7. Marah

52 6 0
                                    

Vin knows that you can respect a writer😀

Happy reading Gyus👻

***

Cowok berbaju abu-abu itu kini tengah menuruni anak tangga, ia menyambut dengan senyuman ke arah wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makan malam.

Bara melangkah mendekat, "Malam Bun." Wanita yang menjadi ibunya  itu tersenyum manis, menyambut sapaan Bara.

"Ayah mana, Bun?" tanya Bara saat tak melihat Edy-Ayahnya.

"Lagi mandi, bentar lagi turun," jawab Resta lembut.

Bara mengangguk, kini matanya menatap nikmat makanan yang sudah tersaji di meja makan, tak sabar rasanya ingin segera menyantap.

"Tumben Bunda masak banyak," tanya Bara heran, biasanya Bundanya ini akan memasak seperlunya saja, namun kini makanan yang dimasak Resta mungkin akan habis dimakan oleh enam orang. Dua kali lipatnya dengan keluarga Bara.

"Ya nggak papa, lagi mood masak," Resta mendudukkan tubuhnya di depan Bara yang sudah mulai mengambil nasi serta lauk pauk.

"Tunggu Ayah turun, makan bareng-bareng," peringat Resta saat Bara akan munyuapkan satu sendok penuh ke mulutnya.

Bara mendengkus, "Ya, ya. Lupa Bara."

Enam menit berlalu, tapi Edy tak kunjung turun untuk makan bersama.

Bara berdecak, "Lama banget Ayah, nggak tau aja Bara udah leper."

"Tunggu aja mungkin bentar lagi turun."

Belum genap tiga detik Resta selesai bicara, suara langkah kaki beraturan menuruni tangga memasuki indra pendengaran dua manusia, ibu dan anak di depan meja makan.

Bara dan Resta menolehkan kepala, karena memang posisinya mereka  membelakangi pintu masuk.

Edy berhenti berjalan, beliau menatap heran ibu dan anak yang sedang memandangnya kesal. Bukan, tapi hanya anaknya, Bara. Yang memandangnya seolah ingin menerkamnya saja.

Lain halnya dengan Resta yang tadi memang menghembuskan nafas sambil menggelengkan kepala, tapi tak urung senyum manis terpatri di bibirnya.

Edy melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, ia berjalan sambil menatap Resta sayang. Menghiraukan Bara yang mungkin sebentar lagi akan marah-marah.

"Ayah mandi atau tidur sih? lama amat. Ditungguin juga, nggak peka banget," omel Bara.

Yang diomeli malah senyum-senyum nggak jelas sambil memandang Resta yang sedang mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk dirinya.

Bara memutar kedua bola matanya sambil mengerutu, Ayahnya ini seperti anak ABG yang baru mengenal cinta. Dikit-dikit senyum, dikit-dikit tertawa, gak jelas.

Ngelamun dan nge-halu hal yang tidak mungkin akan terjadi.

Setelah semua siap, makan malam pun di mulai dengan keheningan, hanya suara jarum jam berputar dan dentingan sendok yang bergesekkan dengan piring.

***

Bara menutup pintu bercat coklat tua itu, ia membalikkan badan dan melangkah menuju kasur yang didominasi warna biru tua.

Langkahnya terhenti saat suara notifikasi ponsel yang ia genggam bergetar. Ada dua pesan masuk dari aplikasi whatsApp-nya.

Bara tersenyum, ternyata dari Ayra.

LapakKupluk

Bar

Case lo rdy

JUTEK GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang