deen memghembuskan nafas lega.

Haon itu sifatnya bertolak belakang dengan Ash. Dia banyak bicara, pintar mengekpresikan mood nya. Pintar mencairkan suasana, moodboster semua orang. Mudah melupakan kekesalannya, tapi jika sudah marah dan moodnya sedang tidak baik, akan sangat merepotkan. Mungkin hanya Changmo yang bisa memperbaiki mood Haon karena selera humornya sama.

Setelah Haon menurut untuk rekaman, Deen memilih untuk kembali ke studionya. Dia juga masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan, lagu untuk Noel. Pokoknya pekerjaan ia juga menumpuk.

---

Aera meregangkan ototnya yang terasa kaku, seharian di rumah tak buruk juga. Lagipula ia juga hanya berdiam diri di depan komputernya sepanjang hari, setelah periksa kaki kemarin dia disuruh untuk istirahat. Alhasil mau tak mau ia harus merepotkan, Ash untuk melakukan rekaman pada Haon.

Dengan sedikit terseret, ia kini beranjak menuju dapur. Sekedar minum untuk kerongkongannya yang kering. Semakin kemari ia entah kenapa merasa tujuannya kosong, ia juga ingin seperti anak muda lainnya berkencan juga sudah ada dibenaknya. Mungkin jika orang dengar bahwa dirinya belum pernah berkencan ia akan di tertawakan, tapi memang benar adanya.

Setelah cita-cita untuk bekerja sama dengan Ash tercapai, mendadak benaknya kosong. Ia mendadak tak ingin melakukan apapun. Pulang juga percuma saja. Jan ditanya keluarganya, Aera bahkan enggan membahasnya.

Ting tong

Suara bel apartemen membuyarkan lamunan Aera, ia bergegas menuju pintu melihat siapa gerangan yang malam-malam mengunjunginya.

"Siapa?" tanya Aera sesaat membukakan pintu.

"Hai Aera PD-nim." Dilihatnya presensi beberapa orang yang sangat ia kenal, hanya saja yang menyapa dengan senyum lebar didepannya itu ia lumayan asing. Dia sedikit mengrenyit ketika pria didepannya itu menyapanya akrab.

"Ah! Aku Kim Haon." lanjutnya membuat Aera sedikit membuka mulutnya mengerti.

"Hei kau ingin membiarkan kami mati kedinginan?" tanya Deen membuat Aera tersadar, ia langsung membukakan pintu apartemennya lebar dan mereka langsung masuk. Cuaca di luar memang cukup dingin. Dan Aera juga bergegas menutup pintu walau dirinya sendiri sedikit bingung

"Wahhh... Kau mempunyai selera desain yang yah lumayan." ujar Young B yang mengedarkan pandangannya kesekeliling apartement Aera. Sederhana memang.

"Em ngomong-ngomong kenapa kalian bisa kemari?" tanya Aera bingung.

"Maaf PD-nim, aku yang meminta kesini. Sebenarnya aku hanya meminta alamat ke Kak Ash, tapi lihat mereka bertiga malah ikut. Menyebalkan sekali." terang Haon menunjuk Deen, Young B dan Ash yang sudah duduk ditempat yang sudah di sediakan, apartemen Aera memang minimalis sehingga tempat untuk ruang tamu hanya sebatas ruang tengah seadanya.

"Ah begitu, panggil Aera saja. Aku rasa kita seumuran."

Mata Haon tiba-tiba berbinar, "Bolehkah?" tanyanya senang.

Aera mengangguk tersenyum, "Tentu. Ah iya kalian mau minum apa? Aku buatkan."

"Tidak usah Aera..." Haon malah menarik tangan Aera untuk duduk di sampingnya dan itu sukses membuat Aera sedikit terkejut.

Haon mengambil beberapa kantung plastik, "Kami sudah membawa ayam dan soda.

"Kakimu bagaimana?" tanya Deen pada Aera yang duduk sambari meluruskan kakinya.

"Sudah mendingan. Bengkaknya juga sudah mengecil. Ah iya, rekamannya tadi bagaimana?" tanya Aera kini beralih tanya pada Haon yang tengah mengunyah ayamnya.

"Tidak ada hasil." jawab Ash membuka kaleng soda. Haon langsung merenggut kesal, baru saja dia ingin jawab. Sia-sia saja ia mengunyah dan menelan ayamnya dengan buru-buru.

"Kenapa?" tanya Aera mengangkat satu alisnya.

"Dia memang seperti itu, jangan kaget." ujar Deen.

Pada akhirnya mereka larut dalam obrolan mereka yang bisa dibilang random. Kadang celetukan Haon mengisi canda tawa mereka hingga lumayan larut.

-tbc-

[By Your Side] | KHH ° FinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang