KETIGA

6K 504 2
                                    

Genap seminggu sudah sesi Gracia ngambek karena Shani beneran jalan sama Vienny. Apalagi Vienny upload foto, yang tampak depan muka Shani lagi minum. Captionnya yang bikin geram.

Minumannya manis, jadi pingin memiliki orangnya.

Tulisan ga jelas, batin Gracia.

Semalaman dia hanya merenungi postingan Vienny itu. Sampai sekarang Gracia masih tidak mau bertemu Shani. Saat mereka berpapasan di kampus pun Gracia cuek-cuek saja, tidak menyapa Shani. Shani sebenarnya tahu Gracia marah pada dirinya tapi dia bisa berbuat apa?

Shani sudah mengirim pesan pada Gracia tapi tidak pernah dibaca. Padahal Gracia tahu pesan itu.

Shani
Adikku yang paling manis nan imut, kenapa marah-marah sih?

Kenapa harus sebatas adik, apa perlakuannya selama ini kurang jelas jika Gracia punya perasaan lebih untuk Shani.

Gracia hanya duduk di balkon kamarnya. Memeluk kedua lutunya dan menelungkupkan wajahnya. Apa dia harus menyerah saja.

"GRE!"

Gracia terkejut dan langsung mendongakkan kepalanya. Suara itu, seperti suara Shani.

Benar saja ia melihat Shani berdiri didepan pagar rumahnya dari balkon. Shani dengan senyuman manisnya itu berdiri disana.

"Kamu ngapain kesini?" Sahut Gracia sedikit teriak.

"Turun dong, aku jauh-jauh ke rumah kamu loh ini!"

Sebenarnya tidak bisa dipungkiri Gracia sedikit senang melihat Shani menghampirinya tapi dia tidak mau terlihat senang, biar saja Shani merasa bersalah.

"Gre ga mau turun!"

Sialnya, Bi Arum malah membukakan pagar dan menyuruh Shani masuk. Bi Arum memang sudah mengenal Shani karena Shani juga sering main ke rumahnya.

Gracia kembali masuk kedalam kamarnya dan menelungkupkan badannya kedalam selimut.

Tok
Tok
Tok

"Gre, kamu didalam? Aku masuk ya?"

Shani membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci itu. Shani meletakkan kantong plastik yang berisikan makanan kesukaan Gracia dia meja belajar. Dia mendekati Gracia dan duduk di tepi kasur.

"Gre, kamu masih marah sama aku?"

Shani menarik selimut Gracia agar tidak menutupi Gracia.
Dia mengelus rambut Gracia. Jujur, Gracia sudah meleleh sekarang. Shani memang selalu bisa meluluhkan hatinya.

"Siapa suruh kamu kesini?"

"Aku tahu kamu kangen jadi aku inisiatif kesini."

"Pede gila."

"Gre hadap aku dong. Masa jauh-jauh disuguhin punggung doang."

"Ngomong sama boneka aku tuh."

"Gre, ayolah..."

Shani mencoba membalikkan badan Gracia. Akhirnya Gracia berbalik. Gracia masih memasang muka kesalnya yang malah membuat Shani tertawa.

"Ga ada yang lucu."

"Selain kamu."

"IHH!"

"AHAHAHAHAHAHAHAHA"

"Kalau cuma bikin kesel mending pulang."

Shani menghentikan tawanya. Dia merubah posisinya, mendudukkan dirinya tepat disamping Gracia.

"Sorry, Gre."

Gracia diam.

"Aku tahu kamu kesel liat aku sama Kak Vienny."

"Pede banget sih!"

Gracia belum mau menoleh kearah Shani. Shani meraih tangan kiri Gracia untuk digenggamnya. Gracia hanya diam.

"Jangan marah lagi, Gre."

"Kamu anggap aku sebagai apa emangnya? Sampai perlu banget minta maaf."

"Adik aku yang paling aku sayang?"

Lagi-lagi Gracia harus menahan rasa jengkelnya mendengar jawaban Shani.

"Adik?" Akhirnya Gracia menoleh dan menatap tajam mata Shani.

"I-iya." Shani kebingungan.

"Ci, kamu tuh manusia bukan sih? Kamu sama sekali ga peka terhadap rangsang!"

"Maksud kamu?"

"Ci, aku sayang sama kamu lebih dari sekedar kakak." Gracia memelankan suaranya.

Dapat keberanian darimana dia.

Thank you 50 votesnya ya, goals 100 dong hehe

ADEK ◑greshanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang