3. Stalker

88 9 0
                                    

Weekend yang biasanya di manfaatkan oleh keluarga untuk family time. Pasangan untuk keluar berpacaran. kumpul dengan teman, keluar rumah, dan yang penting menghabiskan akhir minggu dengan bersenag-senang. Seperti tidak mempunyai beban hidup.

Tapi Beda halnya dengan remaja berkaos hitam polos dipadukan celana levis selutut. Dari jam 12 siang tadi ia hanya berkutat dengan ponsel dan laptop di pangkuannya.

Berkali-kali ia mengacak rambutnya, terlihat frustasi dan sedikit bingung.

"Gue percaya, tuh cewek emang misterius," gumamnya, ia menarik nafas, menghembuskannya pelan. Ternyata berkutat dengan benda canggih sangat melelahkan. Sudah tiga jam lebih laki-laki itu menghabiskan waktunya hanya untuk mencari akun Istagram gadis berkupluk yang sudah dua hari membuatnya penasaran.

Bara mengambil minuman dingin bersoda di sampingnya. Menegguk sampai habis ia telan, bangkit dan berjalan menghampiri kulkas mini di kamarnya. Menuang kembali minuman seperti tadi hingga penuh di gelasnya. Kembali ke atas kasur dan mengambil ponsel, mengotak-atiknya sebentar hingga benda pipih itu ditempelkan di telinganya.

Buru-buru ia mengakhiri, panggilan telepon yang belum sempat diangkat oleh orang di sebrang sana, "Nggak...Nggak...Nggak...Gue nggak boleh telpon tuh orang. Bisa barabe nanti, kalau dia tanya-tanya. Mau jawab apa gue." ucapnya bermonolog.

Ia mengetuk-ngetuk dagunya berpikir, langkah dan cara apa yang harus ia lakukan. Lima menit sudah berlalu, tapi ia tak kunjung menemukan solusi.

Tunggu, cewek itu ikut osis 'kan? kenapa Bara sampai kelupaan sampai-sampai harus buka akun satu persatu teman kelasnya. Memang kurang kerjaan dia.

Bara memencet tombol search pada aplikasi Istagram di laptopnya, ia mulai menyentuh huruf-huruf hingga membentuk kalimat OsisSMAMERA, lalu ia menekan tombol enter. Loading sejenak dan muncul berbagai akun di sana. Bara meng-klik akun yang menurut fellingnya adalah akun osis sekolahnya.

Semoga saja ketemu.

Ada banyak sekali postingan di sana, mulai dari foto kegiatan sampai foto anak-anak anggota Osis. Bara mencoba menajamkan pengelihatannya, ia melihat satu persatu wajah orang-orang yang terpampang di laptop putihnya, mereka tersenyum lebar yang mengarah pada kamera yang menyala, ber-selfi dengan wajah ceria. Bara berharap gadis yang ia cari ada di antara banyaknya anggota Osis.

Namun nihil, gadis itu tidak ada. Bara mendesah kecewa, ia men-scroll ke bawah dengan asal, sama sekali tidak selera dan minatnya yang sudah menurun, ia dalam mood buruk.

Hanya karena satu gadis, yang belum ia tahu namanya.

Bara berhenti men-scroll, ia menatap foto yang terpampang tidak jelas, pasalnya foto itu diambil secara candid. Fokus Bara sekarang menatap gadis berkupluk coklat, yang menghadap ke kanan, menyamping kamera yang tengah mengambil gambar tiga orang cewek di samping gadis itu.

Bara mencoba memencet satu kali foto itu, menghembuskan nafas kecewa, di postingan itu hanya ada tiga tags, milik akun tiga cewek itu. Tidak ada tanda-tanda milik cewek berkupluk coklat.

Bara menjatuhkan badannya di kasur king size miliknya, matanya ingin istirahat sebentar saja.

Belum enam menit berlalu, Bara terbangun dari tempatnya, ia melebarkan mata, mengingat sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk.

Case ponsel!

Bara segera mengetik kata case sebagai pembantu menemukan akun Istagram cewek itu, setidaknya akun jualan onlinenya.

'Banyak juga'

Bara sampai di buat bingung, pasalnya banyak sekali orang jualan case online di Istagram. Bara mulai membuka satu persatu akun itu, melihat-lihat apakah ada yang sedikit mengarah ke gadis berkupluk.

Menit demi menit berlalu, dan Bara belum menemukan akun yang mendekati gadis itu. Berkali-kali Bara menggerang frustasi, sangat sulit mencari informasi gadis misterius itu.

Bara melebarkan matanya. Dapat! akhirnya selama empat jam berkutat dengan laptop putih, menolak ajakan Ryan untuk nongrong di kafe.
Usaha Bara ternyata tidak sia-sia.

Ia menemukan akun ber-username JinggaCase, yang mana biodata itu diisi nama sekolah 'Smamera'. Dengan tambahan satu foto gadis berkupluk.

Bara meng-klik follow, entah dorongan dari mana, cowok itu mengambil gambar gadis yang menjadi kakak kelasnya, menyimpannya di galeri ponsel.

Bara mencoba mengirim Direct Message untuk cewek itu, dengan alasan ingin memesan case ponsel berwarna black mate. Semoga dengan cara ini ia bisa lebih dekat dengan cewek yang di beri julukan 'misterius' oleh teman-temannya.

***

Senja sudah menyambut jalan yang di lalui Bara sore ini. Ia akan menemui gadis yang sudah membuatnya penasaran, di sebuah kafe kopi ternama di pusat kota Yogyakarta.

Setelah menunggu selama satu jam, ditemani secangkir kopi susu yang mulai habis, Bara sama sekali belum melihat batang hidung cewek yang akan bertemu dengannya. Apa cewek itu membohongi dirinya? rasa-rasanya tidak.

Bara merogoh saku celananya, mengambil ponsel guna memberi tahu bahwa dirinya sudah menunggu, dan hampir bosan.

Saat Bara sibuk dengan ponselnya, tiba-tiba kursi di depannya ditarik oleh seseorang. Mendongak, memastikan siapa yang berani duduk satu meja dengannya.

Ingin memaki, namun ia urungkan setelah tahu siapa yang duduk di depannya, gadis berkupluk dengan muka datarnya. Bara tersenyum, "Hai," sapanya hangat.

Gadis itu tampak kaget saat melihat Bara, namun ia pandai dalam menyembunyikan ekspresinya hingga Bara tak melihat eksoresi itu. Gadis itu tersenyum sekilas sedikit enggan membalas sapaan Bara. Mungkin senyum itu hanya bentuk keformalan penjual kepada pembeli saja.

Berinisiatif Bara mengulurkan tangannya, "Kenalin Bara," ucapnya memperkenalkan diri.

Gadis itu menatap datar tangan Bara, dua menit berlalu sampai tangan Bara pegal rasanya. "Jingga," ucap gadis itu, tanpa ekspresi sedikitpun dan tanpa membalas uluran tangan Bara. Tapi Bara bisa menghembuskan nafas lega setidaknya dia sudah mengetahui nama gadis itu, 'Jingga' nama yang cantik. Walau, uluran tangannya mengambang sia-sia.

Tiga detik berlalu, guna memecah keheningan Bara berucap, "Case Hp gue ada 'kan?"
Jingga yang sedari tadi menunduk menatap ponsel kini mendongak menatap mata Bara, ia mengangguk. Membuka resleting tasnya dan mengambil benda persegi panjang pesanan Bara. Cewek itu menyerahkan sambil berkata, "Nih."

Setelah Bara membayar case itu dengan nominal yang sama di postingan Biru, ia tersenyum melihat case yang ia genggam.

"Emm, boleh minta nomor Hp?"

"Buat?" tanya Jingga sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ya...siapa tau besok gue mau beli lagi," Bara tersenyum lagi.

Jingga memincingkan matanya curiga, namun tak urung ia menyebutkan angka-angka yang membuat Bara kelabakan.

"Setelah sembilan berapa?" tanya Bara, pasalnya Jingga meneyebutkan angka-angka itu dengan sangat cepat.

"Nggak ada pengulangan," jawab Jingga tanpa melirik Bara, ia sibuk meminum kopi pesanannya.

Bara berusaha menerka-nerka dan mengulang ucapan Jingga yang disebutkan tadi, semoga saja tidak keliru.

"Gue duluan," ucap Jingga, ia bangkit dari tempat duduknya, tak berniat menoleh membalas panggilan Bara yang terus meneriaki namanya.

Bara menatapnya kesal, setelah itu tersenyum penuh kemenangan. Walaupun Jingga tidak mengucapkan terimakasih--karena Bara telah membeli daganggannya--tapi tak membuat Bara marah, ia justru tersenyum semakin lebar. Kini di dalam ponselnya terdapat nomor gadis yang katanya 'misterius'.

***

JUTEK GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang