2. Muka datar

99 10 0
                                    

Hari Jum'at adalah hari di mana SMA merekah atau sering disebut Smamera memakai pakaian batik, dan tentunya Bara belum memiliki batik SMA yang sudah menjadi sekolahnya ini.

Cowok itu masih menggunakan batik SMPnya, baju berwarna biru muda-putih pendek di padukan dengan celana putih panjang. Dengan jaket denim yang masih ia kenakan.

Bel sudah berbunyi nyaring lima menit yang lalu, tapi tak mampu membuat seorang Bara terburu masuk kelas, cowok itu justru melangkah santai di setiap koridor sekolahnya, sampai matanya tertuju pada gadis yang melintas dengan terburu di sampingnya. Ingat akan sesuatu, ia berbalik badan, berlari mengejar gadis berkupluk yang cepat sekali menghilang.

Brak!

"Anjir!" teriak suara cempreng yang sudah ia tabrak, Bara menoleh ke arah gadis yang tersungkur mengenaskan di lantai.

"Sorry," ucap Bara, bersalah.

"Sorry pala lo! tanggung jawab gak?!" emosi gadis bertas magenta yang mulai meledak.

"Emang gue hamilin lo? kapan?" tanya Bara usil. Bara memang suka sekali mengoda cewek yang sedang marah-marah, itu adalah list kesukaan dalam  kehidupannya nomor 5.

Cewek itu menendang kaki Bara kencang membuat sang empu kaki meringis dan mengumpat tak terima.

"Sakit anjing!"

"Lo tuh yang anjing, suruh nolongin juga, susah amat. Nih pantat gue yang lebih sakit!" ujar gadis itu sambil mengusap pantatnya.

Bara terkekeh, "Bokong trepes gitu  dipamerin."

Sekali lagi, gadis itu menendang kaki Bara. Hingga cowok itu terjatuh duduk di sampingnya. Gadis bertas magenta itu tertawa renyah, "Rasain lo!" ia bangkit berdiri meninggalkan Bara yang tengah menahan emosi.

"Sabar Bar, sabar," Bara mengelus dadanya. "Bener-bener tuh cewek, sinting emang." gumamnya.

Bara bangkit berdiri, ia menepuk dahinya. Sampai kelupaan gegara cewek gila barusan akan tujuan awalnya. Bara kembali berlari mencari gadis berkupluk yang masih membuat ia penasaran.

Siluet gadis di depan pintu kelas, yang Bara tidak tahu itu kelas berapa, kini menjadi pusat perhatiannya. Gadis itu, gadis berkupluk, yang kali ini menggunakan kupluk warna army. Bara melebarkan senyumnya. Ketemu! kali ini Bara tidak boleh gagal lagi.

Belum juga Bara berjalan mendekat, gadis itu sudah akan berjalan menjauh. Bara segera berlari kecil menghampirinya. "Tunggu!," gadis itu sama sekali tidak berhenti, segera Bara mencekal pergelangan tangannya.

Gadis itu berbalik, menatap Bara dengan tatapan datar, "Apa?"

Bara menggeser tubuh gadis itu,  menempelkan tubuhnya di dinding koridor sekolah yang sepi. Bara meletakkan kedua tangannya di sisi wajah gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya hingga tinggal sejengkal jarak mereka, meneliti dengan seksama ukiran yang diciptakan Tuhan pada wajah gadis di depannya. Alis tipis dengan bentuk sempurna, mata coklat madu dihiasi bulu mata lentik alami, hidung mancung bak prosotan anak-anak. Bara semakin turun meneliti wajah di depannya, bibir tipis merah muda tanpa polesan alat kecantikan. Semakin turun, dan leher jenjang putih berkalung perak sederhana.

Sadar apa yang ia perhatikan, Bara meneguk kasar ludahnya, tak lama ia menampilkan senyum menawan, "Bener... cantik."

PUK!

"Aww!," ringis Bara saat tangan gadis itu menampol pipinya, pelan tapi sakit yang mampu membuat ia terkejut. Bara mengusap pipinya.

Ada kesempatan, gadis itu berjalan menjauh dari kungkungan Bara.

JUTEK GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang