6. Wawancara

55 6 0
                                    

Don't forget to votes and comments gyus🙂

***

Bara melirik jam hitam di pergelangan tangannya, ia mendesah. Sudah 30 menit lebih ia berdiri di sini, depan ruang Osis. Hanya untuk pemilihan anggota baru, ia harus merasakan pegal di kakinya agar tetap berdiri berbaris dengan murid lain. Menunggu gilirannya di wawancarai. Ribet sekali.

Bara berdecak, ia mendorong siswa di depannya agar maju sedikit. Siswa itu menoleh, sepertinya mau memaki, namun ia urungkan, mungkin takut dengan Bara. "Apa?" tanya Bara sinis.

Siswa itu berbalik badan sambil mengeleng kepala berkali-kali. Dasar cupu!

"Lama banget woy, pegel nih!" teriak Bara, masih sekitar tiga orang di depannya.

Semua orang yang ada di sekitar Bara menoleh sinis, dan hanya di balas Bara dengan mengangkat dagunya tinggi-tinggi sambil berkata 'Apa?, apa?'. Songong!.

Berkurang satu orang.

Dua orang.

Dan sekarang giliran Bara masuk ke dalam ruang osis yang lumayan lebar itu. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari gadis yang membuat ia terpaksa masuk Organisasi ini.

Ketemu!

Bara melangkah dengan santai menuju gadis berkupluk orange yang duduk dekat almari. Cowok itu menahan siswi yang akan duduk di depan Ayra, "Gue duluan," katanya. Ia langsung duduk di depan Ayra, tak memperdulikan siswi di belakangnya yang tengah menahan amarah yang sebentar lagi akan dilontarkan.

"Antri dong! main nyrobot aja, minggir! gue dulu!" ucap siswi itu emosi, ia menarik lengan Bara untuk berdiri.

Bara menyingkirkan tangan siswi itu, "Santai Mbak, nggak usah narik-narik," ujarnya kalem.

"Santai-santai ndasmu! gue udah nunggu dari tadi dan sekarang giliran gue, malah elo yang duduk. Nggak bisa gitu! lo harus antri dari belakang sana!"

Bara mendekatkan wajahnya, mengikis jarak membuat siswi itu mundur satu langkah, "Dari pada Mbaknya marah-marah, buang-buang energi. Lebih baik Mbaknya kesana, tuh." ucap Bara pelan, ia menunjuk senior laki-laki berkacamata yang sekarang sedang memeriksa kertas-kertas, dan sedang lengang, tidak ada yang laki-laki itu wawancarai.

Siswi itu menjauhkan kepala Bara dengan tangan kanannya, sambil mendengkus kesal, "Nyebelin!" ucapnya lantang. Tak urung ia menuruti apa kata Bara, melangkah mendekati siswa berkacamata anggota Osis.

"Bay-Bay," ucap Bara songong, sambil melambaikan tangan kananya, dan terkekeh melihat siswi itu menghentak-hentakkan kakinya sambil menggerutu dan menganjungkan jari tengahnya pada Bara.

Setelah tawanya reda, Bara kembali mendudukkan badannya. Dan menatap Seniornya yang telah memandangnya kesal sambil geleng-geleng kepala.

Bara kembali terkekeh lagi, Ia mengajungkan jari tengah dan telunjuknya, "Peach, Ay."

Ayra menatap Bara, "Ngapain lo kesini?" tanyanya ketus.

Bara melotot, "Ya, mau apa lagi kalau bukan diwawancarai."

Ayra mendengkus, ia memajukan badannya menatap Bara lekat, "Cowok kayak gini yang mau jadi anggota Osis?" ucap Ayra geleng-geleng kepala. "Mimpi!" lanjutnya.

"Dih," ujar Bara, ia masih menatap kakak kelasnya, yang akan melontarkan kata remehan pada dirinya. "Apa?" tanya Bara saat Ayra menatapnya sinis.

Cewek itu menatap rambut Bara, "Rambut di semir," turun menatap telinga Bara, "Pakai anting kek cewek," turun lagi menatap leher Bara, yang malah membuat Bara kegeeran. "Pakai kalung," kritik Ayra.

"Kalau gini, belum wawancara pengetahuan aja, lo langsung gak diterima masuk Osis. Yang ada lo cocoknya masuk anggota tawuran sekolah tuh, sama-sama berandal," ucap Ayra sinis.

Bara mendesah, "Ya Ka-"

"Udah lo keluar aja, perbaikin penampilan lo. Karena anak Osis Smamera itu disiplin semua."

Bara menatap lekat Ayra, "Yakin?"

Ayra mengerutkan dahinya, "Maksud lo?"

"Lo aja suka nglanggar aturan," Bara tertawa sinis.

Ayra diam, ia masih bingung apa yang dimaksud Bara, Ayra menunggu ucapan Bara selanjutnya.

"Tuh kupluk lo, masa upacara pakai kupluk? bukannya itu melanggar aturan sekolah Mbak Ayra yang terhormat, " ujar Bara menyudutkan Ayra.

Ayra tampak gelagapan,"Ya...Ya gue punya alasan sendiri, kepsek aja maklumin," ucap Ayra.

"Begitupun juga gue, punya alasan."

"Apa alasan lo?"

Bara berpikir, emm alasan?

"Gak ada 'kan?" Ayra tertawa remeh.

"Ck!, lo mending keluar aja, tuh pintu kebuka lebar," ujar Ayra, menunjuk pintu masuk ruang Osis.

Mengembuskan nafas pasrah, "Jadi gue nggak diterima, nih?" tanya Bara memastikan.

Dengan mantap Ayra menggeleng.

Bara bangkit berdiri, ia membalikkan badan dan mulai menyeret kakinya, melangkah pelan.

"Satu lagi Bar!" teriak Ayra.

Bara menoleh, menunggu gadis berkupluk itu berbicara.

"Jangan panggil gue 'Ay', panggil gue 'Ra' aja. Gue jijik dengernya,"

Bara tersenyum miring, "Nggak mau, gue sukanya manggil lo 'Ay'."

"Dibilangin jangan, juga. Panggil gue 'Ra'!"

"Nggak mau Ayra, asal..." Bara menggantungkan kalimatnya, ia menggerling jahil.

"Asal apa?"

"Asal lo nerima gue gabung anggota Osis."

Ayra menghembuskan nafas kesal," Yaudah oke! lo boleh panggil gue 'Ay', tapi gue nggak jamin bakal noleh. Asal lo nggak gabung Osis aja." Ucap Ayra, di kalimat terakhir ia lirihkan.

Bara tersenyum manis, "Siap! gue pastiin lo bakal noleh." Setelah mengucapkan kata itu Bara melangkah keluar dengan senyum miringnya.

***

See you....

JUTEK GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang