9. Bolos

46 4 0
                                    

Bab Tawuran aku Skip ya, karena aku punya ide untuk buat cerita baru tentang TAWURAN. Anak vandalisme gitu. Tapi nggak tau deh kapan;*

Happy Reading!

***

Malam yang sunyi dan sepi. Tak ada orang berlalu lalang di jalan sempit ini. Pandangan yang memburam dan langkah yang hampir terlumpuhkan. Cowok itu sudah tak tahan, ingin jalan pun sempoyongan. Kendaraannya entah tertinggal dimana. Ia berjalan seorang diri, temannya tak tau berlari kemana, mereka pencar, pisah.

Keadaan yang tidak memungkinkan untuk pulang kerumah, lagi pula ini sudah pagi, dini hari. Laki-laki itu terus berjalan tanpa arah, berkali-kali matanya terpejam, ingin merenggut kesadarannya. Dan berkali-kali pula ia memaksakan matanya, untuk tetap terbuka.

Laki-laki itu menyentuh bahunya, nyeri. Sangat nyeri. Menggerak-gerakkan demi menghalau sakit yang menyerang. Kepalanya pening akibat pukulan balok panjang. Malam yang melelahkan sekaligus menyenangkan, melegakan hati. Karena kemenangan sudah di dapat sekolahnya dengan gemilang. Presetan dengan kerugian dan kerusakan jalan beserta tempat umum yang mereka perbuat. Ia tak peduli.

Terduduk, kakinya tak kuat menopang berat badannya. Membaringkan tubuh di tempat. Terpejam guna meredakan rasa nyeri dan luka lebam yang ia dapat. Hingga kegelepan merenggut. Antara tidur atau pingsan.

***

Seorang gadis berjalan dengan riang dan senang. Pagi ini ia mendapatkan kegembiraan yang sulit ia dapat selama hampir satu tahun. Mamanya, orang tua satu-satunya yang ia punya sarapan bersama dirinya. Itu sudah cukup membuat sudut bibirnya mengembang, tersenyum lebar. Sangat manis. Ya, walaupun setelah itu Mamanya langsung pergi bekerja. Tapi tak apa, jarang-jarang ia dikejutkan dengan suara lembut Mamanya saat membagunkannya pagi tadi.

Kebahagiaan kecil yang langka ia dapatkan setelah kejadian dua belas tahun silam. Peristiwa yang merenggut hampir seluruh anggota keluarganya. Papa, Nenek, dan kedua kakak laki-lakinya. Mengingat, membuat satu bulir air mata kirinya jatuh membasahi pipi. Ia menghapusnya dengan cepat. Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Ia harus kuat. Harus.

Mengeratkan tas ia melangkahkan kaki lebih cepat, menambah kecepatan langkahnya. Agar ia bisa segera sampai di jalan raya untuk menaiki angkot umum. Sebelum waktu bergerak semakin siang.

Langkahnya terhenti seiring retina mata menangkap sosok hitam tergeletak di pinggir jalan. Ragu, ia melangkah mendekat antara takut dan berani, ia harus sampai. Memastiakan bahwa yang di depannya ini manusia atau...hantu.

Posisi makhluk di depan kakinya ini, tengkurap, menyulitkan ia mengenali sosok di bawahnya. Tapi yang jelas dia laki-laki. Namun pertanyaannya sosok ini manusia atau hantu?

Jika hantu, kenapa pakaiannya bagus?. Tapi, lusuh dan berantakan, hantu memang seperti itu kan?

Namun, masa iya, hantu memakai sepatu. Beli dimana? adakah toko sepatu di dunia ghaib?

Menggelengkan kepala, menghilangkan pemikiran yang semakin lama semakin aneh dan tak masuk akal. Pagi-pagi gini mana ada hantu.

Mencoba untuk tenang, Ayra menendang tangan makhluk di bawahnya. Bisa di sentuh berarti manusia. Tapi, tak ada pergerakan. Ia melakukannya sekali lagi, masih sama, hasilnya nihil. Jengkel, Ayra menjongkokkan tubuhnya di samping manusia itu.

Ia menguncang bahunya beberapa kali, "Mas, Pak, Kang, Om, Kek," panggilnya, ia tak tahu harus memanggil apa laki-laki ini.

Tak ada sahutan. Dengan sekuat tenaga dan keterpaksa ia membalikkan badan laki-laki itu. "Berat juga," gumamnya. Hingga wajahnya benar-benar bisa ia lihat. Ayra terkejut, ia membolakan kedua matanya. Tak berlangsung lama, ia mengedip-ngedipkan mata karena sedikit perih akibat terlalu lama melotot.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUTEK GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang